Bab#18

11 2 0
                                    

"Eh ada kak Ali, kenapa kak?"

Reva yang keluar dari rumah mendapati Ali yang hendak mengetuk pintu rumah tapi tidak jadi karena dia keluar.

"Kakak kamu mana?" Membuat dahi Reva mengernyit.

"Emang kak Prilly tadi nggak ke rumah kakak, Reva kira tadi kak Prilly mau ke rumah kakak untuk berangkat bareng ke sekolah"

Ali menggeleng "yaudah kakak duluan yah!" Ujar Ali kemudian menaiki motornya, lalu melajukannya dengan kecepatan sedang meninggalkan pelataran rumah Prilly.

"Ada apa sama mereka? Apa kakak sama kak Prilly lagi berantem lagi?!!" guman Reva menerka - nerka apa yang sebenarnya terjadi.

"Ahh sudahlah, palingan nanti baikkan lagi. Emang dasar gitu kan mereka. Anehh" Reva terkekeh mengingat keduanya, yang satu kekanakan dan satunya lagi bisa super judes jika sedang menghadapi sikap kakaknya itu.

Ali berjalan menuju kelas setelah memarkirkan motornya. Langkah kakinya begitu lebar, ingin cepat sampai kelas. Dia ingin menemui seorang gadis yang kini sedang marah padanya. Langkah kakinya terhenti begitu saja di depan pintu kelas. Dia mendapati gadis yang sedang dekat dengannya itu sedang bercanda dengan Rasya, dan mereka tertawa dengan candaan yang menurut Ali tidak lucu itu.

Ali mendengus, sepertinya dia sendiri jadi kesal karena Prilly kini malah dekat dengan Rasya. Bagaimana mau membujuk, gadis itu menghindarinya dan malah mendekati dirinya dengan cowok yang dia tahu menyukainya. Ali tidak habis pikir apa mau Prilly, sepertinya dia akan marahan lama dengan Prilly.

Memasuki kelas dengan mata yang tertuju pada keduanya. Ali menyadari Prilly yang melirik dengan sinis langsung saja memalingkan wajahnya. Ah, gadis itu kenapa begitu marah dengannya.

Prilly sebenarnya tahu Ali berdiri di depan pintu kelas. Dia hanya ingin memanas - manasi Ali, kali saja cowok itu akan memintanya menjauhi Rasya atau menariknya untuk pergi dari sana. Tapi itu semua diluar dugaan, Ali tampak santai saja menyikapinya sedang dengan Rasya. Gagal sudah membuat Ali cemburu. Sepertinya cowok itu tidak mempunyai perasaan dengannya, kenapa dia jadi sedih mengingat cowok itu hanya menganggapnya sahabat.

"Pril" seru Rasya membuat Prilly terperanjat kaget.

"Ah, iya Rasya. Aku mau ke toilet dulu sebelum bel bunyi" tanpa menunggu jawaban Rasya Prilly langsung bangkit dari duduknya dan berjalan buru - buru keluar.

Ali yang melihat kepergian Prilly tidak ingin membuang - buang waktunya. Ia menyusul gadis itu dan mencegahnya ditengah jalan. Prilly hendak berjalan tapi Ali mencegahnya dengan menghalanginya ke kanan dan ke kiri. Prilly hendak berbalik dengan cepat cowok itu menarik tangan Prilly membawa gadis itu ke suatu tempat, dan Prilly hanya pasrah dibawa Ali dengan muka cemberutnya.

"Prilly, maafin gue yah!" Ali mencoba meminta maaf, kini mereka ada taman sekolah dan duduk dibangku panjang tersebut.

Prilly hanya bergeming, membiarkan Ali yang hendak melanjutkan perkataannya. Tangan Ali meraih tangan mungil Prilly dan menggenggamnya.

"Pril, gue minta maaf. Walau itu bukan salah gue sih, lo nya aja yang pergi duluan" Prilly mendengus mendengar perkataan cowok itu, ingin melepaskan tangannya yang di genggam Ali tapi cowok itu menahannya dengan menggenggamnya semakin erat.

"Mau minta maaf tapi nyalahin aku" gerutu Prilly, tak habis pikir dengan Ali.

"Oke, oke kali ini gue serius." Ali menarik nafasnya terlebih dulu, itu semua tidak lepas dari pengamatan Prilly yang memandangi wajah Ali.

"Prill, aku minta maaf. Malam itu Reina datang ke rumah pas aku mau ke rumah kamu. Dia mau ngambil flashdisk osis mau menyerahkan data anggota osis lama sama osis yang baru. Dan aku harap kamu percaya sama aku, aku dan Reina tidak ada hubungan apa - apa" Prilly mengernyitkan dahinya saat mendengar Ali memakai 'aku - kamu'.

Ali menarik nafasnya dan membuangnya sebelum kembali membuka suara, dia begitu gugup.

"Kamu tahu__" Prilly memotong ucapan membuatnya berdecak sebal.

"Nggak tahu" potong Prilly tanpa dosa, tidak tahu Ali kini benar - benar gugup.

"Ck, gue ngomong jangan di potong, lo tahu nggak gue grogi nih!" Ketus Ali.

Prilly mengerucutkan bibirnya kesal mendengar Ali kembali berbicara ketus padanya, salah dia juga malah memotong perkataan Ali.

"Kamu tahu, aku nggak suka saat kamu dekat dengan Rasya ataupun cowok lain." Ali kembali menghela nafas, Prilly kini dapat melihat kegugupan Ali.

"Karena aku__" Ali kembali menghela nafas untuk meredakan kegugupannya, rasanya Prilly ingin menyemburkan tawanya melihat ekspresi Ali. Tapi dia harus menghormati cowok yang kini berusaha meminta maaf padanya. Prilly sendiri tidak bisa menebak kemana arah pembicaraan Ali kini. Dia sedari tadi fokus dengan wajah tampan Ali yang kini kentara sekali sedang gugup, jakunnya naik turun.

"Karena aku . . . " Prilly gemas sendiri karena belum melanjutkan pembicaraanya. Kenapa dia yang kini menjadi deg - degan menunggu kelanjutan apa yang dibicarakan Ali.

"Cemburu ngelihat kamu sama cowok lain selain aku. Aku suka sama kamu Pril" Ali mengucapkannya dengan mata terpejam. Kini Prilly menunjukkan ekspresi kagetnya, dan mulutnya setengah terbuka mendengar penuturan Ali. Kemudian dia tersenyum geli.

"Aku sih nyangka aja kamu suka sama aku. Aku kan cantik, baik hati, pintar, pokoknya cewek idaman bangetlah. Mana mungkin ada yang nolak, kamu aja sampai klepek - klepek sama aku. Selama ini kamu kan pura jaim gitu dekat aku" perkataan Prilly yang begitu percaya diri itu membuat Ali melepas genggaman tangannya dan menoyor kepala gadis itu. Dia sudah begitu gugupnya merangkai kata untuk mengatakan cinta pada gadis itu, tapi ditanggapi dengan ucapannya yang begitu percaya diri itu.

"Aishh, kamu mahh. Jahat banget, nggak ada romantisnya jadi cowok. Habis nembak malah ditoyor kepala aku, kan sakitt" gerutu gadis itu sambil diiringi rengekkan.

Ali tersenyum geli memperhatikan Prilly merengek seperti itu. Merasa gemas dengan tingkah tidak tertebak gadis itu, dia kira setelah menembak gadis itu terharu karena dia mengatakan cinta. Tapi nyatanya gadis itu malah berkata seperti.

"Jadi kamu mau nggak jadi pacar aku Prilly Putri Arisha?" Ujar Ali kemudian.

"Mauuuu. Pakai banget malahhh. I love you Muhammad Ali Rafassya" pekik Prilly membuat Ali tersenyum senang, gadis itu langsung menghambur kepelukkannya.

Ali tidak pernah menyangka akhir dari pertemuan mengesalkannya dengan Prilly berakhir seperti ini, jadian dengan Prilly. Prilly yang selalu ia hindari karena Ali tidak suka sikap Prilly yang masih kekanakan itu. Tapi pada akhirnya, dia yang menjauhi Prilly mulai terikat dengan gadis itu. Dia yang tidak suka tingkah Prilly yang kekanakkan kini menjadi candunya. Ketika gadis itu berubah murung ia tak suka, dia lebih suka Prilly yang selalu ceria dan semangat menjalani hidupnya.

Inilah cara takdir Tuhan yang mempertemukannya dengan Prilly. Gadis yang memaksakan masuk ke dalam kehidupannnya. Menjadikannya terikat dengan gadis itu. Andai waktu bisa diputar, ia ingin awal pertemuannya dengan Prilly yang meyebalkan itu bisa diulang menjadi momen yang menyenangkan. Tapi tidak bisa, itulah momen yang bisa mereka kenang. Momen yang penuh keanehan itu itu mereka dipertemukan. Tapi tidak apa, mereka kini bahagia. Ali yang sudah menyadari perasaannya dan penantian Prilly untuk medengar pernyataan cinta Ali sudah diwujudkan. Dan inilah kisah tentang pertemuan menyebalkan menjadi kisah yang mengesankan. Tidak selamanya pertemuan yang diawali dengan buruk berakhir buruk pula. Dan pertemuan dengan cara yang baik tidakpula akan selalu berakhir dengan baik.

"I love you too, Prilly Putri Arisha"

Friends and Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang