Untuk membaca versi cetaknya silahkan pesan aku yah, karena tidak tersedia di toko buku
Happy Reading
________________
Dua manusia berbeda jenis itu sedang duduk menghadap danau yang begitu tenang. Mereka terdiam, tidak ada yang membuka suara sejak beberapa menit yang lalu disana.
Gadis itu melirik ke arah sampingnya dimana cowok itu duduk menghadap danau. Cowok itu begitu tenang seperti danau itu. Kalau cowok itu di ibaratkan danau yang tenang belum tentu danau yang tenang itu tidak ada buaya yang mengancam.
Begitupun cowok itu. Terlihat tenang, tapi hatinya sedang gelisah ketika berdampingan dengan gadis di sampingnya. Tidak tahu harus berbicara apa.
Hingga gadis itu memecah keheningan dengan celotehan yang keluar dari mulutnya. "Kamu ngapain sih ngajak aku ke sini? Mau nyuruh aku jadi patung hiasan danau yah. Dari tadi nggak bicara, diam - diaman kayak orang bisu gini"
Gadis yang tak lain Prilly itu mengoceh, ia benar - benar tidak suka keheningan. Apalagi suasana yang membuat mereka canggung seperti itu.
"Kalau kamu nggak ngomong, aku pulang nih!" Prilly siap beranjak dari duduknya, namun dicegah oleh Ali.
"Lo diam di sini!" Titah Ali tidak terbantahkan, hingga Prilly memberunggut kesal.
Ali memandang ke arah Prilly yang menunjukkan wajah ditekuk, dan mulutnya komat - kamit mengatakan apa saja untuk Ali. "Kenapa muka lo ditekuk terus kalau sama gue?" Tanya Ali membuat Prilly menoleh.
"Kamu sih nyebelin! Kalau gak cinta udah aku tinggalin!" Perkataan Prilly mampu membuat Ali tersenyum.
"Oh yah, lo benaran cinta sama gue?" Ulang Ali sambil menatap Prilly dalam. Prilly gugup dipandang Ali seperti itu.
Prilly meraup wajah Ali dengan telapak tangannya. "Ishh, jangan pandangin aku gitu dehh"
Ali tersenyum "kalau gue juga__" Ali menghentikan perkataannya, ada keraguan saat hendak melanjutkan perkataannya.
Dahi Prilly mengernyit, "kalau gue juga apa?" Tanya Prilly penasaran. Prilly deg - degan menunggu apa yang dikatakan Ali selanjutnya.
"Apa yah? Gue nggak ingat" ucap Ali pura - pura tidak ingat apa yang dia katakan.
"Apa Ali? Jangan bikin aku penasaran deh" rengek Prilly sambil menggoyangkan tangan Ali.
"Gue lupa! Nanti kalau inget deh!" Sahutan Ali membuat Prilly cemberut. Ali selalu saja membuatnya kesal.
"Kalau lo cemberut gitu ternyata lo jelek yah!" Ledek Ali, hingga Prilly membelalakkan matanya.
Sebelum Prilly memberikan pelajaran pada Ali. Cowok itu sudah beranjak duluan sambil tertawa. Prilly mengejar - ngejar Ali yang berjalan setengah berlari sambil tertawa. Langkah Prilly yang mengejar Ali terhenti, kemudian dia tersenyum. Ali tertawa saat bersamanya, momen yang sangat langka. Apa mungkin Ali mulai jatuh cinta padanya?
"Gadis aneh, kenapa bengong? Gue tinggal nih!" Teriak Ali yang sudah menaiki motornya, dan segera Prilly menyusul.
"Dasar, nggak sabaran banget sih jadi orang!" Gerutu Prilly sambil menaiki motor Ali dan memeluk perut cowok itu erat.
Setelah melewati jalan ibu kota yang penuh polusi. Mereka tiba dipelataran rumah Prilly. Prilly turun, dan memaksa Ali untuk ikut masuk ke dalam rumahnya. Ali hanya pasrah ketika gadis itu menariknya masuk ke dalam rumah.
Prilly sedikit mendorong Ali agar cowok itu duduk di sofa ruang tamu. Dan dia duduk di samping cowok itu. "Ali mau minum apa? Biar Reva yang buatin"
Reva yang duduk di sofa dan asyik menonton acara di televisi pun melongo tak percaya mendengar ucapan kakaknya itu.
"Eh kok aku sih, kakak aja kali. Kan kak Ali tamu kakak" tolak Reva tak terima, orang lagi santai kakaknya malah menyuruhnya membuat minuman untuk Ali.
"Gak usah, gue mau pulang." Ali ingin berdiri, namun di tahan oleh Prilly.
"Kamu jangan pulang, mama kamu juga nggak bakalan marah kok kamu main ke rumah aku." Cegah Prilly yang tidak ingin Ali pulang.
"Gue ngantuk Pril, mau tidur" sahutan Ali membuat Prilly lagi - lagi menunjukkam wajah cemberutnya.
"Ishh kamu mah, gak baik tahu sore - sore gini tidur."
"Udah yah jangan ngomel terus, gue pusing" ujar Ali beranjak pergi, Prilly pun tidak ada niat mencegahnya.
"Apa lo lihat - lihat!" Prilly memarahi adiknya yang sedang menatapnya.
"Galak benar! Pms kak" Celetuk Reva. Prilly tidak memperdulikannya. Dia beranjak ke kamar untuk mengganti seragamnya. Memang dia dan Ali tidak langsung pulang ke rumah selepas pulang dari sekolah. Ali langsung saja mengajaknya ke danau walau dia tidak tahu alasan cowok itu mengajaknya ke danau. Dan untuk pertama kalinya dia ke danau itu, karena biasanya Prilly lebih mengajak Ali ke mall, taman, atau tidak pasar malam. Tentu saja ciri khas gadis itu suka sekali keramaian, tidak seperti Ali yang lebih suka ketenangan.
Ali mengacak rambutnya frustasi. Berulang kali ia menulis sesuatu di sebuah kertas bewarna tapi selalu salah dan meremas lalu melemparnya ke tempat sampah.
"Rambut gue bisa rontok kalau gini, bikin puisi tapi kenapa susah banget sih" ucapnya hampir menyerah.
"Bu Rina juga, kenapa ngasih tugas bikin puisi coba. Gak tahu orang gak bisa bikin puisi apa!" Gerutunya, lalu berjalan menuju kasur dan duduk di tepinya.
"Oiya gue baru ingat. Si Prilly kan jago buat puisi kan yah, kenapa gak minta tolong sama dia aja" Ali berdiri tapi kembali duduk.
Ali berdecak "Bisa besar kepala tuh anak kalau gue minta tolong sama dia"
"Bodo amat deh. Yang penting puisi gue jadi" Ali mengambil ponselnya yang berada di atas nakas, lalu menekan nama seseorang di kontaknya.
"Eh, cewek aneh. Bisa ke sini sekarang nggak" Ali tanpa basa - basi meminta orang yang diseberang sana segera ke rumahnya.
"Ngapain sih Li, aku ngantuk nih mau bobo. Ngapain juga malam - malam gini nelpon aku" sahut seorang gadis diseberang sana. Gadis yang tak lain Prilly itu mengangkat ponselnya dengan mata tertutup, tepatnya gadis itu sedang bergeremul di dalam selimut.
"Eh busyet deh. Gue mau minta bantuan lo bikin puisi nih, sekali minta bantuan lo nya gak mau"
"Iya, iya. Nanti gue bikinin" Prilly dengan suara malasnya menyahuti Ali yang mengomel diseberang sana.
"Nanti, nanti. Nanti kapan? Besok dikumpul tau gak lho"
"Hallo, hallo Pril. Eh gadis aneh lo dengar gue gak" Ali berdecak saat melihat sambungannya tidak terputus. Tapi mendengar dengkuran halus dari seberang sana. Ali memutuskan sambungan teleponnya kesal.
"Dia malah tidur. Awas aja tuh anak besok, kalau besok dia nggak bikinin gue puisi" tapi kemudian dia tersenyum saat mengingat dengkuran halus itu dari suara teleponnya.
"Good night, cewek aneh" gumannya. Lalu menghempaskan tubuhnya ke kasur dengan keadaan tengkurap. Dan mulai menyelami dunia mimpinya.
***
TBCBinuang, 17 April 2019
Silahkan beri vote dan coment kalian untuk menghargai aku yang mengetik cerita ini,,,terima kasih banyak yang mau memberikan vote ataupun komentnya😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends and Love (COMPLETED)
Teen FictionKisah klise tentang dua insan yang berbeda karakter yang terbiasa selalu bersama, hingga harus terjebak pada hubungan friendzone.