Tanpa Pamit

3.8K 144 2
                                    

"Izinkan aku pergi dulu..."
-Tulus(Pamit)-

    Pagi telah datang dengan disambut udara dinginnya subuh, aku bangun dari tidurku yang cukup pulas tanpa menyadari bahwa Mas Alfian telah mencium keningnya. Biasanya, aku membangunkan Mas Alfian untuk sholat subuh berjamaah, atau biasanya juga Mas Alfian yang membangunkan ku untuk bangun dan melaksanakan sholat subuh. Tapi, saat ini, itu sedang tidak kami rasakan. Kali ini aku dan Mas Alfian sholat sendiri-sendiri dan berbeda ruangan.

    Setelah sholat, aku berdoa dan menangis, aku berdoa kepada Allah untuk meminta sesuatu yang terbaik, yaitu sebuah keputusan yang harus aku lakukan. Entah aku harus bertahan atau aku harus menyerah dari segala mimpi dan harapan yang telah aku bangun selama ini.

"Ya Allah , aku mohon kepada-MU berikan aku kesabaran dalam menghadapi segala cobaan yang Engkau berikan. Jangan sampai aku merasa menyerah kepada-MU, tunjukan jalan untuk menghadapi ini" Doaku yang aku panjatkan kepada Allah , aku pasrahkan segala urusanku kepada Allah.
Pada siang harinya, aku pulang bekerja lebih cepat dari biasanya. Sesampainya dirumah Bibi Murti bertanya kepadaku.

"Eh mbak Nadin, udah pulang , tumben pulangnya cepet" Sapa Bi Murti

"Iya bi, Ada sesuatu yang harus saya selesaikan" Jawabku dengan berjalan menuju kamar.

    Saat di kamar, aku segera membereskan baju-baju ku ke dalam koper, dan bajunya Yusuf juga aku masukan kedalam koper hingga aku akan membawa dua koper. Setelah selesai, aku segera keluar dan meminta Pak Sadiman satpam di rumah ku dan Mas Alfian untuk membawakan koper milik ku ke dalam mobil.

"Loh Mbak Nadin mau kemana?" Tanya Bi Murti

"Saya mau pergi bi, Jangan bilang ke Mas Alfian kalau saya pulang ke rumah orang tua saya ya"

"Tapi... Mbak...." Ujar Bi Murti ragu, "Sudahlah saya permisi dulu, Assalamualaikum" Sergah ku dan segera menuju ke mobil

"Mbak Nadin mau pergi mbak?" Tanya Pak Sadiman

"Iya pak tolong cepet masukin kopernya ya ke bagasi mobil, Saya juga harus segera menjemput Yusuf, dia pasti sudah menunggu"

"Iya baik Mbak"

    Aku masuk ke mobil dan langsung menginjak gas untuk segera menuju ke tempat sekolah Yusuf. Aku telah sampai di sekolah, Yusuf menunggu kedatangan ku untuk menjemputnya sekitar 10 menit yang lalu. Yusuf menunggu ditemani oleh wali kelasnya.

"Yusuf, ayok pulang. Terima kasih ya Bu sudah mau menemani anak saya" Ucapku dengan tersenyum kepada Guru tersebut

"Iya sama-sama, hati-hati ya Yusuf dan Bu Nadin"

    Saat kami sudah berada di dalam mobil, aku belum berbicara kepada Yusuf bahwa kami akan menuju kerumah nenek dan kakeknya, aku sengaja berbicaranya nanti ketika sudah sampai rumah. Namun, karena perjalanannya yang cukup jauh yang tidak seperti biasanya, Yusuf menanyakan hal ini kepada ku.

"Bunda, ko belum sampai kerumah? Biasanya kan cepet Bun sampainya"

"Sebentar lagi ya sayang, nanti juga sampai kok"

"Emangnya kita mau kemana sih Bun? Mau pergi ke tempat bermain dulu?"

"Bukan sayang, kita mau pulang kerumah" Jawab ku dengan tersenyum menghadap ke arah Yusuf.

    Mas Alfian telah pulang dari rumah sakit, dan saat sampai dirumah,  terkejut tidak ada aku dan Yusuf, dia mencari-cari di kamar kami dan  di  kamarnya Yusuf tetapi tidak ada, Mas Alfian juga membuka lemari tidak ada baju di  dalamnya. Ia kemudian langsung bertanya kepada Bi Murti.

Madu Dari Surga (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang