Sebuah Mimpi

3.9K 351 41
                                    

"Ayah..." panggil Jennie ketika ayahnya melewati ruang tamu kerajaan.

Zarel dengan segera menoleh lalu menghampiri Jennie yang tengah duduk di kursi sofa.

"Ada apa sayang?" Tanya Zarel seraya duduk di samping Jennie.

"Apa kau ingin pergi?" Tanya balik Jennie dan di angguki oleh Zarel dengan senyum yang merekah di wajah tampannya.

"Ayah, kau ingin pergi ke mana?"

Terlihat Zarel seperti sedang memikirkan sesuatu namun ia sepertinya lupa membentengi pikirannya sehingga Jennie berhasil mengetahui isi pikiran dari ayahnya.

"Ayah ingin pergi melewati perbatasan?" Tanya Jennie terheran dengan isi pikiran Zarel.

"Ya Jennie, ayah akan melewati perbatasan untuk mengundang bangsa lain ke pesta pernikahan yang akan di adakan di sini." Tutur Zarel pada akhirnya setelah mengetahui ia tidak dapat berbohong dari Jennie.

"Mengapa? Bukankah bangsa lain tidak boleh melewati perbatasan?!" Ujar Jennie bingung dengan sikap ayahnya yang terbilang tiba-tiba aneh.

"Jennie, kau masih kecil nak. Dahulu kala di saat kau belum lahir terbuatlah sebuah perhanjian antara bangsa kita dan bangsa lainnya, di sana kakekmu Raja Zaragosa membuat perjanjian bahwa bangsa lain tidak boleh melewati wilayah perbatasan demi menghindari perang yang terjadi terus-menerus tapi dengan sebuah syarat jika salah satu anggota kerajaan melakukan perjamuan seperti pesta maka ia harus mengundang kerajaan lagi agar dapat berbagi dengan kerajaan lain. Alhasil perjanjian itu di sepakati oleh seluruh bangsa hingga sekarang perjanjian itu masih terjalani dan belum ada seorang pun yang berani mengingkarinya." Jelas Zarel panjang lebar memberitahu Jennie sejarah bangsanya dengan bangsa lain.

/Jleb

Seketika perasaan menusuk menjalari hati Jennie, saat ayahnya berbicara belum ada seorang pun yang mengingkari namun ayahnya tidak tahu saja bahwa ia adalah orang pertama yang telah mengingkari perjanjian itu.

"Apa yang sedang kau pikirkan Jennie?" Tanya Zarel ketika melihat Jennie yang sepertinya sedang melamun memikirkan sesuatu.

Beruntung Jennie sudah membentengi pikirannya sehingga ayahnya tidak dapat membacanya.

"T-tidak ada ayah, aku hanya sedang mencerna penjelasan ayah tadi. Eum kalau b-begitu aku ke kamar dulu, hati-hati di jalan ayah." Ucap Jennie seperti sedang menyembunyikan sesuatu seraya melesat menuju kamarnya.

'Sepertinya ada yang sedang di tutupi oleh Jennie.' Batin Zarel yang melihat tingkah putrinya yang menjadi aneh.

-

Jennie sedang memikirkan hal yang membuatnya bingung sedari tadi, mengapa tadi ia tidak ikut bersama ayahnya!

Bodohnya dia, seharusnya ia ikut agar dapat melihat suasana dari alam bangsa lain terlebih lagi kerajaan werewolf di mana itu adalah tempat kelahiran ibunya.

"Astaga, bodohnya diriku!" Geram Jennie menatap ke luar jendela di mana terpampang jelas para pelayan sedang mempersiapkan pesta yang akan di adakan dua hari lagi.

Jennie sekarang bingung harus melakukan apa, ia tidak ingin pernikahan itu sampai terjadi namun jika ia merusaknya pasti ayahnya akan sangat sedih dengan hal itu.

Tanpa terasa Jennie berjalan menuju kasur besar miliknya terbaring lelah memikirkan semua perihal yang tidak memungkinkan dirinya untuk berbuat jahad, tanpa terasa Jennie merasa ia mulai ngantuk dan terlelap dalam sekejap dengan posisi terlungkup.

-

"Jennie..." seorang wanita berjubah putih tengah menghampiri Jennie yang sedang terduduk di pinggir pantai, ia tidak tahu bagaimana ia bisa sampai di sini di pantai dengan angin yang sejuk, bulan penuh di atas langin di penuhi bintang-bintang malam.

Immortal || BP ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang