"Abang gak sangka, selera cowok macho itu, ternyata yang cakep-cakep galak kayak Bu Mitha,"
"Ikh, Abang Pernando! Bu Mitha tuh gak galak, cuma kalo ngomong tuh suka judes."
"Sama aja, Marimar." Supir ambulance yang baru saja datang dari menjemput pasien itu, menikmati suapan nasi uduk yang menjadi sarapannya di kantin karyawan Golden Hospital.
Marina atau Marimar, yang selalu menyempatkan diri menemani sang kekasih, ikut mengambil beberapa suap nasi gurih itu seraya membahas atasan mereka. "Tapi ... Mar juga gak sangka kalau pilihan Bu Mitha jatuh ke Ethan Arnold. Eh, nyangka sih! Secara, siapa yang bisa menghindar dari pesona cowok kayak Ethan?" ucap Marimar memuja.
"Ada," jawab Pendi cepat, "Neng Marina, buktinya!"
Marina yang dipuji oleh kekasihnya seketika merona. Ia bahkan tersenyum malu-malu dan salah tingkah. Tangannya tanpa sadar memainkan sendok yang ada di piring pria terdekatnya. Pendi, yang sering dipanggil Pernando, tersenyum puas melihat reaksi dan rona merah di pipi kekasihnya.
"Ye ... pagi-pagi udah anget-angetan aja! Nih, yang anget beneran!" Somad berjalan menuju meja tempat rekan kantornya sedang duduk. Ia meletakkan kopi hitam pesanan Pendi sesaat lalu. "Kalo saya pribadi, misal jadi wanita, saya pilih Dokter Bima, dong!" ucap Somad menatap Bima yang duduk tepat di meja samping Pendi dan Marimar.
"Apa yang bisa dilihat dari saya, Somad? Saya hanya dokter biasa." Bima terkekeh lalu menyesap lagi coklat hangat yang sedari tadi ia nikmati sambil mendengar obrolan sepasang kekasih tentang wanita yang ia idamkan menjadi miliknya.
Somad memandang Bima penuh arti. Ada senyum yang seakan mengucapkan 'semua akan baik-baik saja' dan memberi semangat dari wajahnya. "Ya ... pokoknya saya teh idola sama Dokter Bima."
Bima tertawa lirih seraya menggeleng pelan, "Terima kasih, Somad."
Somad mengangguk dengan nampan yang masih ada dipelukannya, "Dokter Bima percaya aja, saya tau tipikal wanita seperti apa Bu Mitha itu. Gak usah kebawa rumor."
"Ini bukan rumor, Somad. Aku sendiri yang setiap sore lihat Ethan di ruang kerja Bu Mitha." Marimar beragumen dengan pengalamannya selama beberapa hari ini.
"Saya juga tiap malem anter makanan ke mereka. Tapi ... yasudahlah, ngapain atuh pagi-pagi bahas atasan. Pamali!" Somad pamit kembali ke dapurnya, meninggalkan Marimar yang meliriknya tak suka dan Bima yang tersenyum sendu meyakinkan hati bahwa semua akan baik-baik saja.
*********
Mitha : Nia, lo di GH? Status FB lu kok check in di RS gue, pake ikon nangis lagi!
Rani : Nia, lo nangis di GH? lo hamil lagi????
Nia : Guys ... help me!
Mitha : Ya lo kenapa??
Sarah : Siapa yang sakit? lo gak mungkin nangis karena hamil kan?
Nia : Permata hati gue, matahari gue, masa depan gue, kesayangan gue, gue gak kuat ketiknya!
Rani : Yaelah! Orlando kenapa?
Sarah : DBD? lagi wabah juga diperumahan gue
Mitha : Orlando kenapa, Nia!?
Nia : Mitha! Lu kesini napa! Liat sendiri anak gue! di kamar anak VIP yang ada gambar jerapahnya!
Mitha mendengus sebelum beranjak dari kursi kerjanya. Ia berjalan meninggalkan ruang kerja dan meminta Pungki untuk tetap berada di mejanya selama ia menjenguk anak Arkhania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pramitha's Make Up ( Sudah Terbit )
RomanceSudah terbit dan dihapur sebagian. Dapatkan versi cetak Pramitha's Make Up di Grassmedia Grup atau Lotus Publisher. Pramitha geram kala dirinya selalu diejek dan diragukan kemampuannya dalam bekerja oleh Dokter Pengganti di Rumah Sakitnya, hanya k...