Bab#17

5 1 0
                                    

Ali mendesah tak percaya. Prilly pergi, dan dia tidak pergi bersamanya. Kenapa gadis itu pergi malam - malam begini. Gadis itu pasti marah karena melihatnya dengan Reina. Ali mengacak rambutnya frustasi mengingat gadis itu pergi seenaknya saja. Dan kini pergi malam - malam tanpa ada yang menemani.

"Yaudah kakak pamit yah! Mau cariin kakak kamu." Reva mengangguk, raut gadis itu tampak khawatir. Kakaknya itu tidak pernah jalan malam tanpa ada yang menemaninya.

"Tolong cari kak Prilly yah! Reva benar - benar khawatir, mama sama papa juga pasti khawatir kak Prilly gak jalan dengan kakak" Ali menganggukan kepalanya, lalu menaiki motornya meninggalkan pelataran rumah Prilly.

Ali mencari gadis itu dijalanan komplek perumahannya, kali saja gadis itu masih ada disekitar komplek. Ali mencarinya ke lapangan basket yang sering ia dan Prilly kunjungi, tapi gadis itu juga tidak ada disana. Pikiran Ali ke danau, namun Ali dengan cepat menggeleng karena Prilly pasti tidak kesana. Disana sepi, lagi pula gelap. Untuk apa jika Prilly ke situ, menenangkan diri. Bukannya menenangkan diri, dia malah ketakutan disana.

Akhirnya Ali memutuskan mencari keluar komplek perumahan setelah menyakini Prilly benar - benar tidak ada. Gadis itu kemana malam - malam begini tanpa ada yang menemani. Ali singgah sebentar menepikan motornya dipinggir jalan. Memikirkan hendak kemana dia mencari Prilly. Matanya menatap sekeliling kali saja gadis itu ada disekitaran sana.

Ali mengambil ponsel yang berada disaku celananya. Dia hendak menghubungi Prilly, setelah menekan nomor Prilly ia menempelkan ponselnya ditelinga. Ali kembali mendesah saat mengetahui nomor Prilly tidak bisa dihubungi. Kebiasaan, gadis itu pasti kehabisan baterai ponselnya. Dia tahu sekali kebiasaan gadis itu, memainkan permainan anak kecil diponselnya hingga baterai ponselnya sering habis.

"Rasyaa, aku mau naik ituu!" Rengek Prilly sambil menunjuk komedi putar yang tidak jauh dari mereka berdiri. Rasya dan Prilly memang kini ada di pasar malam yang pernah Prilly datangi bersama Ali. Sebenarnya Rasya hendak mengajak Prilly ke restoran tapi gadis itu merengek memintanya untuk membawa gadis itu pergi ke pasar malam. Rasya yang mengiyakan keinginannya, langsung disambut Prilly dengan pekikan bahagia. Rasya dibuat terpesona dengan tingkah Prilly. Bahagia gadis itu sederhana sekali, tidak perlu ke tempat mewah ataupun mall seperti cewek kebanyakan, dengan mengajaknya ke tempat yang ia sukai saja sudah membuatnya bahagia. Membuat Rasya makin jatuh cinta pada gadis itu.

"Iya, kita ke sana!" Ujar Rasya terus mengiyakan keinginan Prilly.

Prilly dan Rasya menaiki komedi putar bersebelahan dengan menunggangi kedudukan yang berbentuk hewan tersebut. Prilly tampak bahagia ketika permainan itu mulai memutar. Rasya tersenyum melihat Prilly sangat bahagia. Bisakah dia terus membuat gadis itu tertawa lepas seperti itu? Sekarang untuk melakukan pendekatan dengan Prilly dipersulit oleh Ali yang begitu posesif pada gadis itu. Hingga Rasya sempat mengurungkan niatnya untuk mendekati Prilly. Dan malam ini akhirnya dia bisa bersama Prilly lagi tanpa ada yang mengganggunya.

Prilly berpotret ria di atas komedi putar itu. Selfie ria dengan berbagai pose yang dilakukan. Menyuruh Rasya juga ikutan berselfie dengannya membuat Rasya juga melakukan pose aneh.

"Ternyata jalan sama kamu asyik juga yah! Aku kira kamu itu orangnya krik krik gitu!" Ujar Prilly saat mereka sudah turun dari komedi putar.

Rasya hanya tersenyum.

"Udah malam banget pulang yuk! Anterin yah, aku takut"

Rasya tersenyum geli. "Aku gak sejahat itu ninggalin kamu, aku akan bertanggung jawab antar kamu pulang"

"Oh soswettt angett sihh" Prilly mencubit pipi Rasya gemas.

"Yaudah kita pulang!" Ujar Rasya memegangi tangan Prilly, gadis itu hanya pasrah tangannya ditarik dan mengikuti Rasya membawanya ke mobil.

Mobil Rasya tiba dipelataran rumah Prilly. Membukakan pintu mobil untuk gadis itu. Prilly tersenyum dia perlakukan manis seperti itu oleh Rasya. Andai saja Ali yang melakukan itu, pasti dia lebih bahagia.

"Makasih yah kamu udah anterin aku pulang!"

"Sama - sama. Lagipula aku yang bawa kamu pergi, jadi aku harus tanggung jawab sama kamu"

Prilly hanya tersenyum.

"Yaudah aku pamit yah!" Prilly hanya mengangguk lalu melambaikan tangannya saat mobil Rasya meninggalkan pelataran rumahnya.

Ali yang baru tiba dihalaman rumahnya memperhatikan hal itu. Prilly diantar Rasya pulang. Menyadari Ali yang ingin mendekat Prilly buru - buru masuk ke dalam rumahnya, ia masih marah dengan Ali. Biarkan saja dia ngambek dengan cowok itu.

Ali menghela nafas saat tahu gadis itu menghindarinya. Ia berbalik dan masuk ke dalam rumah. Ah, gadis itu membuatnya frustasi. Cuma gara - gara melihatnya berduaan dengan Reina saja sudah membuat gadis itu sangat marah.

Ali memasuki kamarnya dan merebahkan diri dikasur dengan posisi terlentang menatap langit - langit kamarnya. Bingung dengan hubungannya bersama Prilly. Mereka sama - sama begitu posesif seperti sepasang kekasih yang saling mencintai. Tapi nyatanya dia dan Prilly hanyalah sekedar sahabatan.

Ali bangkit dari tidurnya dan berjalan ke arah jendela kamarnya. Memandangi kamar Prilly yang masih menyala lampunya berarti gadis itu belum tidur. Dari kaca jendela Prilly juga ternyata sedang berdiri di depan jendela, mengetahui Ali juga berada berdiri didepan jendela membuat gadis itu menutup gorden dengan wajah merenggut.

Ali yang melihat itu hanya menghela nafas. Sepertinya meminta maaf dengan Prilly tidak semudah yang ia bayangkan. Gadis itu sepertinya benar - benar marah padanya karena hanya melihat dia dan Reina berduaan didepan rumahnya. Padahal Reina ke rumahnya hanya sebentar mengambil flashdisk yang berisi dokumen osis.

Disisi lain Prilly menunjukkan muka cemberut sambil menggerutu dikamarnya.

"Katanya janji gak bakalan dekat - dekat sama Reina lagi kalau urusannya selesai. Nyatanya masih aja dekat sama Reina. Bohong banget kalau alasan osis, osis lama kan udah dibubarin. Jadi gak ada urusan lagi Ali sama Reina. Akhh, pokoknya aku ngambek sama Ali" gerutunya setelah menghempaskan kepalanya ke bantal tapi kepalanya ternyata menyentuh kepala ranjang.

"Aduhh, sakitttt" histeris Prilly sambil mengelus - elus kepalanya.

"Akhh, ini gara - gara Ali." Gerutunya, membaringkan kepalanya secara perlahan takut mengenai kepala ranjang lagi. Kemudian matanya terpejam menyelami alam mimpi.

Friends and Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang