Song recommendation
Yiruma - Passing ByIni hanyalah sebuah ungkapan kecil dariku, dari hati yang paling dalam.
Untukmu, Na Jaemin...
Kau tahu bahwa kau adalah kekuatanku. Seperti jantung yang di aliri darah, seperti matahari yang di kelilingi semesta. Menyimpan sebuah harapan besar yang selalu aku semogakan dalam tiap doaku pada Tuhan. Meminta untuk bersama, memohon untuk berakhir bahagia.
Tapi rupanya takdir tidak sebaik itu, meski kutahu kau tak pantas untuk menerima takdir seperti ini. Kau terlalu sempurna untuk menerima ketidakadilan ini.
Aku abu sekarang, yang siap di hembuskan kemanapun oleh angin. Entah kemana dia akan membawaku, kurasa aku tak akan peduli lagi. Aku tahu aku tak berhak, aku tahu aku tak pantas, tapi aku marah pada Tuhan. Doaku yang selalu ku elukan di tiap malam, di tiap hembusan napas, Dia tak mau mendengarkanku...
Aku membutuhkanmu, malaikatku...
Selalu aku menangis untuk mengharapkan kau kembali meski itu fana.
Jaemin, aku putus asa...
~~~
Aku berjalan dengan tatapan kosong. Melalui jalanan Seoul yang penuh hiruk pikuk kendaraan. Berjalan sendirian bagai mayat hidup, dengan kantung mata yang menghitam, dengan bibir yang memucat.
Mungkin orang-orang akan berlari ketakutan ketika melihat rupaku.
Maka aku menyembunyikan wajahku dengan tudung jaket, berjalan menunduk, menendangi kerikil yang ku lalui.
Sudah 3 jam aku berkeliling dengan berjalan lagi. Meningglkan rumah tanpa mengatakan apapun pada keluargaku, pergi diam-diam.
Jaemin telah di makamkan 2 hari yang lalu. Aku tidak ikut, aku tidak mau, aku tidak bisa.
Demi Tuhan tidak akan pernah mampu melihat sebuah batu nisan dimana ada nama seorang laki-laki yang sangat ku cintai diatasnya.
Aku pergi ke tempat-tempat kenangan kami. Melewati kedai Paman Shin, menara Namsan, halte bus, dsn tempat-tempat lain yang sering menjadi saksi bisu kisahku dan Na Jaemin terukir.
Menatap tempatnya, kemudian bayangan kami berdua yang sedang tertawa bahagia akan muncul begitu saja di depan mataku, membuat dadaku kian sesak.
Kini aku berhenti di tepi sungai Han. Tempat yang menjadi tujuan terakhirku.
Ku tatap bentangan air yang luas itu dengan tatapan putus asa. Lalu, perlahan-lahan cairan bening meleleh dan jatuh menuruni kedua pipiku.
Aku menangis tanpa di perintah.
Lantas ku genggam kalung pemberian Jaemin yang setia melingkar di leherku.
"Keterlaluan kamu, Na" rintihku.
Tangisanku semakin deras, isakanku mulai terdengar.
"Keterlaluan... kamu..."
Bahuku naik turun, dan aku gemetaran.
Aku kini merasa sama sekali tak bersemangat untuk hidup.
Bagaimana mungkin aku bisa kembali hidup dengan nyaman setelah kehilangan separuh nyawaku?
Benar, dia. Na Jaemin, bukan hanya separuh, dia mungkin kini adalah seluruhnya nyawaku.
Jika aku tak di ijinkan untuk meminta Jaemin kembali, maka kini biarkan aku yang pergi menemuinya sendiri.
Maaf Jaemin, jangan marah ataupun mengomeliku saat kau melihatku nanti, aku benar-benar sangat putus asa kini.
Aku putus asa...
Melangkah mendekati tepi sungai Han, berhenti di ujung. Memejamkan mataku sebentar, menangis sembari menggenggam kalung pemberiannya.
Maaf, tapi ini pilihanku.
Aku hancur sekarang.
Grepp!!!
"GILA KAMU HAH?!!"
Seseorang baru saja menarik tanganku dengan kuat, dia mencengkeram pergelangan tanganku.
"Lepasin" pelanku.
"Nggak gini caranya Jung Jeha!!" bentak Jeno.
"Lepasin Jen..." aku berusaha melepaskan tanganku dari Jeno sambil menangis bagai orang gila.
Tak mau mendengarkanku, anak laki-laki itu semakin menarik tanganku, kemudian membawaku ke pelukannya. Jeno merengkuh tubuhku, dia memelukku erat-erat yang tengah menangis dan meraung. Dia mendekapku kuat-kuat agar aku tak memberontak, membiarkanku menangis di dadanya.
Aku menjerit. Histeris. Meluapkan segala rasa sakit hatiku dalam pelukan Jeno.
Terus mengelukan nama Jaemin berulang-ulang.
"Aku mau Jaemin.... Jaemin... plis..." rintihku.
Jeno merengkuh kepalaku, dia mengeratkan pelukannya.
"Cukup, cukup aku kehilangan Jaemin, kamu jangan... aku nggak mau kehilangan seseorang lagi..."
Sore itu, kalimat Jeno pun tak dapat ku tangkap dengan baik. Aku hanya menangis dalam rengkugannya, terisak, kemudian elusan Jeno di rambutku, membuat tangisanku berangsur-angsur mereda.
- fin -
This is original Soundtrack of Dear J
lagu ini dibuat oleh Aurora Louisa, teman tersayangku, khusus untuk DEAR J.
Terima kasih Rora untuk lagu dan suara kamu yang berharga. Ini lagu terindah yang pernah aku dengar ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 1. DEAR J
Fanfiction[Telah Dibukukan, Tidak tersedia di Gramedia] ❝Untukmu, Na Jaemin. Laki-laki tak sempurna Sang pengagum hujan dan sajak❞ ©tx421cph