Kebiasaan Ali menangis di taman bangku taman rumah sakit. Menangis, itulah yang dilakukan Ali akhir - akhir ini. Menangisi Prilly yang belum juga sadar dari komanya. Tapi, kali ini dia menangis bukan karena gadis itu belun sadar dari komanya. Gadis itu melupakannya, Prilly mengalami amnesia. Vonis dokter itu benar - benar terjadi. Ketakutannya akhir - akhir ini terjadi juga.
"Prilly" sapa Ali begitu bahagia saat memasuki ruangan tempat gadis itu dirawat.
Gadis yang terbaring lemah itu menatap Ali, mengernyitkan dahinya kebingungan. "Kamu siapa?"
Ali terperangah tak percaya, bibirnya seakan kelu. Tubuhnya seakan membeku, Prilly tidak mengenalinya. Ali memandang ke arah Reva yang berdiri diseberangnya. Reva mengangguk, membenarkan apa yang berada dipikiran Ali saat ini.
"Prilly, lo gak kenal gue. Gue Ali, sahabat lo" Ali mencoba mengingatkan Prilly, tapi gadis itu menggeleng tanda dia benar - benar tidak mengenali Ali.
"Reva, dia siapa?" Tanya Prilly memandangi Reva.
Ali menggeleng tidak percaya, gadis itu benar - benar tidak mengingatnya. Jika gadis itu tidak mengingatnya, berarti gadis itu tidak akan pernah mendekatinya lagi. Tidak akan pernah mengusik hidupnya lagi. Gadis itu pasti bersikap asing padanya. Dia pergi dari kamar itu tanpa pamit.
"Kenapa lo lupain gue?" Guman Ali, memejamkan matanya sejenak dan menghela nafas dalam - dalam atas rasa sesak yang ia terima. Sungguh, Prilly yang melupakannya itu membuatnya terpukul. Gadis itu melupakan dirinya yang selama ini Prilly yang memaksanya untuk masuk ke dalam hidupannya. Namun, saat dia sudah terjebak masuk ke dalamnya, gadis itu melupakannya.
"Cowok kok nangis sih" suara itu, suara yang Ali rindukan. Tapi Ali menggeleng, itu tidak mungkin. Prilly tidak mungkin berada disini. Gadis itu melupakannya. Apakah dia mulai gila karena seolah - olah ada suara Prilly yang mengusiknya.
"Alii. Ih kok diam aja. Kamu nangisin aku yah? Ketahuan kan kalau kamu takut kehilangan aku" suara itu, Ali jelas - jelas mendengarnya. Dia langsung berdiri, dan membalikkan tubuhnya. Dibelakang bangku itu, Prilly berdiri sedang berdiri yang dibantu oleh Reva. Dia tersenyum manis, walau wajahnya masih pucat karena dia baru sadar dari komanya.
"Lo__lo ingat gue" Prilly menganggukkan kepalanya, sambil tersenyum cengengesan. Reva terkekeh melihat wajah Ali yang berantakkan dan dipenuhi air mata itu.
"Lo ngerjain gue yah? Lo gak lupa ingatan kan?" Prilly meringis mendengar ucapan Ali yang benarnya adanya. Dia hanya pura - pura amnesia untuk mengetes bagaimana sikap Ali padanya, ternyata Ali begitu peduli dengannya. Dia awalnya tidak percaya dengan cerita Reva yang mengatakan Ali menangis karena begitu mengkhawatirkan dirinya. Hingga ide gila itu tiba - tiba muncul begitu saja. Dan ternyata benar, Ali menangis karenanya. Membuat perasaan Prilly menghangat karena memikirkannya.
Prilly tersiap saat Ali menghampirinya dan menghambur memeluknya. Prilly tersenyum mendapat respon seperti itu. Ia kira Ali akan memarahinya karena sudah mengerjai cowok itu. Tapi ternyata cowok itu malah memeluknya. Prilly membalas pelukkan Ali. Merasakan pelukkan yang selama ini tidak pernah Ali berikan untuknya. Selama ini Prilly yang terlebih dahulu memeluk, dan cowok itupun terpaksa dipeluk olehnya.
Rasa bahagia menjalari hati Prilly. Cowok judes seperti Ali bisa juga menangis. Oh, betapa sweet Ali dimata Prilly. Sisi lembut Ali keluar ternyata setelah dia sadar dari komanya. Kenapa tidak sedari dulu saja dia kecelakaan dan koma. Mungkin sedari dulu juga dia sudah mendapatkan perhatian Ali untuknya. Pikiran bodoh itu seketika menggelayuti pikiran Prilly.
Ali melepaskan pelukkannya, menunduk menatap tepat pada manik mata Prilly. Tatapan teduh dari Ali membuat Prilly tersenyum lembut. Mengangkat kedua tangannya untuk menyentuh rahang Ali. Menghapus bekas air mata cowok itu dipipinya.
"Maaf yah udah ngerjain kamu." Namun tidak direspon oleh Ali. Cowok itu masih bergeming, masih menatap Prilly. Hingga gadis itu grogi ditatap Ali begitu.
"Alii, jangan natap gitu banget. Grogi nihh" ucapan Prilly berhasil membuat Ali tersenyum, tangan cowok itu terangkat untuk menyelipkan rambut Prilly ke telinganya.
"Janji jangan kayak gitu lagi. Gue gak mau lo bercanda kayak gitu. Lo tahu kan kalau gue takut banget kehilangan lo." Prilly mengangguk membenarkan, cowok itu memang sepertinya begitu takut kehilangannya.
"Maafin gue yah, selama ini gue judes sama lo. Mulai dari sekarang gue gak judes lagi sama lo. Kita sahabatan kan" Prilly awalnya tersenyum senang dengan penuturan Ali, pada akhirnya dibuat memberenggut saat Ali mengatakan mereka sahabatan. Ah, Prilly kan maunya lebih dari sahabat. Namun Prilly tetap menganggukkan kepalanya membuat Ali tersenyum.
"Akhh Alii" Prilly terpekik saat tiba - tiba Ali mengendongnya, namun kemudian mulai rileks dan mengalungkan tangannya dileher Ali.
"Lo baru sadar, kenapa jalan sih!" Ujar Ali yang mulai berjalan untuk membawa Prilly kembali keruang perawatannya.
Prilly tersenyum. "Gak papa kok, yang pentingkan bisa lihat kamu. Maafin yah aku ngerjain kamu."
"Iya. Tapi jangan diulangi lagi. Gak seru banget masa sahabat ngerjain sahabatnya."
"Tapi untung kamu gak marah, kalau marah bisa ngelebihin macan tahu gak"
Ali yang sudah sampai diruangan Prilly langsung membaringkan gadis itu diranjangnya. Menarik selimut sampai ke perut gadis itu.
"Udah jangan bercanda terus. Lo istirahat yah." Ujar Ali, suara itu begitu lembut menyuruh Prilly istirahat. Ternyata Ali bisa juga menjelma sebagai sosok yang lembut. Selama ini kan Prilly selalu dengar kata - kata judes Ali, kata - katanya berisi perhatian tapi ucapannya selalu membuat Prilly memberenggut kesal.
"Iya. Tapi kamu jangan kemana - mana yah." Pinta Prilly.
"Iya gue disini, gak akan ninggalin lo kok" Lagi - lagi Prilly tersenyum, ucapan Ali terdengar begitu manis dipendengarannya. Bisa - bisa Prilly klepek - klepek karena Ali berubah manis kepadanya. Tidak seperti sebelumnya terkesan jutek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends and Love (COMPLETED)
Teen FictionKisah klise tentang dua insan yang berbeda karakter yang terbiasa selalu bersama, hingga harus terjebak pada hubungan friendzone.