--- 💒 Dad's Wedding 💒 ---

129 18 1
                                    

"Yang ini di taruh sana ya."

"Kursinya terlalu rapet, tolong geser sedikit."

"Bunganya jangan sampai layu."

"Karpetnya jangan sampai kelipet."

"Aduh itu jangan deket kolam nanti tamu pada nyebur gimana?"

Kira-kira seperti itu kalimat yang ku dengar seharian ini dan semua itu adalah kalimat yang keluar dari mulut Choi Bomin.

Seharusnya ayah tidak perlu menyewa event organizer, karena bahkan semua sudah diatur oleh Bomin. Biar saja dia bekerja sendiri, dasar banyak mau.

"Choi Bomin, bisa diam? Aku pusing denger suaramu dari siang."

Aku sungguh lelah dengan celotehannya dari pagi, kenapa terkesan dia yang mau menikah ya.

Ayah dan tante Liu sengaja aku suruh untuk menghabiskan waktunya ke salon entah perawatan atau apapun itu yang penting mereka rileks, Sungyoon dan Jibeom sibuk bertemu teman-teman mereka memberitau sekaligus mengundangnya ke pernikahan ayah dan tante Liu.

Jadi hanya ada aku, Bomin, dan orang-orang yang sedang mengurus dekorasi rumah untuk pernikahan ayah besok.

"Calm baby," aku bernapas lega saat melihat seseorang muncul dari pintu.

"You here," aku menghampirinya dan memeluknya.

"Jangan marah-marah gitu," Joochan mengusap rambutku dan sesekali menciumnya.

"Kalau ada pawangnya diem, thanks kak." Bomin berlari ke arah belakang rumah sebelum aku berhasil menendangnya.

"Kenapa kesini?" Aku menuntunnya untuk duduk di sofa.

"Disuruh ayah, katanya kamu berdua sama Bomin di rumah. Ayah takut Bomin babak belur sama kamu," dia tertawa.

"Segalak itukah aku sampe ayah takut Bomin luka."

"Kalau tadi aku nggak dateng, mungkin Bomin udah kamu cakar."

Benar juga, aku memang berniat mencakar Bomin tadi.

"Besok aku disuruh ayah dateng jam 6," aku membenarkan posisi dudukku menghadapnya.

"Kenapa nggak nginep aja sekalian?"

Dia tertawa, "aku kan bukan siapa-siapa, ngapain nginep."

Dan sekarang aku juga yakin kalau aku tidak salah memilih, Joochan laki-laki baik.

***

"CHOI BOMIN LETS GET UP!"

Aku berteriak di hadapan wajah Bomin sejak sepuluh menit yang lalu.

"Nih," Sungyoon menyodorkan sebuah gayung mandi yang penuh air.

"Apa?"

"Siram."

"JANGAN, BERANINYA KAKAK NYIRAM ADIK KESAYANGANKU."

Sungyoon tersenyum kecut dan hendak berbalik keluar kamar Bomin.

"Eh mau dibawa kemana gayungnya?"

"Kamar mandi lah," aku mengambil alih gayung di tangannya dan menyiram Bomin dengan air didalamnya.

"HEH!"

Sungyoon menarik tanganku, wajahnya terkejut.

"Kok Bomin disiram?"

"Lah tadi kakak nyuruh siram."

"Cuma bercanda."

"KAKAK!"

 I See U || Golden Child ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang