~*~
Kalau cinta sungguh mencinta
Dia tidak meminta
Kalau cinta sungguh berharga
Dia tidak memaksa
Senyumanmu adalah harapanku
Bahagiamu adalah segalaku
Meskipun senyuman dan bahagiamu tanpa aku..Puisi itu Wulan bikin dengan sepenuh hati, mungkin dia sedang merasakan satu hal yang belum bisa dijelaskan layaknya seorang perempuan yang sedang jatuh cinta namun tidak mau mengatakannya pada siapapun.
"Mulai sekarang gue akan tulis semua puisi-puisi Gibran di agenda ini," jeda dua detik, Wulan kembali melanjutkan kalimatnya, "Dan malem ini gue akan nulis puisi dia tanpa ada yang kelewat."
"Itu kado buat Lo! Karena Lo udah ngajarin matematika sama gue," Wulan teringat saat Roman ketahuan melempar sebuah kado untuk Wulan.
"Andai aja Roman tau, agendanya masih gue simpen," gumam Wulan dalam hati sembari mengingat saat Roman membuang agenda itu di tong sampah.
Tiba-tiba WuLan teringat Roman yang sedang sakit, "Oh iya? Keadaannya Roman gimana ya? Apa udah sembuh? Atau malah tambah sakit?" Wulan terus bergumam menanyakan apapun soal Roman yang tiba-tiba muncul dari pikirannya malam ini. Entah kenapa dia jadi banyak memikirkan Roman akhir-akhir ini. Apa dia sedang~
"Ahaa! Gue ada ide!" Wulan memekik lirih sambil membuka sela-sela pembatas agenda. Ia mengambil sebuah kartu yang sempat ia simpan di sana lalu memasangnya pada handphone.
"Mbak? Mbak Nah??" Panggil Wulan sembari keluar kamar mencari Mba Nah.
"Ada apa, Non? Mau dibikinin susu anget?" Tanya Mba Nah sambil menghampiri Wulan.
"Enggak, aku mau minta bantuan lagi sama mba Nah," jawab Wulan lalu menyuruh Mba Nah untuk mengikutinya masuk ke dalam kamar.
"Halo?"
"Halo Kak Roman, ini gue yang kemarin pesen puisi, masih ingat nggak?" Mba Nah sedang bersandiwara atas kemauan Wulan.
"Oh, iya. Gue inget, nomer Lo juga masih gue save kok, kenapa?"
"Gini lho Kak, tadi tuh di sekolah gue nyariin kak Roman, gue mau pesen puisi lagi, eh.. ternyata Kak Roman nggak masuk ya~~karena sakit?"
"Oh iya, tapi sekarang udah better kok, udah baikan,"
"Huft, Alhamdulillah," Wulan menghela nafas sembari bersyukur tanpa menyadari suaranya terdengar di telpon yang tersambung dengan Roman.
"Itu barusan suara siapa ya?"
"Oh itu Mba Wulan," ucap Mba Nah tanpa sengaja, namun saat itu juga Wulan panik. Mba Nah juga ikutan keceplosan.
"Mba Wulan?"
"Eh, iya.. Mba Wulan, emmm~~pembantu gue!" Wulan menatap mba Nah dengan melotot, Mba Nah pun mengisyaratkan pada Wulan agar memaafkannya. Lalu Wulan melirik Mba Nah dengan ekspresi sebal karena ia di katakan pembantu sama pembantu sendiri.
"Oh, gitu.. Jadi sebenernya nama Lo siapa sih?"
"Oh, nama gue~Lia! Iyah," ucap Mba Nah mengikuti isyarat Wulan.
"Oh, Lia,"
"Emmm, yaudah deh Kak kalo gitu besok aja gue pesen puisinya, biar nunggu Lo bener-bener sehat aja,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMAN PICISAN { Revisi }
Fanfiction{I'll be back for you} Penulis scenario ; Dona Rosamayna Layar Drama RCTI 2017