29. Hi, Louis!

3.5K 214 45
                                    


Jangan lupa vomments gaiiss😘😘🍆
Typo banyak, banyaaakkkk bangett😂😂

-------------------------------------

Author's POV

DORR!!

Suara tembakan yang tiba-tiba terdengar membuat Hillena dan Jane mengalihkan pandangan mereka kearah Gwen yang sudah tergeletak tak bernyawa dilantai dengan kepala yang mengeluarkan darah karena tertembus peluru.

Keduanya begitu terkejut, bahkan saat mereka mengetahui bahwa yang menembak Gwen tadi adalah Louis.

Jane yang sudah menyadari adanya alarm bahaya, langsung mengeluarkan pistol dari balik punggungnya lalu ujung pistol tersebut ia posisikan di pelipis kanan Hillena.

"Hey, Menantuku. Apa yang kau lakukan disini, huh? Mau menjadi pahlawan kesiangan??"

Louis mengatupkan mulutnya sejenak, ia berusaha agar tak terlalu cepat terbawa emosi. "Tentu saja untuk menyelamatkan istri dan anakku. Dan kau, Lebih baik singkirkan tangan kotormu itu darinya."

Jane tertawa remeh menanggapi ucapan Louis tadi, ia juga sebenarnya lumayan penasaran darimana Louis bisa mengetahui keberadaan Hillena saat ini. Padahal rumah kecil yang Jane jadikan sebagai tempat penyekapan ini terbilang cukup jauh dari hiruk pikuk perkotaan.

"Ow-- hahaha... Santailah, Louis. Kau seperti sedang menyindir dirimu sendiri, yeah?"

"Tak usah berbasa-basi lagi. Lepaskan Hillena sekarang juga atau kau akan bernasib sama sepertinya?!" ujar Louis seraya menunjuk kearah Gwen dengan dagunya, lalu kembali melihat kearah Jane.

"Kau pikir kau siapa bisa mengancamku seperti itu?? Sudah merasa yakin jika kau akan menang??" tanya Jane.

Louis memutar bola matanya malas, ia sungguh-sungguh tak ingin membuang lebih banyak waktu. Ia hanya ingin segera menyelamatkan Hillena dan anaknya. Dan juga surat-surat itu. Tentu saja.

"Cepat lepaskan dia atau kau akan menyesali perbuatanmu itu nantinya. Aku sudah berbaik hati dengan memberimu pilihan yang mudah, tapi kau malah ingin mempersulitnya. Ck!" ujar Louis yang diakhiri dengan decakan remeh.

"Begitukah caramu berbicara dengan ibu mertuamu, Louis?? Sangat disayangkan, ternyata sikap ayahmu itu menurun kepada anaknya." Jane kembali mencoba membuat Louis panas dengan segala komentarnya mengenai ayah Louis.

"Kau tidak perlu membawa-bawa ayahku, sialan!!"

Jane tersenyum kemenangan saat Louis perlahan-lahan terpancing emosi. "Tenanglah, Lou. Jangan cepat terpancing emosi. Apa kaj tidak ingin mendengarkan Hillena mengatakan sesuatu terlebih dahulu. Misalnya..... Tentang pembunuhan berencana yang kau lakukan pada ayahnya, mungkin?"

Louis sontak membolakan matanya. Terkejut? Ya, tentu Louis amat sangat terkejut. Pasalnya kini Hillena sudah tahu jika ialah pelaku dibalik pembunuhan ayahnya sebulan yang lalu.
Louis mengalihkan pandangannya kearah Hillena, yang mana wanita itu tengah menatap kearahnya juga. Namun dari sorot matanya, Louis bisa mengetahui itu adalah sorot kekecewaan sekaligus kebencian.

"H-hillena... Jangan dengarkan dia, Sayang." Louis melihat kearah Hillena dengan penuh rasa bersalah. Sedangkan wanita itu, pipinya sudah amat sangat basah karena telah dibanjiri air mata.

"Kau benar-benar brengsek, Louis. AKU MEMBENCIMU, LOUIS!!! AKU MEMBENCIMU!!!" Hillena berteriak histeris, berharap hal itu dapat membantu melegakan dadanya yang terasa sesak. Namun nyatanya hal itu percuma, apa yang Louis lakukan sudah benar-benar keterlaluan dan Hillena jelas tak bisa memaafkannya begitu saja.

STOCKHOLM SYNDROME x (H.S) (B.P)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang