--- 💐 Bomin's Graduation 💐 ---

141 14 2
                                    

Hari ini aku dan Sungyoon tidak ada kelas, ayah dan ibu juga tidak masuk kantor, khusus untuk menghadiri acara kelulusan si bungsu Choi Bomin. Jibeom tidak bisa hadir, sulit untuk anak pendidikan polisi sepertinya, iya Jibeom adalah calon polisi.

Ayah dan ibu berangkat bersama Bomin tadi pagi sementara aku dan Sungyoon masih bermalas-malasan di atas sofa sambil menonton televisi.

Sungyoon menendang kakiku, "mandi sana."

"Kakak duluan aja sana," aku berbalik menendang punggungnya.

Begitu seterusnya sampai kami akhirnya berlarian panik karena terlambat ke acara kelulusan Bomin.

***

"Ini gara-gara kamu, coba aja kalau disuruh mandi langsung mandi."

Sungyoon sibuk memarahiku di tengah sesaknya manusia di ruangan ini, sementara aku sibuk melindungi bucket bunga agar tidak rusak.

"Berisik, mending telepon ayah sana."






Setelah berdesakan selama kurang lebih dua jam akhirnya aku bisa bernapas lega, walau tidak bisa melihat upacara kelulusan karena tidak tahan dengan sesaknya dunia ini tidak apa, setidaknya Bomin lulus.

"Nih, maaf agak rusak."

Aku menyodorkan bucket bunga yang agak hancur dibeberapa sisi karena berdesakan tadi.

Bomin tersenyum, "makasih."

Aku memeluknya, "ewh," dia mendorongku menjauh.

"Heh mau apa? Jangan peluk!"

Choi Sungyoon tetap Choi Sungyoon, baginya larangan itu seperti perintah.

Bomin memejamkan matanya saat Sungyoon memeluknya erat di depan umum.

"Aku bukan anak kecil, jangan peluk-peluk."

Bomin menggeliat geli setelah Sungyoon melepas pelukannya.

"Choi Bomin," kami semua menoleh. Seorang anak perempuan memanggil Bomin.

Bomin menitipkan bucket bunga dariku ke ayah lalu menghampiri gadis itu dan menariknya menjauh, sementara aku, Sungyoon, ayah dan ibu saling tatap dan tersenyum.

"Halo."

Jibeom berlari dari arah parkiran dan mencium pipi ibu, "katanya nggak bisa dateng?"

"Aku dapat izin." katanya lalu merangkulku dan Sungyoon.

"Bomin mana?"

Aku menunjuk sudut sekolah, tempat dimana Bomin dan gadis tadi bicara, oh maksudku berpelukan.








"Kak Jibeom?"

Bomin berlari ke arah kami setelah menyelesaikan urusannya dengan gadis tadi dengan bucket bunga ditangannya--dari gadis tadi mungkin.

"Katanya nggak dateng?"

"Aku dapat izin."

Bomin mengangguk dan memasang wajah bingung saat melihat aku dan Sungyoon menahan tawa.

"Aku bukan anak kecil, jangan peluk-peluk."

Sungyoon menirukan kalimat Bomin tadi sambil menahan tawanya.

"Kakak kenapa?"

Bomin tidak peka ya?

"Bukan anak kecil ya nggak mau dipeluk kakak, maunya meluk perempuan. Siapa tuh tadi yang dipeluk?"

Bomin diam, wajahnya memerah.

"Ah kakak liat ya?!"

"Aku juga liat," wajah Bomin semakin merah.

"Ayah juga liat, semuanya liat Bominku pelukan sama anak perempuan tadi."

Aku dan Sungyoon tertawa melihat wajah Bomin yang sekarang sangat merah.

"Aku malu," Bomin menutup wajah dengan kedua tangannya.

"Lagian kok perempuan yang ngasih bunga ke laki-laki sih. Bukannya udah ayah ajarin cara nge treat perempuan?"

Tawaku dan Sungyoon makin kencang menghiasi acara kelulusan Bomin.

***

"Udah malunya, makan dulu tuh," Sungyoon mengacak rambut Bomin yang sedari tadi diam.

Saat ini kami sekeluarga sedang makan di restaurant, merayakan kelulusan Choi Bomin.

Aku tertawa, "jangan digituin kak, bukan anak kecil dia."

"Ih kakak."

Sekarang hobiku bertambah, menggoda Choi Bomin.

"Udah, ini juga kakak-kakaknya suka banget ya bikin adiknya marah."

"Bomin lucu kalo ngambek."

Akhirnya kami berhenti menggoda Bomin, kasian juga lama-lama.

Kami menikmati makanan masing-masing sambil sesekali mengobrol, mulai dari membicarakan saudara-saudara, kuliahku dan Sungyoon, rencana kuliah Bomin, sekolah polisi Jibeom, bahkan hal paling tidak penting di dunia seperti kenapa Bomin sulit bangun pun kami bicarakan.

"Aku pergi ya?"

Jibeom merapihkan bekas makannya dan berdiri.

"Cepet banget kak," Bomin tampak sedih, kalau tidak ada Jibeom maka tidak ada lagi yang membelanya.

"Iya, izinku cuma sebentar. Sampai ketemu dirumah."

"Hati-hati," Jibeom mengangguk lalu mencium dahiku dan ibu kemudian keluar sambil melambaikan tangannya.

***

"Diliatin terus ya bunga dari pacarnya, bunga dariku pasti kamu buang, mentang-mentang layu."

Aku berteriak dari depan kamarnya yang tidak tertutup lalu berlari masuk ke kamarku, setelahnya aku mendengar suara pintu ditutup.

ting

Hong Joochan
Aku kerumahmu ya
Mau kasih selamat ke Bomin
19:10

Choi Sooyun
Iya, hati-hati
Btw dia punya pacar sekarang, cantik
19:11

Hong Joochan
Wow, unexpected
Tapi tetep kamu yang tercantik
Aku berangkat ya, see you
19.11
read

Kenapa ya rasanya masih blushing berlebihan kalau Joochan memberi kalimat rayuan.

 I See U || Golden Child ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang