"Harapan akan selalu ada dalam setiap langkahku"
-Nadin-Keesokan harinya, seperti biasa di pagi hari pukul 7.30 aku melakukan aktivitasku sebagai wanita karir yaitu bekerja di kantorku sendiri. Satu hari tidak masuk bekerja itu bagaikan kegalauan yang teramat membosankan, karena memang hari-hariku selalu ditemani dengan gambar sketsa gedung-gedung, perumahan, toko, dan lain-lain. Aku selalu merasa bahagia disetiap bekerja, serasa hanya ada satu yang ku pikirkan yaitu klien mempercayaiku dan tim dikantorku, suka, setuju, dan meneken kontrak dari setiap ide yang aku dan tim keluarkan. Aku segera berangkat ke kantor dan berpamitan ke ibu dan bapakku, entah sampai kapan aku hanya berpamitan dengan orang tuaku.
Aku adalah wanita normal yang juga kadang memikirkan dan berkeinginan untuk memiliki suami yang nantinya akan selalu merestui disetiap langkahku. Tapi aku hanya bisa menunggu waktu yang tepat untuk Allah memberikanku laki-laki untuk menjadi suamiku kelak.
Jarak dari rumah dan kantorku tidak terlalu jauh, sekitar 25 atau 30 menit untuk sampai di kantorku. Tapi, terkadang bisa lebih lama jika aku berangkat dan bertemu dengan yang namanya kemacetan di Jakarta. Alhamdulillah, untuk hari ini jalanan tidak terlalu macet sehingga aku sampai di kantor dengan sedikit cepat. Aku masuk ke kantor sambil menyapa para karyawanku.
"Assalamualaikum, selamat pagi semua" sapaku dengan tersenyum lebar
"Walaikumsallam mbak" jawab salah satu karyawanku.
Aku masuk ke ruangan ku, kemudian duduk dan segera membuka laptopku dan mengerjakan beberapa sketsa yang belum aku selesaikan. Sarah, sekretarisku menghampiri ku di ruangan kerjaku.
"Assalamualaikum mbak Nadin" Salam Sarah dengan mengetuk pintu ruang kerjaku
"Walaikumsallam, masuk"
Sarah pun segera masuk."Hai Mbak Nadin.... Sehari nggak kerja gimana mbak?"
"Hai juga Sarah, sehari nggak masuk ya sangat membosankan, tapi mau gimana lagi, ketika orang tua minta bantuan kita masa harus menolaknya? Kan nggak mungkin"
"Bener mbak, Sarah setuju sama mbak, kan kita itu masih diberi kesempatan untuk ngebantu mereka, jadi jangan pernah di menyia-nyiakan hal tersebut"
"Oh iya gimana kemaren?"
"Nanti sekitar jam 10, insya Allah ada klien baru mbak yang mau datang ke kantor. Terus klien yang kemaren lusa kepengin sketsanya dipercepat mbak"
"Sketsa tinggal finishing aja ko, mungkin besok atau lusa udah selesai. Intinya jadwal yang ngurus itu kamu semua"
"Siap mbak, Sarah keluar dulu ya, Semangat bekerja Mbak Nadin"
Pukul 10 telah tiba, aku menunggu klien di ruang meeting. Klien pun datang dan aku mempersilahkan klien untuk duduk.
"Selamat siang Bu Bella"
"Selamat siang juga Bu Nadin"
"Bagaimana bu, Apa yang ibu request dari kami?"
"Begini, saya ingin membuat rumah impian. Sudah banyak yang request ke Bu Nadin dan hasilnya memuaskan, jadi saya memutuskan untuk datang ke Bu Nadin"
"Terima kasih banyak ibu sudah mempercayai kami, itu juga karena para klien yang menyerahkan semuanya kepada kami sehingga kami semangat untuk bekerjanya. Rumah yang ibu inginkan itu seperti apa ya?"
"Rumah yang saya inginkan itu intinya simple tapi mewah"
Ketika klien menjelaskan rumah yang beliau inginkan, Gadget ku berdering yang menandakan ada chat yang masuk. Tapi aku mengabaikan Gadget ku, karena aku juga harus menjelaskan tentang desain untuk rumah beliau nanti.
"Intinya ibu serahkan saja kepada tim kami, Insya Allah hasil tidak akan mengecewakan. Nanti sketsa bisa saya kirimkan ke email ibu atau nanti ibu bisa datang lagi ke kantor kami"
"Iya saya percaya sama Bu Nadin, terima kasih banyak untuk hari ini"
"Sama-sama Bu, semoga nanti hasilnya memuaskan ya Bu"
Bu Bella klien ku pun keluar dari ruangan meeting, sedangkan aku masih duduk di ruang meeting, dan aku mencoba mengecek gadget ku yang tadinya berdering. Aku pikir chat tersebut dari klien ku atau dari orang yang terlibat di pekerjaan ku. Namun dugaanku salah, ternyata chat tersebut dari Dokter Alfian. Aku pun terkejut dan tersenyum malu merasakan seakan-akan ada Dokter Alfian yang menemuiku.
"Assalamualaikum, bagaimana kabar bapak kamu?" Isi chat dari Dokter Alfian yang membuatku senyum-senyum sendiri.
Aku membalas chatnya. Aku tidak bisa membayangkan jika Dokter Alfian mengobrol di hadapanku, mungkin aku akan sangat gugup. Chatingan dengannya saja itu berhasil membuatku gagal fokus dan tersenyum dengan sendirinya.
***
Sore telah tiba, menandakan pukul 17.00 dimana kantor harus tutup, aku dan para karyawan lainnya harus pulang kerumah masing-masing. Aku telah sampai dirumah dan segera masuk ke kamarku untuk mandi dan sholat Maghrib. Seusai aku sholat Maghrib aku menyelesaikan sketsa sambil menunggu waktu sholat isya tiba. Aku juga sebenarnya menunggu chat balasan dari Dokter Alfian yang tadi siang sampai sekarang belum dibalas kembali olehnya.
Ada 2 kemungkinan yang terus aku pikirkan. Pertama, dia tidak membalas chat ku lagi mungkin sedang sibuk di rumah sakit, tapi apakah dia harus menjaga dan memeriksa pasien terus? Apakah ada pasien yang harus ia periksa setiap saat? Apakah hanya ada dia dokter satu-satunya yang ada di rumah sakit?. Kedua, Dia tidak membalas chat ku mungkin karena aku bukan siapa-siapanya, atau dia hanya menganggap aku sebagai anak dari pasiennya, yang jelas aku bukan prioritasnya. Tapi, entahlah itu semua hanya pikiran dan dugaan yang terlintas di otakku yang mungkin benar atau salah. Tapi kenapa aku harus memikirkan hal itu?.
Pukul 19.10 waktu sholat isya telah tiba, ku dengarkan suara adzan terlebih dahulu sampai selesai, ketika adzan telah selesai aku segera berwudhu.
Saat aku telah selesai sholat, ketika aku akan mengecek gadget ku tiba-tiba ada chat yang masuk dari Dokter Alfian.
Apakah aku harus bahagia? Aku rasa setidaknya aku harus tersenyum untuk menghargai waktunya untuk membalas chat ku yang baru ia balas.
"Maaf ya nad, chat kamu baru saya balas, saya jarang main gadget jadi gini nih, hehehe"Isi dari chatnya seakan-akan aku adalah prioritas baginya, karena ia meminta maaf kepadaku karena baru membalas chat ku. Chat pun berlangsung sampai pukul 22.00. Aku merasa mulai 'baper' dengannya, dia membuatku menaruh harapan padanya. Tapi aku tidak mau berharap lebih darinya, karena percintaan ku yang dulu gagal membuatku berpikir panjang untuk jatuh cinta kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madu Dari Surga (COMPLETED)
RomanceALLAH tidak akan memberikan Ujian diluar kemampuan hamba-Nya. Dan Percayalah, ALLAH SWT akan menghadirkan banyaknya kebahagiaan dibalik kesedihan yang menimpa. Sudah menemukan cinta malah akan dibagi? Yuk langsung aja baca ceritanya. ~•Nadin Rahmani...