11. Hong Joochan, aku sayang kamu.

165 18 2
                                    

Hari ini aku harus menunda nikmatnya tidur siang, karena walau kelasku sudah selesai sejak pukul sebelas siang aku masih harus berada di dalam perpustakaan hingga pukul--pukul berapa sekarang?

14.18

Oh astaga, kembalikan waktu luangku. Sekarang aku persis seperti Bong Jaehyun si mahasiswa kedokteran yang super sibuk.

"Huh," aku menghela napas berat yang menimbulkan suara agak keras, membuat beberapa orang menoleh.

Aku berucap maaf tanpa suara sambil menunduk berkali-kali.

Dengan menghela napas sekali lagi--tentu tanpa suara, akhirnya aku menelungkupkan kepalaku diatas meja bacaan perpustakaan.

"Capek ya?"

Seseorang mengusap rambutku dengan lembut, membuatku mengantuk.

"Tidur kalau ngantuk, aku temenin."

Aku hafal suara ini, ingin aku memeluk orang itu untuk menghilangkan rasa lelahku tapi rasa kantuk ku melebihi apapun, dan aku tertidur.

15.50

Aku terbangun karena suara hujan, tapi tangan itu masih terus mengusap kepalaku. Sudah satu jam lebih dia melakukannya.

"Joochan, nggak pegel?"

Tidak ada jawaban.

Aku menolehkan kepala ke arah kanan dan dihadapkan langsung dengan wajah Hong Joochan yang tenang dalam tidurnya.

Dia masih bisa terus mengusapku walau sedang tidur?

Aku menahan tangannya yang terus mengusap kepalaku dan menggenggamnya dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku yang kini gantian mengusap kepalanya.

"Thankyou for being my boyfriend."

Aku mencium bibirnya, untuk pertama kali.

Genggaman tanganku dan Joochan mengerat saat aku hendak melepas ciumanku, Joochan tidak tidur, dia membalas ciumanku.

***

"Ayo kerjain," dia terus mengucapkan kalimat yang sama sejak beberapa menit lalu.

"Nanti, baru sampe rumah juga kan."

Joochan menaikkan kedua kakiku ke atas pangkuannya lalu memijatnya, "capek ya?"

"Iya, larimu cepet kayak naruto."

Ia terkekeh lalu lanjut memijat kakiku.

"Sooyun mandi sana! Joochan, ini handuk dan baju gantinya."

Sungyoon si perusak suasana.

Karena hujan tidak kunjung reda hingga pukul enam sore, mau tidak mau aku dan Joochan berlari menerobos hujan dari perpustakaan ke parkiran gedung fakultas teknik yang jaraknya lumayan jauh--500 meter atau malah 1 km ya?

Ditambah lagi Joochan menggunakan motor sebagai alat transportasinya dan dia seperti Bong Jaehyun yang tidak mau ribet, akhirnya kami berdua basah sampai rumah. Oh, jangan lupa dengan omelan Choi Sungyoon.

"Nanti keburu masuk angin, cepetan."

"Hih bawel kali aku punya abang rupanya."

Sungyoon menarik lenganku dan mendorongku menaiki tangga, sementara Bomin dan Joochan menyaksikan pertengkaran kami dengan senyum yang tertahan.

Selesai mandi dan ganti baju aku menghampiri Joochan yang tertidur di sofa, aku suka wajah tenangnya saat tidur.

"Kalau udah bangun suruh minum," Sungyoon meletakkan dua gelas teh hangat di atas meja lalu kembali ke dapur.

Aku mengangguk, "makasih."

Senyumku mengembang saat mendengar dengkuran halus dari Joochan, pasti dia sangat lelah hingga mendengkur.

Aku menyentuh helaian rambut coklatnya dan merapihkannya, "Hong Joochan."

Sekarang tanganku mengusap dahinya, "kamu terlalu sempurna buat aku."

Satu persatu jemariku bertautan dengan jemarinya, "maaf aku belum bisa jadi yang terbaik."

Kuusap punggung tangannya yang pucat dan dingin, "maaf aku udah merusak semuanya."

Perlahan aku menyentuh wajahnya, "maaf aku ngecewain kamu."

Mataku berair, "maaf udah nyakitin kamu."

Air mataku menetes, "maaf untuk segalanya."

Aku terisak dalam tangisanku, "kamu laki-laki yang baik."

Wajahku bengkak penuh air mata, "dan kamu pantas dapat perempuan yang baik juga."

Aku memeluknya, "Hong Joochan, aku sayang kamu."

 I See U || Golden Child ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang