ROMPIS { 18 }

720 10 1
                                    

Aku belum mampu memiliki seorang Bidadari, jadi mana mungkin aku berharap dia akan luluh pada puisi-puisiku?

↭↭↭

Siang telah berganti malam, kali ini Karin meminta Roman untuk bertemu di sebuah cafe. Saat Roman sudah sampai di depan cafe, ia malah melihat Tante Tiana yang sedang di ganggu seorang lelaki. Namun, kedatangan Roman sepertinya membawa amarah lelaki itu bertambah hingga mendorong Roman untuk menjauh agar tidak mengikut campuri urusannya dengan Tante tiana.

"Om yang mulai duluan ya! Bukan saya!" ucap Roman sebelum membuat lelaki itu jatuh ke tanah dengan satu gerakan baladiri Roman.

"Sudah! Sudah, Roman!!" ucap Tante Tiana mencoba menghentikan keduanya.

"Om mau pergi nggak? Kalo nggak saya teriakin Satpam nih?!" ancam Roman membuat lelaki itu menyerah dan pergi dari sana.

Setelah orang itu lari, tiba-tiba wulan datang menghampiri Mamanya. "Mamah? Roman?" ucapnya sembari menatap keduanya bergantian.

"Wulan?" ucap Tante Tiana lirih.

"Mah? Mamah sama Roman nggak papa? Tadi aku lihat Roman berantem sama...laki-laki tadi? Itu siapa?" Tanya Wulan ikut khawatir.

"Eh, emm..orang tadi itu mau ngejambret Mamah, terus untung aja ada Romanyang tolongin Mamah di sini, iya kan Roman?" ucap Tiana mencoba mencari alasan yang tepat.

"I..iya, Tante."

"Oh, gitu.. Tapi Mamah nggak papa kan?" tanya Wulan kembali memastikan.

"Mamah nggak papa, kamu mau ngapain di sini?" tanya Tiana balik pada Wulan.

"Loh? Kan aku udah bilang sama Mamah kalo mau janjian sama temen aku di caffe?"

"Sama Roman?" tanya Tiana sambil menunjuk Roman.

"BUKAN!" Ucap keduanya kompak.

"Bukan sama dia!" tambah Wulan, "Janjian sama temen aki yang lain, Mah.. Namanya Karin."

Roman mengerutkan dahinya, "Gue juga!?" ucapnya membuat Wulan dan Tiana tambah bingung.

"Loh? Kok bisa samaan?" tanya Wulan.

"Ya mana gue tau?!"

"Ya udah, gimana kalo sambil nunggu Karin, kita cari makan sama-sama? Biar Mamah yang teraktir!" Ajak Tiana melerai kedua anak muda ini yang ribut di depan caffe.

"Eumm.. Tapi, Mah--"

"Wulan, Mamah tuh harus berterimakasih sama Roman, karena dia udah nolongin Mamah," ucap Tiana memotong kalimat penolakan Wulan.

"Yuk?" ajak Tiana pada Roman dan Wulan. Keduanya di gandeng Tiana masuk ke dalam Caffe.

🍹🍹🍹

"Oh iya, Roman.. Tante mau tanya dong? Wulan itu kalo di sekolah kaya gimana?" tanya Tiana tiba-tiba membuat Wulan mengernyitkan dahi. Di tatapnya Roman dengan tajam yang kini Roman sedang terkekeh lirih hendak mengejek Wulan.

"Wulan?" tanya Roman. Tiana mengangguk, "Gampang, Tante.. Jelasinnya cukup pake satu kalimat!" ucap Roman kembali menatap Wulan yang masih mengancamnya dengan tatapan tajam, seperti mengisyaratkan Roman untuk berkata yang tidak-tidak pada Tiana.

"Seneng liat orang susah, susah liat orang seneng!" lanjut Roman.

"Ngaco!!" ucap Wulan tidak setuju dengan jawaban Roman. Wulan yang kesal, sdmoat melayangkan satu pukulan ke lengan Roman. "Yang ada elo?! Seneng liat orang susah!"

ROMAN PICISAN { Revisi }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang