kembali nya dimhar

27 3 0
                                    

    Hari ini aku merasa kurang enak badan. Namun, aku harus menghadiri rapat. Seperti janjiku. Organisasi adalah nomer satu. "Mengapa aku harus berjanji seperti itu. Ini pembodohan" aku bergumam dalam hatiku.

Aku datang lebih cepat dari pada dimhar. Aku tidak akan bisa melupakany karena dimanapun aku selalu bertemu dia. Di dunia nyata ataupun sosial media. Karena kami teman kerja satu bidang. Dimhar terlambat datang. Dia duduk di belakang ku. Dia memainkan hpnya mungkin memainkan game. Dimhar sering bermain game walaupun dia tidak terlalu mendalami permainan seperti gamers lainya.

Setelah rapat selesai aku bergegas pergi tanpa berbicara apapun kepada dimhar. Aku benar2 tidak tahu harus apa. Sesampai aku di dalam kelas. Aku langsung duduk di meja ku. "Oh ya aku lupa tadih pelajaran apa ya" aku berbalik kebelakang niat ku ingin menanyakan pelajaran materi apa yg di jelaskan selama aku tidak ada dikelas. Aku tidak mungkin bertanya dinda karena dinda juga ikut rapat bersamaku. Belum sempat aku bicar mataku sudah melebar menatap layar ponsel imas. Benar saja. Di layar handphone imas bertuliskan pesan dari dimhar. Nama dimhar bersebelahan dengan emotikon love. Imas tidak menyadarinya karena dia sedang asik berbicara degan teman dibelakang bangkunya. "Mas, aku mulai bicara" imas menengok kearahku. "Iya ri?" Imas menjawab. Aneehh aku masih saja menatap layar ponsel imas. Membuat imas langsung menarik hp dari mejanya. " ke ke Knpa ri?" Imas gugup mungkin dia sudah melihat siapa yg mengirimkan pesan. "Ti. Tidak jadi" aku langsung membalikan badan. "Din, kmu aja yg tanya ke belakang tadih bahas apa" aku menyuruh dinda yg berbicara.

Teman akrab ku di kelas memang sedikit hanya imas, dinda,meki, diana, dan mungkin rafi.   karena aku sangat risih dengan orng2 baru di sekitarku mereka terlihat semaunya mengeluarkan pendapat dan mengejek orng lain. Tanpa pernah mereka berkaca bahwa kami juga manusia yg wajib menyalurkan pendapat dan mereka tidak wajib menyanggah pendapat dari kami.

Hari ini sdh selesai. Aku kembali bergegas untuk merapikan pakaianku. Karena aku ingin mengikuti pramuka di skolahku. "Huhu harinya gelap gini koq pramuka. Hujan ntar gimana sakit gwe" aku nyeletuk di depan kka kelas. "Shhhhhuutts lu gimana si ri ada kak nadwa tuu" dinda mendorongku di kepala. "Biarin" aku meninggalakan dinda. 30menit kemudian turun hujan yg saangat  deras. Membuat kami mengungsi di teras. "Mau pulang gabisa mau kemana2 ribet bnyak orng berteduh" ayana bicara. "Bener tuu gatau apa orng cape kedinginan" sambung ayu.

Ayu adalah teman sekelasku. Dia teman baik ayana bersama 4 teman lainnya. Mereka sangat berani di kelas entahlah aku tidak ingin mengurusi mereka yg ku tahu. Jika aku tidak suka aku tidak akan berteman dengan siapapun termasuk teman sekelasku sendiri. Ayu memiliki paras yg cantik. Dia sangat putih mungkin dia yg paling putih di kelasku. Dan dia juga pintar. Tidak salah dia menjadi salah satu orang yg hampir berkuasa di dalam kelasku. Namun dia sangat baik terhadapku. Terkadang kami sering terlibat cekcok namun kecil tidak pernah besar. Yang lebih penting adalah dia kekasih hati Padi jagung.! Ya si nandu. Entahlah bagaimana cerita nya nandu bisa menaruh hati pada ayu. Walaupun rumah nandu dan aku dekat. Namun aku tidak pernah berinteraksi dengan nandu. Terkadang aku ilfil. Karena gayanya yg suka nyeletuk orng lain. Yang aku tahu nandu menyukai ayu. Sedangkan ayu terlihat tidak menyukainya. Beberapa kali ayu sering marah jika namanya dikait2 kan dengan nandu. Aku sering tertawa melihat nandu menggoda ayu.
 

....+......+.....+.....+......+......+......+......+......+.....+....

Hujan belum berhenti, hari sudah sangat gelap. Sekolahku mulai banjir. Aku kedinginan. Ingin rasanya aku cepat pulang.

Dreeerrrt....dreetr...dreetr.....dreeetr....
Handphone canggihku bergetar. "Omg, benar saja kah ini kita harus rapat jam segini. Gatau udh gelap apa.?" Aku mengeluarkan suara sangat nyaring. Membuat orng2 di dekatku memandangku. Dan yg lebih parahnya aku tidak berada di dekat temanku. Namun aku berada di dekat kaka kelasku yg sdh vakum dalam organisasi kesiswaan ini. Aku cepat2 naik keatas mencari teman2ku yg aku sdh tahu mereka pasti dibawah bukan diatas. Namun aku menghindari kka kelas yg mendengar aku membacakan pesan rapat. 

Bruuuug.!! Aku bertabrakan dengan lelaki yg tinggi namun tidak terlalu tinggi mungkin 3/4 cm dari badan ku. Ya, itu dimhar aku tau itu. "Ehh, maaf" aku meringis. "Kamu mau naik keruang rapat?" Dimhar bertanya. "Iyaa." Rasanya sdh lama aku tidak bicara dengan dimhar. Sejak kejadian gerak jalan aku sdh hampir tidak pernah berbalas pesan lagi dengannya. "Rii, riii, tunggu" aku menaiki anak tangga bersama dimhar. Dimhar di belakang ku dan aku di depannya. Namun tibatiba aku mendengar suara dinda berteriak memanggilku. "Iyaaaaaa din" aku menyahut teriakan dinda namun aku terus menaiki anak tangga. Aku tidak ingin terlalu lama bersama dimhar di tangga ini.

Sesampainya di lantai 3 aku berdiri di pojok tangga. Aku lupa aku menceritakan skolah ku tingkat 3 padahal sekolahku tingkat 5. Aku lupa menghitung atasnya. Dimhar berdiri jauh dariku. Aku menunggu dinda yg sangat lama padahal sejak tadih dia menyusulku. Tidak ada pembicaraan dari dimhar, dan aku pun diam.

Kak wawan menaiki tangga. "Leehoooo" kal wawan berteriak. Kak wawan sangat lucu dia gendut dan menggemaskan. Seperti aku.
"Uwow banjir ya ternyata" aku baru menyadari lantai 3 sedang banjir. "0mg apa yg aku pikirkan sampai2 aku tidak mengetahuinya" aku bergumam. Naiklah dinda dan yayan ke lantai 3. "Maaf lama" sahut yayan. "Ayo bersihkan kuraaas kuraass!!!" Kak wawan menyuruh kami menguras.  Tugas ku dan dinda mengambil air dengan gayung dan membuatnya ke ember lalu tugas yayan mengangkut ember ke bak sampah. Tugas dimhar mengangkat baksampah dengan kak wawan. "Tidak usah di bantu kak wawan. Biarkan dia sendiri" aku mengejek dimhar. "Baiklah. Lakukan sendiri dimhar." Kata kak wawan "ini berat kak, mana mungkin aku bisa" sahut dimhar sambil tertawa kecil. Aku tidak pernah melihat dimhar marah sebesar apapun ejekannya. Dimhar mengangkat bak sampah itu sendirian menggulingkannya ke tempat pembuangan air. "Kau sangat lama memasukan air itu ke ember" kali ini dimhar mengejekku. "Baiklah lakukan saja sendiri" aku memberikan gayungku kepada dimhar. Dimhar mengambilnya sedangkan aku hanya duduk di depan ruangan osis  "aku turun sebentar aku mau cari kunci." Kata kak wawan. Sekarang yg bekerja hanya dimhar dan yayan saja. Aku dan dinda hanya duduk memandangi mereka. "Gantian dong" kata yayan. "Oke sini mari aku bantu" aku dan dimhar memasukan air bersama ke ember yayan sekarang duduk bersama dinda. "Ri," dimahar memanggilku "ya" aku menjawab sambil memasukan air ke dalam ember. "Eeee" dimhar ragu bicara. "Itu masukan dulu ke dalam bak sambah airnya sdh penuh" aku membalas keraguan dimhar. Dimhar memasukan air ke bak sampah. Kak wawan datang dia membuka ruangan osis. "Gantian ni yan, dind kalian lagi" kata dimhar. "Baiklah" kata dinda. Aku dan dimhar membilas kaki dan tangan kami dengan air bersih lalu memasuki ruangan osis meninggalkan yayan dan dinda yg masih menguras air hujan.

Diruangan ini sangat gelap tidak ada satupun lampu. Sekarang sdh hampir jam 7 malam. Kak wawan pergi kebawah mencari lampu tangan yg bisa digunakan. Dinda dan yayan membersihkan tangan dan kaki mereka. Diruangan hanya ada aku dan dimhar. Aku duduk di bawah meja dimhar duduk di atas kursi. Lagi dan lagi aku ketakutan maklumlah orangtua ku kata aku lemah bulu. Lebih gampang di ganggu mahluk lain. "Ri, kamh tau gak ini apa" dimhar menyerahkan hpnya ke tnganku. "Gatau, knpa? Aku melirik sedikit namun  aku tidak mengambil hp dimhar. Aku berdiri disamping dimhar yg sedang duduk. "Aku boleh pinjam hp mu?" Aku berkata. "Boleh,, nih" tanpa pikir panjang dimhar menyerahkan hpnya. Itu adalah kali pertama dan terakhir kalinya aku memainkan hp dimhar. Hpnya mirif dengan hp rafi. "Dim ri" kami sama sama ingin bicara. "Iya" kataku. "Kamu duluan" dimhar menyuruhku bicara terlebih dahulu. "Enggak ini giman cara screenshootnya" aku sengaja berbohong. "Sini aku bantu" dimhar mengajariku cara mengambil tangkap layar di hp x***i  mereknya. "Kamu mau bicara apa?" Aku tanyakan lagi pada dimhar. "Eee apa ya lupa" kata dimhar. "Yaudah gpp" sahut aku. "Ehh btw katanya kamu gk dateng kemarin di gerak jalan koq kmu kesana?" Aku mematung seketika. "Gppa pengen aja terus kmu koq bisa sama kak difa?" Aku balik bertanya kepada dimhar. Dimhar diam sejenak. "It ituu kak difa gk ada motor dia minta jemput katanya syng tiketnya udah ada tpi motor gada." Kata dimhar. "Oohh kamu mau" aku tidka bertanya hanya berbicara saja. "Mau apa?" Kata dimhar. "Aku tidak bertanya, hanya saja mengeluarkan kata mau". "Koq sekarang kita jarang chtingan ya" kata dimhar. "Eeemm" sambungku. Kami tidak sadar jika beberapa orng sdh ada diruangan ini. Mereka memperhatikan aku dan dimhar yg berduan di depan papan tulis dengan cahaya 1 hp di atas meja.  Aku bergegas menjauh dari dimhar dan duduk di samping dinda. Dimhar duduk tepat di seberangku.

Aku menagis kencang memeluk dinda karena aku melihat bayangan hitam diruangan ini. Dimhar memperhatikanku. Tidak hanya dimhar kak iman juga. Tidak mereka berdua saja tapi semua yg ada diruangan ini.
"Knpa kmu ri?" Pesan dari dimhar. "Hantu"
Ku balas pesan dimhar. "Yg bener, ada2 aja" balas dimhar. Aku tidak menghiraukan pesan dimhar yg aku tahu aku harus cepat pulang.

Sesampainya dirumah aku mulai berbalas pesan lagi dengan dimhar.

"Dimhar kau kembali kepadaku. Ku harap kau tidak pergi lagi. Karna sungguh aku tidak mampu tanpamu."

RINDU (Riri Dan Nandu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang