I See U || Golden Child ✔

5.1 Aku kayaknya suka kamu.

Aku masuk kedalam rumah dan langsung terduduk lemas di sofa, lututku lemah.

"Choi Sooyun, kamu nggak masuk ya hari ini? Seharian aku cari nggak ada."

Aku menoleh ke arah pintu yang tiba-tiba terbuka, menampilkan seorang lelaki dengan kaus putih ke abu-abuan yang kini berjalan ke arahku dan duduk disampingku.

Aku menggeleng lemah, "kamu kenapa? Sakit?"

Bukan jawaban yang aku berikan tapi tangisku kembali pecah, "Bongjae!!!"

Aku memeluknya sekuat tenaga dan menangis sekeras mungkin.

"Ah kenapa? Jangan nangis aduh gimana ini aku harus apa."

"Kamu diem aja, dengerin aku nangis."

"O--okay," Jaehyun benar-benar diam, sesekali mengusap punggungku.

Setelah beberapa menit akhirnya tangisku mereda, aku melepas pelukan kami dan menunduk sambil menghapus air mata di pipiku.

Jaehyun menghapus bekas air mata yang masih tersisa dan mengecup kedua kelopak mataku, kebiasaannya jika aku menangis.

"Udah tenang?" aku mengangguk.

Dia bersandar di dinding dan menatapku, "mau cerita? Aku denger, kalau enggak yaudah nggak apa-apa."

Sial, ganteng banget

"Aku... tadi... aku--"

"Iya kamu kenapa," Jaehyun terlihat sedikit kesal karena aku memenggal setiap ucapanku.

"Aku tadi ke kampus naik bus, trus bus nya penuh. Trus aku..... BONGJAE MAAF AKU NGGAK DENGERIN KAMU UNTUK PAKE JEANS PANJANG."

"Yah kok nangis lagi, emang kenapa? Lagian dibilangin susah, disuruh pake jeans panjang supaya nggak dingin, supaya aman dan kamu---"

Jaehyun memegang kedua pundakku dengan kencang, "KAMU NGGAK DI LECEHIN KAN CHOI SOOYUN?"

"IYAAA."

Jaehyun melepas tangannya dari pundakku, menghela nafas dan mengusap wajahnya kasar.

"Kamu diapain?"

Nada bicaranya tenang tapi wajahnya merah padam, "Jaehyun, aku takut."

Aku menunduk takut, belum pernah aku melihatnya semarah ini.

Dia bangkit dan berjalan ke arah dapur, meneguk satu gelas air putih kemudian duduk disampingku dan memelukku.

"Maaf, bikin kamu takut." Aku mengangguk di sela lehernya.

"Kamu diapain?" Kali ini nada bicaranya lembut.

"Pahaku di sentuh."

"Oke, cukup." Dia melepas pelukannya dan tersenyum.