08.45 PM
Prilly termenung dikamarnya. Memikirkan segala hal yang terus menggelayuti pikirannya. Berjalan kesana kemari di dalam kamar. Entah kenapa dia jadi bingung sendiri. Hingga kemudian suara ketukan dari pintu kamarnya menghentikam kegiatannya yang mondar - mandir tidak jelas.
"Kak, ini aku. Buka pintunya dong!" Itu suara Reva.
"Masuk aja, gak dikunci." Setelahnya Prilly kembali mondar - mandir tidak jelas dikamarnya. Reva yang melihat apa yang dilakukan kakaknya itu mengernyitkan dahinya bingung.
"Ngapain kakak mondar - mandir gak jelas gitu?" Tanya Reva sambil melangkah duduk dikursi meja belajar.
"Kakak lagi bingung nih!" Ujar Prilly sambil duduk di tepi kasurnya.
"Bingung? Bingung kenapa?" Tanya Reva mulai penasaran, sambil bangkit dan duduk disamping kakaknya.
"Kakak tuh lagi pdkt sama Rasya. Tapi gimana yah, ah kakak tuh bingung tau nggak sama perasaan kakak sendiri."
"Maksud kakak?"
"Jahat nggak kalau kakak dekatin Rasya biar bisa lupain Ali. Tapi tetap aja yah, kakak tuh gak bisa lupain Ali. Kakak cinta mati banget sama Ali. Huaa Reva bantuin kakak. Kakak nyerah dekatin Ali, kamu tahu kan kalau sikap Ali itu jutek banget sama kakak. Tapi yah anehnya, sore tadi Ali baik banget sama kakak. Huaa kepala kakak pening nih. Udah bilang mau sahabatan aja lagi, padahal kakak tuh cinta sama Alii" cerocos Prilly.
"Tuhkan pakai segala pdkt sama kak Rasya. Kasian tahu di Phpin anak orang. Udah aku bilang kan, kalau kakak itu cocoknya sama kak Ali. Harus semangat atuh ngejar kak Alinya. Perlu pengorbanan untuk mendapatkan sesuatu, termaksud dapetin kak Ali. Kalau kakak nggak mau sama kak Ali biar kak Ali sama aku aja deh."
Prilly melototkan matanya mendengar penuturan Reva. "Enak aja Ali sama kamu. Ali milik kakak. Selamanya akan menjadi milik kakak. Tidak ada seorangpun yang bisa rebut Ali dari kakak."
"Yeee labil banget sih jadi orang."
"Biarin. Pokoknya Ali milik kakak. Udah sana kamu pergi, jangan gangguin kakak. Ush ushh" usir Prilly kepada adiknya itu, sambil mengibaskan tangannya.
Reva mengerucutkan bibirnya sebal. Dikasih solusi kakaknya itu malah mengusirnya. Ah, yang penting kakaknya itu semangat lagi mengejar cintanya.
"Ngapain kamu senyum - senyum, kesurupan yah" Ujar Prilly saat melihat adiknya itu senyam senyum sendiri.
"E_enggak" Kemudian Reva benar - benar pergi dari kamar kakaknya, takut kakaknya itu mengamuk.
"Dasar aneh tuh anak, jangan - jangan Reva benaran suka lagi sama Ali. Wahh, gak bisa dibiarin tuh anak" gerutu Prilly selepas kepergian Reva.
Prilly beranjak dari duduknya berjalan ke arah jendela, lalu membuka gorden jendela kamarnya. Memandangi kamar Ali diseberang sana, lampu kamarnya belum mati. Berarti cowok itu belum tidur. Prilly segera mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Mencari nomor seseorang dan menghubunginya.
Hallo
Hallo Ali, kamu belum tidurkan? Bisa buka jendelanya dong
Ali yang mengangkat telepon dari Prilly dengan posisi duduk di tepi kasur akhirnya berjalan menuju jendelanya dan menyibak gorden jendela tersebut. Dia mendapati Prilly yang melambaikan tangan lewat jendela kamarnya.
Ali, kamu lagi ngapain?
Lagi telponan sama lo
Prilly cengengesan mendengar sahutan dari Ali diseberang sana, sedangkan Ali mendengus walau tidak dapat terlihat jelas oleh Prilly. Tapi muka kesal Ali dapat Prilly lihat walau berjauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends and Love (COMPLETED)
Teen FictionKisah klise tentang dua insan yang berbeda karakter yang terbiasa selalu bersama, hingga harus terjebak pada hubungan friendzone.