1. Hari penuh Emosi

211K 8.1K 147
                                    

"Good Morning, Pungki. Bokap udah dateng?"

Suara tegas penuh percaya diri menyapa Pungki, sekretaris Direktur Utama Golden Hospital. Wanita dengan rambut berwarna cokelat yang Pungki yakin di catok curly pada bagian bawahnya itu, menyapa dirinya yang sebenarnya heran dengan kelakuan putri bossnya itu.

"Jam sepuluh lewat empat puluh menit sih---" Ucap Pungki seraya melirik jam tangannya "---biasanya Bapak lagi review laporan Mbak. Mau ketemu?" lanjutnya menyindir.

Wanita bermata indah dengan soflense coklat dan bulu mata lentik bermaskara itu menggeleng pelan. Meletakkan telunjuk berkuteks Oranye didepan bibir bergincu merah kecoklatan.

"Enggak. Gue cuma minta tolong, jangan bilang-bilang Bokap kalau gue baru dateng jam segini. Gue baru posting make up tutorial terbaru gue di Youtube, tadi" Bisik wanita yang menjinjing Hermes Birkin Orange itu.

Ketukan Louboutin Leather Pumps yang melangkah pergi meninggalkan meja Pungki, membuat sekretaris itu hanya bisa menggelengkan kepala seraya berkata lirih "Terserah putri mahkota aja deh. Orang cakep mah, bebas!"

Suara pintu terbuka dan deheman yang Pungki kenal sebagai suara Direktur Utama itu, membuatnya seketika berdiri dan tersenyum manis pada sang Bapak Boss Besar.

"General Manager itu beralasan apa lagi datang jam segini?" Suara bariton tegasnya mampu membuat nyali Pungki mendadak mengkerut. Ia ingin melindungi teman gosipnya itu, tapi satu sisi Papa General Manager-nya itu menuntutnya untuk jujur.

"Ehm.. anu Pak, anu...., Itu.. tadi Mbak Mitha bilang...." Pungki bertahan dengan senyum terbaiknya untuk mengulur waktu. Ia butuh memproses cepat otaknya untuk mengarang alasan Pramitha datang terlambat lagi hari ini.

"Apa? Pungki" Suara rendah menekan itu akhirnya meruntuhkan usaha Pungki mencari pembelaan untuk teman gosipnya.

"Anu Pak.. Mbak Mitha nonton tutorial buka Youtube" Dan otak pas-pasan-nya hanya mampu memproses kalimat aneh itu pada akhirnya.

********

Pramitha tersenyum. Jam cantik yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukan angka dua belas kurang lima menit. Ia tengah mengecek beberapa surel yang masuk di komputernya, sambil mengintip produk baru yang masuk di sociolla.com, salah satu webstore make up favoritnya.

Promo L'Oreal nya, boleh juga..

Wanita dua puluh sembilan tahun itu membereskan berkas-berkas yang baru sedikit ia kerjakan. Perutnya sudah mulai bereaksi minta dinafkahi. Ini sudah jam-jam kritis, batinnya. Ia lantas membuka ponsel lalu mendial nomor Pungki.

"Pungki, Jajan yuk!"

Ah..., ternyata teman gosip Pramitha itu sedang berada di lantai tiga. Mengantar beberapa dokumen untuk staff yang bertugas merancang acara talkshow bulanan rumah sakit. Pramitha bergegas mengambil dompet dan berjalan santai keluar ruang kerjanya. Ia sudah janjian dengan Pungki, untuk langsung bertemu di kantin karyawan rumah sakit.

Embusan angin disiang hari selalu menjadi sahabat baik Pramitha. Mengapa? Tentu karena belaian lembut angin itu mampu memberikan kesejukan alami pada wanita pecinta stiletto itu. Selain itu, angin siang hari yang lembut, selalu berhasil membantu dirinya terlihat tampak lebih cantik karena rambutnya yang berterbangan ringan.

Tak jarang, bahkan sangat sering Pramitha menjadi sorotan setiap pasang mata yang berpapasan dengannya dirumah sakit. Namun, Pramitha tak pernah merasa aneh dengan perbedaan mencolok yang ia buat untuk dirinya. Kepercayaan diri adalah pondasinya untuk selalu berekspresi dan bereksperiman dengan apa yang ia sukai.

Pramitha's Make Up ( Sudah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang