ROMPIS { 4 }

1.9K 39 0
                                    

Takdir selalu mempertemukan kamu dan aku, jadi sekarang aku bisa apa?

Takdir selalu mempertemukan kamu dan aku, jadi sekarang aku bisa apa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~*~

ROMAN, Samuel, Darren, Boby dan Carlo sedang bermain basket di lapangan. Suasana sedang seru-serunya meskipun keringat mereka mulai bercucuran. Padahal hari masih pagi, bel juga belum berbunyi. Jarang-jarang mereka olahraga sepagi ini, tanpa jadwal dan tanpa seragam olahraga.

Saat Carlo hendak melempar bola basket ke ring, bola itu malah memantul ke arah koridor. Semua terfokus pada bola yang memantul jauh dari jangkauan mereka, lalu mereka mulai panik saat bola itu hendak menimpa Wulan yang sedang berjalan mekewati koridor. Roman yang paling dekat dari sana langsung berlari secepat mungkin.

Wulan yang baru sadar ada bola yang hendak menimpanya, berteriak. Dari arah belakang, Devon juga ingin ikut menghalangi bola itu dari Wulan. Tetapi dia kalah cepat dengan Roman.

Hap!!
Bola itu di tangkap Roman tepat di depan wajah Wulan yang kurang satu jengkal lagi mengenai wajahnya. Mereka sempat beradu tatap, Sam yang mengerti Roman menyelamatkan Wulan langsung pergi begitu saja, meninggalkan lapangan tanpa sebab.

"Ehem! Jadi berapa bayaran lo yang udah nylametin gue? 100 ribu? Ohh atau 250 ribu kaya kemaren?" ucap Wulan blak-blakan di koridor sekolah sambil melipat tanngannya di depan dada.

"Lo ngomong apa sih?" tanya Roman lirih.

"Kok lo pura-pura stupid kaya gini sih? Lo kenapa? Karena banyak orang di sini? Nggak usah gengsi kali, lo kenapa? Jaga image??" ucap Wulan.

Roman tampak menghembuskan nafas kasar, "Okey, 1 juta!Dan gue mau lo bayar sekarang juga!" ucap Roman dengan penuh penekanan.

Wulan terdiam, uang sakunya hari ini tidak sebanyak itu.
"Kok diem? lo nggak bisa bayar? Makanya, mendingan lo jauh-jauh dari lapangan! Karena semua bola di sini suka sama lo!" ucap Roman lalu menjauh dari Wulan.

"Heh ROMPIS! lo pikir lo siapa ngelarang gue ke lapangan? Emang lapangan ini punya nenek moyang lo apa?" teriak Wulan.

Roman berhenti melangkah tanpa berbalik ke arah Wulan,
"Gue denger suara, tapi kok nggak ada orangnya ya?"

Roman menengok ke arah wulan sejenak, "Oh, lo orang? Hiiii.." ucap Roman seperti melihat hantu lalu kembali ke lapangan, melanjutkan bermain basket dengan Darren, Boby dan Carlo.

Wulan tampak menghentakkan kakinya karena kesal dengan sikap Roman. Tak lama ia kembali berjalan menuju kelas, berharap ia tak bertemu 'orang resek' itu lagi, hari ini.

Permainan basket kembali dimulai, tanpa Samuel. Baru Carlo yang mencetak goals, Roman kembali di panggil oleh Pak Umar dari arah koridor, "Roman, kesini kamu!"

"Ya, Pak.." jawab Roman sambil berjalan dan merapikan seragamnya, mendekati Pak Umar.

"Iya Pak Umar, salah saya apa ya, Pak? Baju saya udah dimasukin, saya nggak kebut-kebutan di sekolah dan saya nggak telat?" tanya Roman yang kali ini merasa tidak melakukan kesalahan.

ROMAN PICISAN { Revisi }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang