ROMPIS { 8 }

1.6K 32 2
                                    

"Mengagumimu semampuku, melindungimu sebisaku, mencintai mungkin bukan takdirku."

~*~

Roman dan Wulan sudah berkumpul di aula atas perintah Bu Indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Roman dan Wulan sudah berkumpul di aula atas perintah Bu Indah. Keduanya diberikan tugas untuk saling mengajari satu sama lain. Roman mengajari Wulan membuat puisi, sedangkan WuLan mengajari Roman bermain gitar, "Jadi gini, puisi itu nggak harus kiasan semua.. Kata-katanya bisa sederhana, asal kena" jelas Roman memulai percakapan.

"Jangan ngomong doang dong! Contohin!" Protes Wulan.

Roman pun menarik kursi yang tak jauh dari tempatnya berdiri, lalu duduk dengan posisi sandaran kursi menghadap ke depan, memandang Wulan penuh keseriusan.

Kamu, adalah kebenaran yang harus kuingkari..
Kamu, adalah keindahan yang tak mampu kunikmati..
Kamu, adalah keindahan yang hadir lewat mimpi..

Wulan tersenyum, puisi Roman mampu membuatnya hanyut, seolah puisi itu dibuat Roman untuknya. Dengan pandangan Wulan yang tampak melamun, Roman pun meniup wajah Wulan secara tiba-tiba, lalu berkata, "Itu contoh kalo lo bikin puisi buat pacar lo! Kalo buat Pak Suryohadi ya jangan, Ntar lo dikira naksir sama dia, hahaha!" Roman cekikikan sendiri, sedangkan WuLan kembali memunculkan wajah juteknya.

"Ya kali gue bikin puisi kaya gitu buat dia" ucap Wulan sambil memukul lengan Roman dengan kertas puisinya yang digulung.

"Ya udah, coba lo ulangin kata-katanya gue mau denger?" suruh Roman.

"Ehem, okey.. Gue coba ya?"

Pria itu bernama Pak Suryohadi
Dia adalah kenyataan indah buat sekolah kami
Dia adalah ........

"adalah apa?" Ucap Wulan yang lupa dialog malah bertanya pada Roman. Namun Roman hanya tertawa.

"Gue nanya, bukan nyuruh lo ketawa!" Tegasnya.

"Lo nanya sama gue?" tanya Roman balik, lalu tertawa lagi.

"Resek deh, males deh gue, ih..!" ucapnya bete.

"Hahaha.. Gini, gini, gini.. Gue bantuin lo bikin puisi, besok pagi gue kasih ke elo.. Jadi lo bisa hafalin," ucap Roman dengan senang hati. Lalu dia memukul lengan Roman kembali dengan kertas puisinya, "Nah, gitu kek dari tadi? Gue kan jadi nggak pusing-pusing bikin puisinya, em!" Jawabnya.

"Tapi ada yang cemburu nggak?" Sambung WuLan.

"Siapa?"

"Ya siapa lagi? Ya, Susan lah!"

"Masih aja nyangkutnya di Susan.." ucap Roman merasa heran.

"Lo udah ijin sama Susan belom, kalo mau kesini? Gue nggak mau ya, kalo sampe Susan liat.. Lo belum bilang sama dia, akhirnya dia ngajakin gue perang.. Gue nggak mau sampe kaya gitu deh!" Oceh Wulan sambil berdiri, hendak pergi.

ROMAN PICISAN { Revisi }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang