cintaku tak harus miliki dirimu
meski perih mengiris
iris segala janji~*~
PAGI ini, seorang lelaki keluar dari sebuah rumah kecil di daratan Ibu Kota. Lengkap dengan seragam putih abu-abu dan jaket kebangsaan miliknya yang tampak menyempurnakan penampilan pagi ini sebelum ia berangkat ke sekolah.
Setelah ia mengunci pintu kost-annya, lelaki itu tampak berjalan menuju motor Kawasaki warna dominan hijau kesayangannya. Bak seorang lelaki idaman di sekolah, motor keren di tambah dengan kacamata hitam yang menjadi ciri khasnya. Satu kata yang cukup mewakili semuanya, mempesona.
Roman Arbani, begitu semua orang mengenalnya. Anak rantauan dari Medan yang memilih bersekolah di SMA N 712, Jakarta. Roman adalah anak yang sederhana, tidak termasuk dalam deretan teman-teman konglomeratnya. Ia selalu memiliki pemikiran positif tentang semua hal.
Guru BK sudah hafal kelakuan Roman. Terlambat, tidak mengenakan ikat pinggang, baju tidak dimasukkan atau kebut-kebutan di jalan. Itu sudah tertulis pada alasan score-nya yang selalu bertambah di dalam buku BK atas namanya. Selain itu ia belum pernah melakukan kenakalan yang lainnya, ia tak pernah membuat ribut bahkan berantem dengan teman bahkan musuhnya di sekolah. Hanya saja, jika berantem adalah salah satu jalan yang harus ia lakukan, itu tak menutup kemungkinan score-nya akan bertambah lagi dan lagi. Dia cowok yang baik kok!
"Ouhh! Puisinya yayank Roman kok bikin baper banget sih??" puji seorang cewek berambut kriting bernama Sisi. Ia sedang membaca puisi buatan Roman, yang baru saja tertempel di Majalah Dinding sekolah.
Pesona Roman Arbani memang di gandrungi hampir seluruh siswi di SMA 712. Selain memiliki wajah ganteng, Roman juga memiliki keahlian merangkai kata menjadi kalimat cantik berbentuk syair maupun puisi yang bisa menarik seluruh perhatian siswi-siswi SMA N 712.
Dikarenakan puisinya yang cukup bagus dan menarik, tak tanggung-tanggung sahabat maupun teman yang ingin request puisi dengannya selalu di landasi 2 kata, tidak gratis. Itu sebabnya ia mempunyai sebutan, Roman Picisan. Karena puisi yang ia buat harus ditukar dengan uang.
Seperti makanan di warung, picisan.
Gerbang sekolah hampir ditutup oleh Pak satpam, bel pun sudah berbunyi satu menit yang lalu. Saat gerbang hampir sepenuhnya tertutup, Roman tampak mengencangkan laju motornya hingga bisa masuk ke dalam halaman sekolah sebelum gerbang benar-benar tertutup.
"Pagi, Pak!" sapa Roman saat memasuki gerbang, diikuti kenalpot yang menyemburkan asap pekat dari motor Roman membuat Pak satpam jengkel seketika.
Halaman sekolah sepi, bukan karena Roman yang ke-pagian, tapi malah dia yang kesiangan. Begitulah keadaannya hampir setiap hari, siap-siap saja dia di hukum lari keliling lapangan, lagi.
Setelah memarkirkan motornya, Roman tampak melepaskan helm dan kacamata hitamnya. Sebelum ia turun dari motor, ia kembali merapikan rambutnya sembari menatap spion motornya dan bersiul kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMAN PICISAN { Revisi }
Fanfiction{I'll be back for you} Penulis scenario ; Dona Rosamayna Layar Drama RCTI 2017