07. Mad At His Joke

12.9K 290 25
                                    

Author's POV

"Sayang, kau kenapa diam saja dari tadi?" seorang wanita berambut pirang sedang duduk dipangkuan pria yang merupakan CEO dikantor tempatnya bekerja.

Pria itu menyingkirkan tangan si perempuan yang sedari tadi bergelayutan dilehernya.

"Gwen... Menyingkirlah dariku. Aku sedang tidak berselera saat ini." perempuan yang dipanggil 'Gwen' itu langsung cemberut dan bangkit dari pangkuan pria tersebut.

"Bisakah kau melupakan istrimu yang payah itu sebentar saja?! Sudah 5 hari kau tidak menemuiku. dan sekarang saat kita punya waktu bersama, kau malah terus memikirkannya! Aku lebih membutuhkan perhatianmu, Louis!" Gwen berujar dengan nada sedikit berteriak.

Louis memandang Gwen dengan tatapan tak perduli-nya.
"Lebih baik kau kembali ke ruanganmu. Suaramu itu hanya akan membuatku sakit kepala." Louis mengusir Gwen dengan santainya, sedangkan Gwen memilih langsung keluar dari ruangan Louis dengan perasaan kesal.

Sepeninggalan Gwen, pandangan Louis yang sedari tadi terfokus pada berkas-berkas di mejanya, kini beralih kearah jendela besar dari kaca yang memperlihatkan pemandangan kota diluar sana.

Hillena. Pikirannya selalu dipenuhi wajah cantik dan tingkah polos gadis itu.

'Ada dimana dia sekarang?' Batin Louis.

Tangan Louis perlahan-lahan turun menyentuh kejantannya yang masih terbalut celana kerja, mengusap dan sedikit meremasnya sambil membayangi jika Hillena-lah yang melakukan hal tersebut.

"Ahh... Hillena..." Louis mendesah sambil menutup matanya.
Detik selanjutnya, tatapan mata Louis menajam melihat kearah jendela kaca. Bibirnya mengatup rapat.

Seringaian kecil terukir dibibir Louis.

"Aku akan terus mencarimu, Hillena. Walau harus ke lubang semut sekalipun."

--------------

Hillena's POV

"Hillena, bisakah kau menolongku?" suara Harry terdengar memasuki dapur, aku yang sedang membuat pancake pun langsung mematikan kompor dan mendekat kearah Harry.

"Apa yang bisa ku bantu?" tanyaku, Harry menyodorkan kain panjang berwarna abu-abu yang bisa ku asumsikan adalah dasi.

"Tolong pakaikan." jawab Harry seraya menunjukkan senyum idiot-nya padaku. Dia terlihat seperti bocah umur 4 tahun dengan senyum itu.

Aku terkekeh pelan sambil menggelengkan-gelengkan kepalaku. Lalu mengambil alih dasi itu dari Harry dan memakaikannya.
Aku sedikit merasa canggung dan gugup saat manik hijau emerald itu terus menatapku meskipun aku sama sekali tak menatapnya. Ditambah lagi seringai maut dari Harry, oh he wants to killing me!

Aku berusaha sebisa mungkin untuk tak menatap matanya, namun sepertinya mataku ini tidak bisa diajak ber-kompromi.
Buktinya aku beberapa kali tertangkap basah oleh Harry sedang mencuri-curi pandang kearahnya. Pipiku terasa panas saat aku melihat senyum yang tercipta dibibir Harry itu.

Pria ini benar-benar ingin membunuhku dengan pesonanya. Aku tak tahu lagi apa jadinya pipiku sekarang.
Apakah sudah sangat merah seperti kepiting rebus?

"Menikahlah denganku."

mataku terbelalak lebar mendengar kalimat singkat yang keluar mulus dari bibir Harry.
Aku menatap Harry yang juga masih setia menatapku.
Oh god! Apakah dia serius?

STOCKHOLM SYNDROME x (H.S) (B.P)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang