Satu Tahap

3.3K 149 1
                                    

"Jangan pernah RAGU dalam melakukan kebaikan, yakinkan DIRIMU bahwa kau mampu menghilangkan rasa tersebut"
-Unknow-

    Keesokan harinya, seperti biasa aku tetap masih sama yaitu bekerja,bekerja dan terus bekerja. Pada pukul 13.00 aku bersiap untuk pulang. Kebetulan hari ini aku pulang lebih awal karena untuk hari ini tidak ada jadwal untuk bertemu dengan para klien ku. Setibanya aku di halaman rumahku, aku merasa heran dengan adanya mobil diluar, aku bertanya-tanya mobil siapakah ini?. Saat aku membuka pintu rumah dan mengucapkan salam, aku kaget dengan adanya Dokter Alfian di ruang tamu yang sedang mengobrol dengan bapak dan ibuku. Aku langsung menanyakan kedatangan Dokter Alfian pada ibu ku dengan berbisik.

"Ada apa Bu, dokter Dateng disini? Habis meriksa bapak?"

"Bukan, bapak baik-baik aja, tuh liat sehat kan?"

"Terus dia mau apa Bu kesini?"

"Nanti kamu tau sendiri, mangkanya kamu  duduk dulu ya"

"Iihh ibu, Nadin malu lah Bu, ini baru pulang kerja banget loh"

"Udah nggak apa-apa"

    Aku menuruti perkataan ibu untuk duduk di sofa ruang tamu. Aku mendengarkan setiap obrolan bapak, ibu dan Dokter Alfian. Di setiap obrolan yang sedang mereka lakukan aku selalu bertanya-tanya, sebenarnya apa yang sedang mereka diskusikan, aku tidak paham karena aku tidak mengikuti obrolan pertama. Ketika mereka berhenti berbicara tiba-tiba Dokter Alfian mengatakan suatu hal yang membuatku sangat terkejut dan tidak menyangka.

"Nadin, tadi saya sudah ngobrol banyak sama orang tua kamu, dan saya tadi menanyakan banyak hal tentang kamu..."

"Iya terus?" Aku memotong kata-kata yang sedang ia ucapkan karena terlalu penasaran

"Bismillah, jadi gini, saya berniat untuk..."

"Untuk apa?" Lagi dan lagi aku memotong pembicaraannya

"Untuk... Mengajak kamu ta'aruf dengan saya" dengan terbata-bata ia ucapkan

"A.. Apa? Ta'aruf?" Aku sangat kaget dan tidak tahu apa yang harus aku lakukan, apakah harus merasa senang atau apa.

"Iya Nadin, bapak sudah setuju dengan niat baik Dokter Alfian" Kata bapakku

"Iya, nanti orang tua saya akan saya ajak kesini ketika kamu setuju dengan ajakan saya dan mengenal kamu lebih dekat" Ucap dia dengan sangat meyakinkan

"Ini terlalu dadakan, jadi Nadin nggak tahu harus apa, mungkin Nadin hanya bisa ngejalanin aja dulu apa yang sudah direncanakan, semuanya itu kita serahkan kepada Allah SWT"

"Jadi maksud kamu?" Tanya dia

"Maksud Nadin, iya itu tadi kita jalanin aja dulu"

"Kamu terima kita ta'arufan?"

"Nadin belum bisa menerima ataupun menolak, Nadin akan berikan jawaban nanti ketika kita mengenal lebih jauh, karena kita baru ketemu belum lama"

"Alhamdulillah, Iya saya setuju dengan kamu, karena sesuatu yang terburu-buru itu tidak baik"

    Akhirnya kami pun akan menjalani apapun yang sudah direncanakan, bukan langsung berta'aruf, melainkan untuk melakukan suatu perkenalan dan adaptasi satu sama lain. Entah apapun yang terjadi nanti kami serahkan kepada Allah SWT.

***

    Satu hari berlalu setelah momen Dokter Alfian mengajakku berta'aruf, aku menjadi selalu memikirkan dia, apakah ini adalah rasa rindu yang mulai muncul? Aku merasa ingin selalu berkomunikasi dengannya, namun semenjak ia mengajakku ta'aruf dia belum CHAT lagi kepadaku, padahal aku selalu menunggu CHAT darinya dari semalaman sampai saat ini. Aku lagi-lagi melihat ponsel untuk memastikan apakah ada CHAT darinya atau tidak. Setidaknya mengucapkan salam saja di CHATING mungkin aku merasa senang dan sedikit ada rasa yakin untuk menerima tawarannya.

Madu Dari Surga (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang