Sudah hampir dua jam Prilly termenung ditempatnya. Duduk dibangku panjang yang menghadap danau yang tenang. Danau itu memang tenang namun siapa sangka ada bahaya yang mengancam.
Hari semakin sore tidak sedikit tanda - tanda akan pergi dari tempat itu. Entah magnet apa yang mengikat Prilly hingga gadis itu sangat betah berdiam diri tempat itu.
Akhir - akhir ini Ali disibukkan dengan kegiatannya sebagai ketua osis. Cowok itu begitu sibuk dengan kegiatannya hingga tidak ada lagi waktu untuk menemani Prilly sekedar jalan - jalan. Pulang sekolahpun Prilly ikut bersama adiknya, Reva.
Ternyata Ali yang sibuk dengan kegiatannya harus membuat jarak diantara mereka. Ali begitu sibuk mengurusi pergantian kepengurusan osis yang lama dengan anggota osis baru. Ali yang sepatutnya tidak berogarnisasi lagi karena sudah kelas 12, dan dia harus bersiap - siap menghadapi ujian.
Beberapa akhir ini, Prilly selalu ke danau. Disana Ali pertama kali mengajaknya jalan tanpa diminta. Dia merasakan tenang ditengah kesunyian, dia sendiri disitu. Tempat itu pantas saja disukai Ali, ternyata bisa menenangkan pikiran. Prilly jadi suka tempat itu.
Kini Prilly memang sedang membutuhkan ketenangan. Ia rindu dengan Ali. Cowok itu beberapa hari ini begitu sibuk dengan kegiatannya. Ah, Prilly benar - benar merindukan Ali. Kapan Ali bisa bersamanya lagi? Menghabiskan waktu bersama cowok itu.
"Ali, kamu mau kemana? Mau pergi dengan alasan osis lagi" Prilly tiba - tiba saja berada dihadapan Ali yang sudah menyalakan motornya untuk pergi.
"Iya, gue mau pergi. Hari ini ada persiapan untuk acara LDK besok." Sahut Ali, membuat Prilly mendesah kecewa. Padahal dia mengajak cowok itu jalan - jalan.
"Yahh, padahal aku mau ngajak kamu jalan." Ucap Prilly kecewa.
"Yaudah, nanti kalau gue gak sibuk."
"Tapi aku maunya sekarang!"
"Gue gak bisa, Pril. Jangan manja deh. Jalan - jalan sendiri bisa kan" cowok itu berkata dengan nada membentak, hingga mata Prilly memanas dan setetes airmata itu meluruh membasahi pipi chubby Prilly. Prilly membalikkan badannya, pergi tanpa kata. Ali mengacak rambutnya frustasi.
"Ali jahat banget bentak aku!" guman Prilly saat mengingat kejadian beberapa jam yang lalu yang membuatnya sekarang berada di danau.
Setetes air mata itu jatuh membasahi pipi Prilly, lalu dengan cepat ia mengusap air matanya itu.
"Ali berubah pasti gara - gara Reina, dia kan sekarang dekat sama Reina. Aku benci Ali. Katanya gak mau judes lagi sama aku, tapi buktinya apa. Dia tadi malah bentak aku lagi." Prilly mendengus saat mengingat akhir - akhir ini Ali dekat dengan Reina, gadis itu menjabat sekretaris osis.
Ali mengusap wajahnya frustasi saat Reva mengatakan kakaknya itu pergi jalan - jalan. Pergi kemanakah gadis itu tanpa dirinya?
"Kakak tenang aja yah! Kak Prilly bentar lagi pulang kok" ujar Reva menenangkan Ali yang dibuat bingung dengan kepergian Prilly.
"Tapi dia pergi kemana?" Tanya Ali yang mendapat gelengan dari Reva.
"Selama kakak sibuk, kak Prilly pergi sendiri. Tapi gak tahu pergi kemana? Kak Prilly gak bilang sama Reva"
"Yaudah. Kakak pamit, mau cari kakak kamu." Reva mengangguk dan memperhatikan kepergian Ali dengan motornya, lalu masuk ke dalam rumah.
Sudah hampir setengah jam Ali mencari gadis itu, tapi tidak ada tanda - tanda gadis itu temukan. Tempat - tempat yang sering dikunjungi Prilly taman, lapangan basket biasanya Ali bermain tidak ada juga. Ah, gadis itu membuatnya frustasi.
Setelah urusannya selesai Ali langsung pergi ke rumah Prilly untuk menemui gadis itu dan meminta maaf karena tadi dia tidak sengaja membentak gadis itu. Dan dia sadar, akhir - akhir ini ia tidak bisa menemani Prilly untuk jalan - jalan lagi seperti biasanya. Dia benar - benar sibuk dengan organisasinya.
Ali memutuskan berhenti sebentar mencari Prilly. Dia melewati jalanan yang menuju danau, tempat favoritnya kalau ada masalah. Dia kini sedang beristirahat sejenak sebelum dia mencari Prilly lagi.
Sebelum benar - benar sampai ke tepi danau. Ali melihat seorang gadis sedang duduk dibangku panjang yang biasanya ia tempati. Gadis itu begitu familiar untukknya. Kakinya melangkah mendekati gadis itu, dan dibelakang bangku itu ia terhenti. Gadis yang tidak lain Prilly itu menggerutu kesal.
"Ali jahatt! Pokoknya gak bakalan maafin dia sampai dia mau nurutin kemauan aku untuk loncat dari menara efiel, sekalian aja kao itu lebih baik"
"Yakinn" suara yang berasal dari belakangnya membuat Prilly menoleh. Wajah mereka hampir bersentuhan karena Ali menunduk. Beberapa detik mereka berada diposisi itu. Hingga pada akhirnya Prilly mendorong wajah Ali dengan telapak tangannya.
"Ngapain ada disini? Gak jalan sama Reina cabe - cabean itu!'" Ali memutar berjalan memutari bangku. Dia mendudukkan dirinya disamping Prilly.
Ali mengernyitkan dahinya menatap Prilly dari samping. "kenapa lo bahas Reina?"
Prilly memutar bola matanya kesal. "Menurut lho! Sok polos banget sih!"
"Lo tuh yang gak jelas! Marah - marah gak jelas! Nyangkutin pautin gue ada hubungan sama Reina lagi, dasar cewek aneh Lho!" Prilly mendengus mendengar perkataan Ali.
"Kalau aku aneh ya udah jangan dekat - dekat! Sana pergi!" Usir Prilly. Ali hanya bergeming sambil menatap lurus ke danau.
"Maafin gue yah soal tadi! Gue gak maksud bentak lo" Prilly menatap Ali yang juga sedang menatap ke arahnya.
Prilly tersenyum "aku memang sebal sama kamu, tapi aku gak bisa marah lama sama kamu. Aku selalu maafin kamu kalau kamu berbuat salah sama aku. Sahabat pasti maafin kesalahan sahabatnya."
"Terima kasih" ujar Ali tulus sambil tersenyum.
Setelahnya terjadi keheningan diantara mereka, hingga suara Ali memecahkan kecanggungan diantara mereka.
"Pulang yuk!" Ajak Ali sambil berdiri dan memegangi tangan Prilly untuk ikut dengannya. Prilly hanya pasrah mengikuti Ali yang menarik tangannya.
Setelah menempuh perjalanan yang hanya memerlukan waktu sepuluh menitan mereka sampai didepan rumah Prilly. Prilly turun dari motor Ali, begitupun Ali yang mengekori Prilly sampai depan pintu rumahnya.
"Masuk dulu yuk!" Ajak prilly.
"Udah ah, ayokk! Jangan alasan kemalaman, orang rumah kamu tetanggaan juga sama rumah aku." Prilly menarik tangan Ali untuk membawa Ali masuk ke dalam rumahnya. Membawa cowok itu sampai ke ruang tamu dan menyuruhnya duduk di sofa.
"Aku bikinin kamu minum yah!"
"Gak usah!" Ali mencegah Prilly dengan memegangi pergelangan tangan gadis itu hingga kembali terduduk disampingnya.
"Yaudah kalau gitu. Besok kamu sibuk lagi gak?" Tanya Prilly.
"Iya, gue sibuk. Besok lo pulang sendiri yah! Gue pulang telat soalnya."
Prilly mengerucutkan bibirnya. "Kamu mah sibuk terus! Kapan bisa jalan - jalan lagi sama kamu!"
"Kalau gue gak sibuk lagi"
"Tapi kamu sibuk terus!"
"Kan udah gue bilang pas gak sibuk lagi"
"Iya, iya. Pas gak sibuk, tapi gak tahu tuh kapan gak sibuknya. Mungkin tahun depan kali!"
Ali hanya menggeleng melihat Prilly menggerutu seperti itu. Gadis itu memang tidak bisa membiarkan Ali sibuk dengan kegiatannya. Prilly seperti memiliki Ali hingga ia begitu posesif. Gadis itu ingin waktu Ali hanya untuknya bukan orang lain, apalagi Reina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends and Love (COMPLETED)
Dla nastolatkówKisah klise tentang dua insan yang berbeda karakter yang terbiasa selalu bersama, hingga harus terjebak pada hubungan friendzone.