ROMPIS { 6 }

1.6K 32 1
                                    

"Kupikir pisau itu tajam..
Tapi ucapanmu lebih menghujam.."

~*~

BERKAT belajar dengan Wulan waktu itu, Roman mendapatkan nilai yang cukup baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BERKAT belajar dengan Wulan waktu itu, Roman mendapatkan nilai yang cukup baik. Maka dari itu, malam ini ia akan mengirimkan sebuah kado untuk Wulan sebagai tanda terimakasih karena sudah memprivat Roman dan memaksanya untuk tetap belajar sendiri.

Roman akan memberikan sebuah agenda berwarna merah pilihan Susan. Pasalnya Susan memaksa Roman agar ia ikut pergi ke toko buku, siang tadi. Namun, Roman tidak memberi tau agenda itu akan diberikan pada Wulan. Yang Susan tau, Roman akan memberikan agenda itu pada saudara sepupunya. "Kasih nggak ya kadonya?" gerutu Roman ditengah jalan menuju rumah Wulan.

"Jadi? Enggak? Jadi? Enggak?" Roman menghitung kata "jadi" dan "enggak" untuk beberapa kali sebagai tolak ukur ia memberikan agenda itu pada Wulan.

"Nah!! Nanti gue lempar aja dari luar pagernya, daripada nanti ada yang liat terus lapor ke Devon, bisa baper seumur hidup dia.." Roman mendapatkan ide cemerlang agar tidak ketahuan siapapun saat memberikan agenda itu.

Tak lama, Roman sampai juga di depan rumah megah milik keluarga Wulan. Gerbangnya sudah tertutup rapat, beberapa lampung juga sudah terlihat mati padahal masih menunjukkan pukul 8 malam. Roman segera ancang-ancang untuk melemparkan kado tersebut agar melewati gerbang besar ini.

Saat Roman melemparkan kado tersebut, sepertinya ada yang berteriak dari dalam. "Aww!!"

Roman pun buru-buru memutar motornya, berusaha pergi dari sana, tapi tiba-tiba seseorang datang dan mengomelinya. "Heh! Siapa lo?" Bentak Wulan yang belum tau cowok itu adalah Roman. Sedetik kemudian Roman menoleh ke arah Wulan sembari tersenyum kikuk.

"Elo? Ohh, jadi elo yang nimpuk gue pake ini? Apaan nih?"

"Kado." Roman hanya menjawab dengan satu kata, berharap tak banyak bicara dengan Wulan malam ini, apalagi berantem.

"Kado buat siapa? Orang gue nggak lagi ulang tahun?" Sahut Wulan membuat Roman sedikit berfikir.

"Ituu--kado buat lo karna lo udah ngajarin gue matematika. Tapi kalo nggak percaya, ya udah!" ucap Roman hendak memakai helm-nya.

"Eh, tunggu!"

"Apa lagi?" Tanya Roman dengan wajah serius.

"Gue mau ngomong kalo besok hari terakhir kita taruhan, gue ngaku kalah dari lo, jadi besok lo bisa siapin cabe sebaskom," jelas Wulan mengakui kekalahannya.

"Oh, okey.." jawab Roman lalu pergi dari rumah Wulan.

~*~

ESOKNYA, lagi-lagi Roman telat! Untung saja Pak Umar mengijinkan Roman masuk karena hari ini ada kegiatan donor darah, dan setiap siswa harus mengikutinya. Saat Roman hendak menuju ke koridor (yang juga digunakan untuk kegiatan donor darah), tiba-tiba seseorang menabrak Roman tanpa disengaja.

ROMAN PICISAN { Revisi }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang