"Prilly"
Prilly yang baru saja hendak masuk ke dalam rumah setelah di antar Rasya di kagetkan oleh suara Ali yang memanggil.
"Ali, ngapain kamu di sini?" Prilly menghampiri Ali yang duduk di atas motornya.
"Jalan yuk!"
Prilly mengernyitkan dahinya "tumben banget ajak aku jalan, tapi yaudah deh" sahutan Prilly membuat Ali tersenyum sumringah. Prilly langsung saja naik ke atas motor vispa yang di bawa Ali. Sebenarnya dia lelah karena habis jalan dengan Rasya, tapi jika Ali yang mengajaknya lelahpun seperti menghilang.
"Kenapa belum jalan?" Tanya Prilly saat Ali belum juga menyalakan motornya, tidak tahukah Prilly jantung Ali sedang berdebar begitu kencang karena Prilly yang memeluknya erat dan dagu gadis itu menumpu pada bahu kanan Ali.
"I_iya ini jalan" Ali menyalakan motornya lalu melajukannya dengan kecepatan sedang.
Tanpa Prilly ketahui Ali tersenyum. Jantungnya berdebar begitu kencang karena Prilly yang tidak segan - segan untuk memeluknya. Harapannya hanya gadis itu tidak mengetahui dirinya sedang grogi.
Prilly, gadis itu sangat menikmati posisi seperti itu. Tangan yang melingkar diperut Ali dan dagunya yang bertumpu dibahu lelaki itu. Prilly sangat senang Ali tidak melarangnya untuk memeluk, biasanya cowok itu terus mendumel jika Prilly memeluknya.
"Ali" seru Prilly pada cowok itu, Ali hanya berdehem menyahutnya.
"Tumben banget kamu gak marah aku peluk"
"Dimarahin pun lo tetap meluk gue kan?!"
"Iya sih"
Mereka menikmati posisi seperti itu. Motor yang dikendarai Ali melaju dengan kecepatan lambat. Mereka memperhatikan jalanan yang ramai seperti sore menjelang malam ini. Rasanya selama mereka boncengan tidak pernah seindah sore itu. Pasalnya Ali yang selalu marah jika Prilly mengambil posisi seperti itu. Tapi kini mereka seperti sepasang kekasih yang sedang kasmaran.
Prilly selalu mengomentari apa yang dilihatnya di jalan, Ali yang menanggapinya dengan candaan. Tertawa bersama karena apa yang mereka bicarakan kadang melantur.
"Li, kamu tahu gak apa yang aku pikirin?" Tanya Prilly.
"Emangnya apa? Pasti mikirin gue kan" Prilly terkekeh mendengar ucapan Ali yang begitu percaya diri sekali.
"Iya sih. Aku berharap kita bisa gini terus. Sama - sama terus. Andai aja cinta aku gak bertepuk sebelah tangan" Perkataan Prilly membuat Ali terdiam. Tidak, cinta Prilly tidak bertepuk sebelah tangan karena Ali telah mencintainya. Rasanya Ali ingin berteriak sekarang juga bahwa dia mencintai Prilly, cinta gadis itu terbalaskan. Tapi Ali tidak berani untuk mengungkapkan, mungkin nanti ada saatnya.
Mereka tiba disebuah taman. Ali menarik tangan Prilly untuk duduk di ayunan yang berada di taman tersebut. Ali duduk di sebelah ayunan milik Prilly. Mereka terdiam, sambil terus menjalankan ayunannya dengan bantuan dorongan kaki.
"Pril" orang yang dipanggil pun menoleh. Mereka sama - sama menggerak - gerakan ayunan itu dengan kaki.
"Iya, sayang. Ahayy sayang" Prilly merasa geli sendiri dengan ucapannya itu, Ali terkekeh mendengarnya.
"Lo mau janji gak sama gue." Ucapan Ali yang terdengar serius itu membuat gadis itu fokus menatap Ali, kakinya tidak lagi mendorong ayunan itu.
"Janji apa?"
"Janji gak bakalan ninggalin gue"
Dahi Prilly mengernyit."emangnya aku mau kemana sih jadi ninggalin kamu. Walau aku pergi juga hati aku udah ke cantol sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends and Love (COMPLETED)
Teen FictionKisah klise tentang dua insan yang berbeda karakter yang terbiasa selalu bersama, hingga harus terjebak pada hubungan friendzone.