Sepulang dari pasar malam waktu itu, Wulan menganggap Roman adalah cowok Playboy karena suka mempermainkan perasaan perempuan. Secara blak-blakan Roman membalas Wulan dengan sebutan playgirl karena pulang sekolah dijemput seorang laki-laki yang lebih tua darinya. Padahal laki-laki itu adalah Kak Rahman, Kakak kandung Wulan yang kebetulan bekerja di Jogjakarta. Ternyata Kak Rahman sengaja pulang untuk mengikuti acara resepsi Sang Ayah.
Keesokan harinya, Roman ingin tulus meminta maaf kepada Wulan atas kesalah-pahaman yang terjadi.
Wulan yang terlihat sedang sibuk menata bunga-bunga hiasan altar untuk akad nikah orang tuanya, tiba-tiba menyadari kedatangan Roman. Wajahnya langsung masam, mood-nya berantakan.
"Lan?" panggil Roman.
"Ngapain lo kesini? Sorry ya, kalo lo kesini cuma mau ngajak ribut gue atau nyolot²an sama gue, gue nggak mau! Gue lagi happy, Karna ini adalah hari pernikahan bokap gue, dan gue nggak mau lo ngrusakin hari gue! Ngerti?" omelnya.
Tak peduli Omelan Wulan, Roman tiba-tiba berlutut dihadapannya, "Eh, Man? Lo ngapain sih, Man?" ucap Wulan sambil melihat kesekeliling, malu dilihat banyak orang.
"Sesuai yang kemaren lo bilang sama gue, kalo gue salah gue harus berlutut dan minta maaf sama lo. Sekarang gue lakuin itu, gue ngaku gue udah salah faham sama lo, Lo mau kan maafin gue?" ucap Roman meminta maaf sambil menatap Wulan.
"Man, udah deh! Mendingan lo berdiri sekarang, nggak liat diliatin banyak orang!" ucapnya, Roman tak merespon.
"Udah berdiri!" sambungnya sambil meraih lengan Roman dan membantunya berdiri.
"Jadi sekarang lo udah maafin gue?" tanya Roman.
"Enggak!"
"Kok nggak sih?"
"Terus gimana biar lo bisa maafin gue? Huft, yaudah gini deh.. Lo bilang ke gue lo hari ini mau apa?" tanya Roman lagi.
"Hah?"
"Iya, lo mau apa? Siapa tau gue bisa turutin, ya kan? Tapi janji maafin gue?" ucap Roman dengan cepat.
"Nggak usah sok deh lo! Kalo gue suruh bikinin candi gimana? Emang lo bisa?" Wulan memberikan satu syarat seperti cerita Roro Jonggrang pada Bandung Bondowoso untuk membuatkannya candi.
Namun dengan kepercayaan diri yang tinggi, Roman dengan lantang menjawab, "Bisa! Ntar gue bikinin," ucap Roman membuat Wulan tak percaya, pake sterofoam?" Lanjutnya.
Wulan berdecak, "Ck! Yeee becanda! Yaudah gini aja! Gue minta lo buatin gue puisi tentang seorang anak yang bahagia karena papanya bahagia.. Bisa nggak?"
"Hah? Puisi doang?? Nggak ada yang lain?" Tanya Roman sok pintar.
"Nggak usah sok deh lo! Gue minta puisinya sekarang juga, karena gue bakal bacain puisi itu di depan Bokap gue dan Tante Tiana.. Sanggup nggak?"
Roman menjetikkan jarinya dihadapan Wulan, "Kecil!! Tapi kita baikan ya?" ucap Roman lalu mengangkat jari kelingkingnya.
"Modus!!"
Keduanya sama-sama memandang Devon tanpa menghiraukan kelingking mereka yang masih menggantung tanpa kaitan persetujuan dari wulan.
"Sok dukung Samuel, tapi diem-diem deketin Wulan!" sambung Devon membuat Roman emosi.
"Eh, jaga mulut lo ya! Gue sama~" ucap Roman yang akhirnya terpotong oleh Devon.
"Lan, kita udah dipanggil, upacaranya udah mau dimulai.. Ayo!" ajak Devon sambil meraih tangan Wulan menjauh dari Roman.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMAN PICISAN { Revisi }
Fanfiction{I'll be back for you} Penulis scenario ; Dona Rosamayna Layar Drama RCTI 2017