Prilly sudah bisa beraktivitas seperti biasanya setelah menjalani proses pemulihan setelah sadar dari komanya. Seperti saat ini Ali menjemputnya untuk berangkat sekolah bersama. Dulu Prilly yang menghampiri Ali kerumahnya, kini Alilah yang menjemputnya. Cowok itu yang meminta agar gadis itu menunggunya saja di rumah. Kadang karena kelamaan, Prilly menyusul Ali daripada dia telat.
"Haii, ternyata ada cogan blasteran arab" ujar Prilly saat baru keluar dari rumahnya.
Ali mendengus. Kebiasaan gadis itu tidak pernah berubah, tidak pernah bisa di ajak serius.
"Cogan nama kamu siapa?"
Ali berdecak. "Bisa gak lo serius, bercanda mulu!"
"Aduh abang, bisalah. Tapi nanti dulu yah ke pelaminannya, soalnya aku mau sekolah dulu. Ngejar cita - cita dulu, nah kalau abang mau ngajak aku pelaminan nanti aja, 10 tahun lagi yah." Cerocos Prilly yang ditanggapi Ali dengan memutarkan bola matanya malas.
"Naik cepetan, ntar telat!" Prilly mengerucutkan bibirnya kesal, ucapannya tidak ditanggapi Ali. Tapi sudahlah, dia sudah biasa diperlakukan Ali seperti itu.
Prilly naik ke motor, melingkarkan tangannya diperut Ali. Dan dagunya diletakkan di atas bahu kanan Ali. Prilly senang bisa memeluk Ali tanpa mendapat tolakkan dari Ali. Ternyata Ali membuktikan ucapannya bahwa dia tidak akan judes dan memperlakukan Prilly dengan baik sebagai sahabat. Prilly mendengus saat mengingat kata sahabat diantara dia dan Ali. Dia kan inginnya menjadi kekasih cowok itu.
Motor Ali membelah kemacetan jalanan ibu kota. Pagi seperti ini orang - orang sibuk dengan aktivitasnya. Ada yang ke kantor dan untuk anak sekolahan tentu saja pergi ke sekolah. Walau sebagian dari mereka tidak memiliki sim dan belum cukup umur untuk mengendarai motor.
Setelah menerobos kemacetan, akhirnya mereka sampai juga disekolah. Ali memarkirkan motornya, mereka berjalan bersama. Siswa di sekolah mereka sudah tahu kalau mereka yang dulu selalu ribut kini begitu akrab. Memang mereka seperti sepasang kekasih, walau sebenarnya status mereka yang katanya hanya sahabatan. Jika Prilly teringat kata sahabatan diantara dia dan Ali, dia jadi sebal sendiri.
"Alii" seorang perempuan cantik bernama Reina memanggil Ali, langkah mereka yang hendak ke kelas terhenti karena panggilan Reina.
"Cewek ganjen itu lagi" ucap Prilly tidak suka saat Reina berjalan menghampiri Ali, sedangkan Ali hanya melirik Prilly yang tidak suka akan kehadirannya Reina.
"Ada apa Rei?" Tanya Ali saat Reina sudah berdiri dihadapannya.
"Katanya nanti sore ada rapat osis untuk membahas anggota osis yang baru yah?"
"Iya ada. Nanti kita membahas kemana LDK dilaksanakan untuk calon anggota osis yang baru, dan setelah melaksanan LDK kita bakalan melakukan pemilihan ketua osis. Nanti masalah ini akan kita rapatkan nanti sore."
"Aduh perasaan ini masih pagi, kok panas banget yah." Ujar Prilly tiba - tiba sambil mengibaskan - ngibaskan tangannya. Reina menatap sinis Prilly yang sedari tadi berdiri disamping Ali.
"Yaudah Li, nanti aku kasih tahu sama anak - anak." Ujar Reina kemudian,
"Makasih yah!"
"Iya sama - sama" Reina pergi menuju kelasnya.
"Aduhh duhh, ada kesenangan nih gara - gara cewek keganjenan itu nyamperin" sindir Prilly, sedangkan Ali mengernyit tak suka.
"Kesenangan gimana sih? Kalau jeless bilang." Ucap Ali sambil berlalu dari hadapan Prilly, hingga Prilly terperangah mendengar ucapan Ali. Hingga kemudian dia menghentakkan kakinya kesal.
"Siapa yang jelesss, gak ada yahh! " pekik Prilly sambil menyusul Ali yang berjalan terlebih dulu.
Ali masih dapat mendengar pekikan kesal Prilly. Dia tersenyum mendengarnya. Gadis itu memang lucu dan unik. Bagaimana tidak unik, perempuan sangat jarang blak - blakan soal perasaannya dengan alasan jual mahal. Tapi gadis itu malah secara blak - blakan mengatakan tentang perasaannya. Walau dengan nada bercanda, tapi Ali tahu ucapan Prilly serius.
"Ali kamu kemana? Baru aja aku mau ngajakin jalan - jalan" ujar Prilly. Dia kini ada halaman rumah Ali, berniat untuk mengajak cowok itu jalan - jalan tapi sepertinya Ali hendak pergi. Cowok itu berpakaian rapi, baju kaos hitam yang dilapisi jaket abu - abu serta celana jeans hitam yang dia pakai.
"Gue kan sore ini ada rapat. Bukannya lo sendiri tadi dengar obrolan gue sama Reina yah"
"Iya sih dengar, tapi kan aku mau jalan sama kamu. Urusan osis itu biar mereka aja yang urus, kamu mending jalan sama aku."
"Gak bisa Pril. Gue kan ketua osis, masa gak bertanggung jawab sama kegiatannya sih, bentar lagi kan gue turun jabatan sebagai osis."
Prilly mengerucutkan bibirnya. "Bilang aja mau ketemu Reina kan, yaudah sana pergi. Aku bisa jalan - jalan sendiri kok" gerutu Prilly, berjalan meninggalkan pelataran rumah Ali dengan muka ditekuk. Gadis itu tidak berjalan ke rumahnya, tapi entah kemana dia akan pergi. Ali mengacak rambutnya frustasi, bingung harus melakukan apa. Ingin sekali ia menemani Prilly jalan - jalan, tapi dia tidak mungkin melalaikan tanggung jawabnya sebagai ketua osis.
Prilly berjalan menelusuri trotoar, kakinya menendang - nendang dedaunan kering yang gugur dari tempatnya. Prilly terus menggerutu karena kesal dengan Ali. Bukannya dia tidak pengertian, tapi ia tidak ingin Ali bertemu dengan Reina. Gadis yang selalu mengejar - ngejar Ali. Prilly tidak bisa membiarkan gadis itu dekat dengan Ali.
"Sebal banget sama Ali, pasti dia mau tepe - tepe sama cewek keganjenan itu. Iih, gak suka banget aku sama si Reinong itu. Cewek sok kecakepan gitu, cakepan aku kemana - manalah. Orang kembaran selena gomez gini" dumel Prilly, untung saja jalanan sepi. Orang - orang bisa saja menganggap Prilly tidak waras karena berbicara sendiri.
"Aku juga mau kemana ini? Perasaan jalan tanpa arah tujuan deh, seperti hubungan aku sama Ali yang gak ada kepastian. Ada sih kepastiannya, sahabatan katanya."
Prilly berhenti sejenak, memikirkan dia mau kemana. Tidak mungkin kan dia jalan tanpa arah tujuan. Sepertinya Prilly sudah tahu dia hendak kemana. Danau, tempat yang pernah dia dan Ali kunjungi sepertinya bagus untuk menenangkan pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends and Love (COMPLETED)
JugendliteraturKisah klise tentang dua insan yang berbeda karakter yang terbiasa selalu bersama, hingga harus terjebak pada hubungan friendzone.