Dimana-mana kota metropolitan itu sama saja. Lalu lintas mereka selalu padat!
Mitha dan Bima berjalan cepat memasuki bandara Juanda Sidoarjo Jawa Timur. Ini sudah injury time. Hanya selang beberapa menit, waktu check in akan tutup.
Mitha merogoh tiket dan memberikannya kepada petugas counter. Begitupun Bima. Untungnya mereka tidak membawa travel bag. Mitha hanya menenteng hand bag karena ia memang tidak pernah membawa pakaian jika ke Surabaya. Kakak iparnya sudah menyiapkan lemari khusus yang menyimpan barang-barang pribadinya. Begitupun Bima yang memang ke Surabaya hanya untuk mengahdiri undangan Pradipta, sekaligus mencuri temu dengan wanita cantik pujaannya. Ia berangkat ke Surabaya dengan penerbangan pagi dan kembali ke Jakarta sore harinya seperti ini.
"Saya duluan, " pamit Mitha kala mereka harus berpisah dan Mitha berjalan anggun menuju kabin first class-nya.
Bima tersenyum dan mempersilahkan Mitha meninggalkan dirinya yang sudah menemukan seat tepat disamping kaca. Netra dokter anak itu menolehkan wajahnya pada panorama yang tersaji dari luar kaca jendela sebelum menyandarkan kepala dan menutup matanya. Tanpa Bima tau, diam-diam Mitha menyempatkan dirinya menoleh pada Bima saat ia fokus pada pemandangan diluar jendela.
"Silahkan." Mitha mengangguk pada pramugari dan duduk di seat yang sudah ditunjukkan sebelumnya. Ia mengambil satu majalah dan mulai membuka halamannya.
"QueenBee?"
Mitha menoleh pada asal suara dan terperanjat seketika kala netranya bertemu dengan seseorang yang tak ia sangka benar-benar kembali ke Indonesia.
"Ethan?" sapanya memastikan ia tak salah orang.
Ethan Arnold mengangguk lalu tersenyum pada Mitha dari seat-nya. Pria yang duduk di kursi seberang mitha tersenyum penuh arti menatap wajah cantik mantan kekasihnya. "You still gorgeous like before," komen Ethan.
Mitha tersenyum lalu permisi kepada ethan untuk menutup sliding door yang terdapat pada bangkunya. Saat ini, Mitha enggan bicara pada siapapun dan ingin menenangkan diri dari hatinya yang penuh kebimbangan.
******
Pesawat mendarat sempurna di bandara International Soekarno Hatta. Pramitha berjalan keluar pesawat mengabaikan Ethan yang memanggilnya untuk turun pesawat bersama.
"Sorry, Ethan, I'm in rush," ucap Mitha datar kala menolak permintaan Ethan untuk menunggu pria itu.
Netra Mitha memindai pintu keluar pesawat dan mencari Abimana disana. Dimana pria itu? Jika sempat, ia ingin bicara berdua dengannya.
Mitha berjalan cepat menuju pintu keluar. Senyumnya mengembang kala netranya menangkap sosok yang ia cari sejak tadi. "Dokter Bima!" Mitha melambaikan tangan sepintas lalu berjalan anggun menghampiri Bima yang menoleh kebelakang.
"Mau pulang bareng?" tawar Bima dengan senyum.
"Naik taksi atau dijemput?" tanya Mitha.
"Bu Mitha?"
"Saya naik taksi," jawab Mitha seraya menoleh ke kanan dan kiri mencari taksi.
"Bareng saya saja!" tawar Bima penuh semangat.
Bima mengangguk seraya tersenyum lalu menggiring Mitha untuk duduk di salah satu kursi yang ada di koridor bandara.
Suasana bandara petang ini cukup ramai. Hilir mudik manusia yang melangkah dari berbagai arah menandakan padatnya aktifitas bandara saat ini. Namun, ada keheningan yang sejak tadi tercipta diantara dua manusia yang tengah duduk diam ditengah keramaian itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pramitha's Make Up ( Sudah Terbit )
RomanceSudah terbit dan dihapur sebagian. Dapatkan versi cetak Pramitha's Make Up di Grassmedia Grup atau Lotus Publisher. Pramitha geram kala dirinya selalu diejek dan diragukan kemampuannya dalam bekerja oleh Dokter Pengganti di Rumah Sakitnya, hanya k...