part 14

77 1 0
                                        

Luka itu tak terlihat namun bisa aku rasakan.
Sakit namun tak berdarah,itulah hatiku.
Pura-pura kuat namun sesungguhnya amat sangat rapuh.





🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿

"Let,bilang sama aku lett...
Bilang kalau aku memang salah lihat,bilang kalau mataku gak normal.

"Kamu ngomong apa sihh,kamu gak salah lihat,itu memang beneran dia van",ucapku padanya.

"Trus kalau itu dia lalu ngapain kamu disi,kenapa kamu malah diem aja,kenapa kamu gak samperin dia letaaaa.....

"Kenapa aku harus samperin dia vani sayang.
Dia lagi sibuk,mungkin aja dia lagi sama partner bisnisnya.

"Loo itu bego apa gimana sih ta,coba kamu lihat ta,apa ada rekan bisnis pakek suap-suapan kayak gitu,rekan bisnis apaan",ucapnya tersulut emosi.

"Aku tau van,aku tau itu bukan rekan bisnisnya,aku sendiri binggung siapa dia,dan apa hubungan mereka,aku hanya ingin memastikannya terlebih dahulu",ucapku dalam hati.

"Aku tau van,tapi kita gak bisa tuduh dia sembarangan,kita gak punya bukti van.

"Gak punya bukti kamu bilang.
Apa yang di depan kamu dan sedang kamu lihat sekarang itu bukan bukti,?",dia menjeda ucapanya.

"Lalu yang seperti apa yang menurutmu bisa jadi bukti.
Apa harus dia ciuman di depanmu atau bahkan melakukan hubungan intim di depanmu baru kamu menganggap itu bukti.

"Jawab ta jangan diem aja.
Apa itu yang kamu mau,iya ta.
Sebesar apa hatimu ta sampai kamu sekuat ini,meskipun dia menyakitimu di depan mata kepalamu sendiri.

"Hiks hiks hiks.....
Bukan gitu maksut aku van,aku hanya gak mau berfikir buruk,aku terlalu mempercayainya van,sampai aku lupa,jika menempatkan kepercayaan yang salah itu sungguh menyakitkan.

"Hust....
Udah ta udah jangan nangis,maaf aku bentak kamu,aku gak bermaksut nyalahin kamu,maaf ta maaf",ucap vani sambil menenangkanku.

"Sekarang kamu telfon dia,aku pengen tau reaksi dia.

Aku menuruti kemauan vani,akhirnya aku menghubunginya.
Aku memperhatikan setiap reaksi keduanya.
Dia tersenyum lebar,senyum yang jarang dia beri padaku,atau bahkan mungkin tak pernah sekalipun iyaberikan padaku.

Sampai dering pertama ponselnya......
Dia melihatnya,kemudia mengabaikannya.

Bersamaan dengan itu,senyum yang sedari tadi tak pernah luntur dari bibirnya.
Perlahan memudah,bahkan tak lagi terlihat.

Sebegitu tak berartikah diriku baginya,sebegitu tak pentingkah diriku baginya.

Sakit....
Satu kata berjuta rasa....
Kecewa,terluka,dan tak percaya.
Lalu apa aku bagi dirinya selama ini.
Untuk apa dia hadir kedalam hidupku.

Untuk apa dia janjikan bahagia,bila nyatanya aku tak pernah dia harapkan.

"Gimana ta,di angkat,?......
Engak kan,lalu mana yang kamu sebut kalau kita gak punya bukti.

"Van udah ya,gak perlu di bahas lagi aku capek,mungkin dia punya alasan nglakuin ini.
Udah ya sekarang kita pulang.

"Tapi ta dia....

"Udah cukup van,jangan di perpanjang.
Kita pulang sekarang.
Percaya sama aku,aku baik-baik aja kok,kamu jangan khawatir ya,aku bisa jaga diri.

"Oke..oke kita pulang,tapi kamu harus janji sama aku,kalau kamu baik-baik aja.
Dan inget kamu gak boleh keluarin air mata kamu itu untuk laki-laki brengsek seperti dia.
Walau itu cuma satu tetes saja,karena aku gak rela jika sahabatku terluka,terlebih karena iblis itu.
Jika terjadi,jangan salahkan aku jika aku bakal habisin dia.

"Ihh apaan sih aku gak mau ya punya sahabat psikopat.
Tapi makasih ya,kamu memang sahabat terbaikku",ucapku sambil memeluknya.

Kami memutuskan untuk pulang,karena jujur aku gak sanggup melihat semua ini.
Dan aku lebih tak sanggup jika melihat sahabatku menjadi psikopat demi membelaku.


🌿🌿🌿🌿

Sesampai dirumah aku segera masuk ke kamarku.
Untung saja semua orang sedang tidak dirumah,jadi aku tidak perlu mencari alasan untuk menutupi kesedihanku.

Setelah menutup pintu dan menguncinya,aku merebahkan diri di atas kasurku.

Pertahananku jebol,air mata yang tadi mati-matian aku tahan,akhirnya tumpah juga.

Aku menangis dalam diam,ku tutup wajahku dengan bantal untuk meredam isak tangisku agar tak ada yang mendengarnya.
Aku takut jika mama papa bahkan kak rico mendengarku menangis.

Biarkan seperti ini,aku hanya butuh sendiri dan ruang sepi untuk ku curahkan segala sesak di hati ini.
Sejak hari itu,sejak pertama aku melihat ke akraban mereka.

Tuhan sebegitu tak pantaskah aku bahagia,sebegitu hinakah diriku ini jika aku menginginkan dia membalas rasaku.

Andai dulu aku tak mengizinkan dia memasuki duniaku,andai dulu aku tak membuka hatiku,mungkin aku tak akan mengenal patah hati.

Andai andai dan andai terlalu banyak kata andai hingga aku tak menyadari akhirnya aku tertidur pulas.
Karena kelelahan akibat menangis






Up lagi....
Nuesek kematin udah tulis selesai tinggal up malah eror tulisan ilang semua😭😭😭😭😭😂😂😂

cinta beda kastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang