Dimhar

38 3 1
                                    

      "Berbarislah dengan rapi, dengarkan dan tunggu siapa teman kalian masing" kak putri berbicara. "Kelompok satu jihan, difa, iman,  nadwa. Kelompok dua wawan, sufi, putri dinda,  kelompok 3 .... 4..... 5.... 6 feby, dinda, melinda riski. Kelompok 7 ayana, thausan, gilang. Kelompok 8 meki, sufi 2 dan sinah. Kelompok 9 Riri, Riska, Dimhar.
"Uwow" aku terkejut. "Hahaha" aku sangat sangat bahagia. Kelompok 10 hingga selanjutnya aku sdh tidak mendengarkan. Karena aku sudah meninggalkan Lapangan sekolah.

Kami memasuki post pertama. Menjawab pertanyaan pertanyaan yg ada. "Siapa nama guru bahasa indonesia di sekolah yg melakukan sesi tanya jwab kemarin malam?" Bapak guru yg menjaga pos ini aku belum terlalu mengenal beliau seingatku beliau  juga guru bahasa indonesia. "Pak Akbar" jwab kak riska. "Iya pak akbar" ku jawab lagi. Dimhar hanya diam. Sebelum kami menuju post berikutnya aku berbicara dengan dimhar. "Kau alumni mana" riri bertanya. "Alumni Junior high school Dipatapa"dia menjawab. "Ahh beneran? Pantas! Aku mengenali wajahmu. Aku alumni dipatapa juga loh" kak riska menyambung pembicaraan kami "hehe iya aku tau, kaka sekelas juga kan dengan kak saylis dan kak virhe" kata dimhar. "Wow kau mata mata yg bagus dimhar. Kau mengetahui kami disaat kami tidak mengetahui dirimu." Kak riska dan dimhar tertawa. "Btw, ri kamu temannya luis kan?" "Ehh iya. Kak" aku menjawab kak riska." "Kalian kenal dimana?" "Di hp kak" kami saling berbicara satu sama lain. Hingga tidak terasa kami disuruh memasuki pos kedua. Kami diminta menjwab pertanyaan islamik bersama kak farid. Benar saja kak riska dan dimhar cukup handal membacakan hadist dan surahnya. Untung aku hanya mendapatkan pertanyaan yg ringan seperti rukun islam dan tentang nabi saja.

Pos ke 3 yg akan kami tuju sangat gelap. Sekarang sdh pukul 2.45 hampir jam 3 skolah kami memang berada di dekat sungai yg besar dan di dekat hutan hutan yg sangat rimbun. Pdhal lokasinya di tengah kota. Untuk menuju ke pos 3 kami harus menggunakan lilin yg dibekali dari sekolah. Sangat gelap. Kami mencari pos 3 tidak menemukan pos itu. Ku rasa kami kehilang 1 poin. Saat menuju kearah anak sungai yg melewati jalan yg bnyak batu batuan dan pecahan semen lilin kami mati. Padahal tepat di depan kami ada kuburan. Aku meringis ketakutan. Tibatiba aku merangkul tangan dimhar dengan kencang. Dimhar mendesis "ehh" aku takut jngan lepaskan aku" aku merengek ketakutan. Sedangkan kak riska lebih dulu berjlaan meninggalkan kami karena dia sdh hapal jalan sini dikarenakan kak riska penghuni terdahulu sebelum kami.

Sepanjang jalan ku bersama dimhar tanganku dingin dan aku tidak melepaskan rangkulan ku pada tangan kirinya. Rasanya aku mengigil. "Sudahlah, tidak apa2 kita akan baik2 saja" dimhar memegang tngan ku yg ada di tngan kirinya. "Kau begitu dingin" kata dimhar. " iyaa, aku kedinginan" "kau mau ku pakaikan jasku?" "Tidak aku sdh memakai jas. Kau saja, kau juga kedinginan" kataku.  "aku sdh hangat jika kau tetap merangkulku" dimhar mengajakku bercanda aku pun tertawa kecil.

Dimhar memang sosok lelaki yg mudah ku mengerti. Dia tidak terlalu misterius dan aneh. Hanya saja tatapannya yg sangat tajam dan istimewa."Hayoo sini de hayoo. Sdh sampai di pos yg terang"  aku Terlalu menikmati subuh ini dengan dimhar hingga kami benar benar sangat jauh dari posisi kak riska saat ini.

Sesampai di pos yng kami anggap pos ke 3 padahal itu adalah pos ke 4. Aku melihat ayana bersama kak thausan. "Sepertinya tidak aku saja yg menemukan cinta ku. Sepertinya ayana juga." Aku bergumam. Dian terlihat sangat cocok dengan kak thausan. Nampak sekali kak thausan memiliki perasaan terhadap ayana. Dia memberikan jas nya kepada ayana padahal ayana sdh menggunakan jas Almanya. Tangan ayana juga merangkul kak thausan, sedangkan tangan kak thausan memegang lembut rangkulan ayana. "Huhu, mereka terlihat sangat cocok" aku kembali bergumam.

Sesampai nya di pos pos berikutnya aku melepas lelah dengan duduk. Jam sdh menunjukan pukul 05.30 kami sdh terlambat sholat subuh. Kami akan sholat bersama di aula. Dan bergegas melakukan latihan PBB lagi, dan lagi.

Saat latihan PBB dimhar berada di belakangku. Dia terlihat sangat lihay melakukan gerakan demi gerakan. Dia sangat gagah sekali. Sedangkan aku beberapa kali salah karena aku gugup. Aku lebih suka balik kanan karena aku berada dibelakang dimhar sedangkan jika posisi awal aku berada di depannya. "Huhu tuhaan, aku sangat gugup" aku bergumam. "De, kamu bisa gk sih?" Kak putri menegurku. Aku hnya diam "kamu koq kek grogi gitu knpa?" Kak putri bertanya lagi. "Dia sedang tidak enak badan kak lalu tidak fokus" suara itu menyelamatkan ku. Ya, itu dimhar. "Nanti aku ajarin ya ri, kamu tenang aja" Dimhar memberi tawaran kepadaku. Aku mengangguk.

Titit..titit...titit... mobil Skolah memasuki gerbang ke2 di skolahku. Nampaknya di dalamnya banyak kakak kelas 12. Benar saja, kaka kelas jurusan kesehatan, komputer ilmu sosial semua yg mengambil alih LDKS ada di sana mereka membawa makanan. Pagi ini kami sarapan nasi putih dan ikan Nila. Huhu nampaknya sarapnya berat di tambah dengan mie di dalamnya.
"Aku tidak suka ikan ini" Aku mendengar Jesika dari kelompok 11 berbicara. "Kau tidak suka?" Sahut kak farid. "Iyakak". "Ini ambil saja punyaku ayam" huhu ternyata makanan kami berbeda2 dengan kaka kelas.  Kak difa dan yg lain sdh selesai makan. "Kamu suka kepala?" Dimhar bertanya kepada yayan. "Suka bnget", "Nih nih nih" kak wawan dan kak difa, Riska dinda dan meki serta temanku yg lainnya memberikan kepala ikan nila kepada yayan. "Sedangkan nasi2 yg tidak habis dimakan oleh aku dan kak wawan. "Kau tidak terlalu lapar pagi ini dimhar?" Aku bertanya. "Tidak juga, namun aku tidak mau susah bergerak nantinya" sahut dimhar. "Huhu kau makan malam sangat bnyak sedangkan sarapan seperlu nya saja. Kau begitu lucu dimhar" aku bergumam di dalam hatiku.

Saat semua sdh makan kami melakukan permainan yg menyenangkan manusia super. Permainan dimana manusia bisa menjadikan diri mereka sebagai benda. Contohnya bekerja sama membentuk becak dari beberapa orang. Kali ini aku tidak bersama dimhar aku bersama kak wawan kak riska dan kak fani serta julian. Kami memenagkan juara 2 sedangkan juara 1 dimenangkan oleh kelompok kak Iman. "Kau sangat pandai kak iman"

....+.....+......+......+......+......+......+......+......+.....+....

10.11
Sekarang sdh hampir siang kami bergegas untuk pulang. Aku membawa 3 tas dan 1 karpet kecil di motorku. Sebelumnya aku sdh membawa nya dengan mencicil beberapa hari duluan. Sedangkan pulang aku harus membawa semuanya secara bersamaan.
Sebelum aku keluar dari ruang tidur wanita aku di sapa oleh kak fani. Dia memberikan ku makanan hasil kemenangan kami tadih. "Ayo pulang aku tunggu" aku melihat kak iman di depan pintu berbicara dengan seseorang. Yah benar saja dia wanita berbaju merah yah dia kak nadwa. Ternyata kak iman pulang bersama dia. "Huhu sdh lah ri dia bukan ibi yg sebenarnya kau tidak boleh menangis" Aku bergegas masuk dan keluar dengan cepat ku ambil motorku. Lagi dan lagi aku melihat kak iman dan nadwa aku bergeges memalingkan muka. Dan bertemu dimhar. "Aku duluan, kamu hati2 bnyak sekali barangmu" dimhar berbicara. "Baiklah kamu juga hati2" Aku memjawab.

Kami pulang meninggalkan sekolah. Besok pagi kami harus kembali keskolah untuk belajar. Aku senang mengenalmu dimhar ku harap kau bisa menjadi temanku lebih dari temanku. Aku menyayangimu dimhar.

"Jadilah lelaki yg indah hatinya seperti rembulan. Dan janganlah kau menjadi matahari yg menghilangkan rembulan dimalam hari di setiap siang. Artinya jngan kau hilangkan hatimu di setiap perpisahan"

RINDU (Riri Dan Nandu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang