14. Aku Sayang Kamu

53.6K 4.9K 142
                                    

"Kamu mau anterin Aku pulang, atau mau siksa Aku di tengah rintik hujan, teman dekat?" Mitha bertanya setelah beberapa detik terheran dengan Bima yang mengulurkan tangannya.

"Ini ...?" Bima menunjukkan tangannya yang terulur pada Mitha.

Mitha menyernyit sesaat, lalu mengangguk paham dan langsung membuka tasnya untuk mengambil sesuatu, "Pake mobil Aku?" tanyanya.

Capek, deh! Batin Bima saat Ia justru mendapat kunci mobil alih-alih telapak tangan Mitha.

"Bukan, Bu Mitha. Pulang pakai kendaraan Saya saja, mari!" Bima mengembalikan kunci mobil Mitha, lalu melengos menuju sisi lain mobil untuk membukakan pintu wanita pujaan hatinya.

Mitha berjalan perlahan seraya mengulum senyum, Abimana, sabar juga ya sama wanita sok tidak peka seperti dirinya!

Tidak ada percakapan selama perjalanan rumah sakit menuju kediaman Mitha. Abimana, masih takut membuka obrolan seputar kehidupan pribadinya. Begitupun Mitha, Ia bingung harus memulai dari mana. Minta maaf saja, Mitha sudah lupa.

"Thanks," ucap Mitha kala kendaraan Bima berhenti tepat di depan pagar rumah Hermawan sutanto.

"Sebentar, Bu Mitha!" cegah Bima kala Mitha sudah membuka pintu hendak keluar.

"Ada apa?" tanya Mitha lembut.

"Ehm ..., anu ..., apa ya ..?"

"Apa?"

Abimana bingung. Dia ingin lebih lama dengan atasannya. Namun bagaimana? Ya Tuhan ... apa seharusnya tadi dia keliling Jakarta dulu saja ya?

"Itu! Diluar masih gerimis mengundang! Biar Saya saja yang bukakan pintunya!" putus Bima.

Mitha mengulum senyum dan mengigit bibir bawahnya untuk menahan tawa. Apa urusannya gerimis dengan Bima yang bukakan pintu? Toh tetap basah!

Pintu terbuka, Mitha turun dari mobil Bima. Mereka masih berdiri disamping mobil, terdiam saling pandang dibawah rintik hujan.

"Kamu gak takut sakit?" Mitha memecah keheningan.

"Enggak, karena sekarang Saya justru sedang imunisasi."

"Imunisasi?" Mitha menyernyit tidak paham.

"Iya, imunisasi anti virus patah hati," jawab Bima asal. Tahukah Mitha, berada sedekat ini dibawah rintik hujan menciptakan satu reaksi pada tubuh Bima?

Mitha tertawa lirih seraya menggeleng samar, "Kamu bisa aja!"

Bima bergerak satu langkah mendekat. Menciptakan jarak yang memungkinkan Mitha merasakan embusan nafas keduanya. Hangat, ditengah musim hujan yang melanda.

"Bu Mitha," panggil Bima pelan, hampir seperti berbisik.

"Hm ...?" Mitha memangdang netra Bima. Entah mengapa, dugup jantungnya menjadi tak beraturan sekarang. Ia tetap berusaha tenang, ditengah kondisi nafasnya yang mendadak tercekat.

Bima menatap Mitha lembut. Seakan Ia mencurahkan segala rasa yang Ia punya untuk ditunjukkan. "Maaf, tapi Aku sayang kamu!"

Deg.

Jantung Mitha jumpalitan, Nafasnya mati hidup, saat wajah Bima perlahan mendekati pipinya. Begitun Bima yang mengerahkan semua keberanian dan kekuatannya untuk melawan kegugupan saat ini.

"Non Mitha!!!!"

Bima terkesiap dan refleks mundur beberapa langkah. Mitha menolehkan wajahnya ke kanan dan ke kiri. Siapa yang panggil-panggil barusan?

Supri, satpam kediaman Mitha berjalan cepat, "Ini ada payung! Takut Non Mitha masih lama ngobrolnya." Pria itu memberikan satu payung besar pada Mitha, "Monggo, silahkan dilanjut," ucap pegawai teladan itu sebelum meninggalkan mereka berdua.

Pramitha's Make Up ( Sudah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang