7. Another Chaos

62.4K 5.7K 122
                                    

Ha Ha Ha Ha Ha

Sudah lebih dari setengah jam Pramitha menjadi bahan tawa Pungki pagi ini. Mereka tengah duduk santai di kantin. Pungki agak bahagia, Hermawan Sutanto tidak ada di rumah sakit hari ini. The Honorable Hermawan Sutanto sedang pergi dengan istrinya. Mereka tengah melayat salah seorang kolega. Hingga Pungki, bisa curi-curi waktu paginya untuk sarapan cantik dengan Pramitha.

"Bentar Mbak ..., Bentar," Ucapnya terbata seraya memegang perut dan terus berusaha meredam tawanya. "Aku mau nyanyi. Meletus balon hati, DOR!!! Hariku sangat kacau.. dihina sama lelaki, gemes pengen ngebiri" Kembali, gelak tawa menguar dari mulut jahil Corporate Secretary Golden Hospital ini.

Sedang dihadapan Pungki, sejak setengah jam lalu, gadis dengan wajah tertekuk itu tetap fokus dengan roti bakar buatan Somad dan secangkir Earl Grey tea dengan potongan lemon didalamnya. Ia tampak tak tertarik dan tak sudi menanggapi ocehan salah satu orang kepercayaan Papanya.

"Terus ..., terus," Pungki sudah ngos-ngosan. Ia memforsir otot perutnya pagi begini. "Gue salut Mbak sama elu, bisa kepikiran pecahin balon pake blackhead tweezer pinset. Tas lu beneran salon berjalan" Pungki mengatur nafasnya yang masih naik turun itu.

"Gue refleks. Sebel aja baca notes-nya dia!" Sela Mitha cepat. Ia seperti tengah diliputi dendam membara. 

"Tapi gue salut sama Dokter Bima. Sayang mukanya pas-pasan dan badannya kelebihan lemak. Coba kalo cakep kayak anak pertamanya Pak Hermawan, udah jatuh cinta gue."

"Gak sudi gue liat elu kawin sama abang gue!" Sela Mitha ketus

"Tapi kita harus akuin, Mbak. Dokter bima jenius. seumur-umur gue kerja disini, baru kemaren itu ada talkshow di taman."

"Percuma jenius tapi kelakuan minus." Mitha menggigit rotinya seakan tengah mengigit seseorang yang ia benci setengah mati.

Mitha mendengkus. Ia mengutuk bima dalam hati. bagaimana bisa ia dihina dengan satu kalimat itu?

"Udah Mbak, jangan dipikirin. Anggap aja cuma teguran."

"Mana ada teguran kalimatnya; Kalau kerja jangan sambil dandan, chaos kan?" Sela mitha dengan nada setengah emosi.

Tawa Pungki kembali pecah, "Tapi Kanda sudah buat semua jadi baik-baik saja, kan?"

"Cuih! Kanda dari Ragunan!"

"Lah, kok Mbak Mitha tahu, rumah dia didaerah sana?" Pungki sungguh menikmati tawanya.

Aarrrggghhhh...!!!! Mitha ingin menyudahi saja obrolan ini! Mengingat Sabtu siang itu, membuat mood-nya runtuh seketika.

Kesalahan itu bukan karena make up atau kebiasaan dandannya. Setiap orang yang bekerja, pasti pernah melakukan kesalahan kan? Lalu mengapa hal kecil yang menurut Mitha tak ada sangkut pautnya dengan kinerja, Bima jadikan bahan olokan?

Jangankan ia yang seorang General Manager, Seseorang dengan posisi setinggi apapun dalam karir mereka, selama mereka manusia, mereka pasti pernah melakukan kesalahan. Manusia tidak ada yang sempurna. Takdir pun tidak selamanya baik dan manis.

Tolonglah, jika sudah bisa membantu mencari solusi, tak perlu mengolok atau memojokkan seseorang yang tak sengaja membuat kesalahan. Gak dewasa banget, Sebel!

"Gue duluan!" Menghabiskan sisa Earl Grey Tea-nya, Mitha lantas beranjak dari kursi dan melenggang pergi meninggalkan Pungki yang masih duduk di meja kantin.

*********

Ah, Jika boleh ia absen saja hari ini untuk kabur ke spa, ada kemungkinan emosinya bisa sedikit stabil. Namun, keinginan hanyalah keinginan, Khayalan tetaplah khayalan, Kewajiban adalah kenyataan yang harus terus diemban. Bekerja dan memastikan semua aspek di Golden Hospital berjalan baik dan benar adalah prioritasnya saat ini.

Pramitha's Make Up ( Sudah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang