Part 22

16K 1.1K 57
                                    

WARN!! Carefull with typo(s)!!!
*
*
*
Yg blom mandi, mandi dulu baru baca wkwk
     
  
    
    
  
    
    
    
    

Ruangan yang kini telah terisi satu pasien dengan penuh alat pemantau semua titik vitalnya terpasang ditubuhnya. Terdapat Ventilator berfungsi sebagai alat yang membantu pertukaran gas pada paru-paru pasien. Meski ventilator juga telah memiliki monitor vital sign pasien, ICU tetap memasang Bedside monitor untuk membatu pemantauan secara lengkap dan terus menerus.

Monitor yang menampilkan garis denyut jantung yang berdetak dengan lemah bersama suaranya kini membuat Siwon ingin rasanya menulikan telinga.
Terlampau sakit mendengar lemahnya denyut jantung sang anak.

Siwon duduk di samping bed yang berisikan tubuh lemah sang bungsu yang terbaring tak sadarkan diri. Ia menggunakan theatre uniform yang biasanya dipakai dokter sebelum memasuki ruang operasi, lengkap dengan sarung tangan latex yang disediakan pihak rumah sakit, khusus untuk keluarga pasien yang akan memasuki ruang rawat ICU.

"Jungkook-ah.." Lirih Siwon.

Mata bulat yang biasanya memancarkan binar tulus nan bahagia itu kini tertutup lemah tanpa adanya tanda-tanda jika kelopak itu bersedia terbuka, padahal waktu telah berlalu tiga hari sejak operasi selesai.
Pipi yang hanya memperlihatkan warna pucatnya, menghilangkan rona hangat itu. Bahkan kulitnya dihiasi goresan dan luka lebam yang turut melukai hati Siwon.

"Kook-ah.. A-appa...appa mian-hae.." Siwon menunduk dan menumpukan keningnya pada besi pembatas di sisi kiri bed.

Pikiran dan hati Siwon berkecamuk dengan kacau. Sedih, marah, kecewa dan menyesal menjadi satu. Ia kini tak bisa memilah dengan baik apa yang harus ia lakukan.
  
   

"Appa?"

"Eum? Wae? Kookie butuh sesuatu, heum?"

Si kecil Kookie yang berumur 11 tahun yang kini terbaring diranjangnya dengan selimut tebal menenggelamkan dirinya dalam hangatnya selimut lembutnya. Ia terserang demam karena bermain hujan kemarin malam.
Kookie menggeleng lucu,

"Kookie mau tanya.."

"Aaa ne. Mau tanya apa, heum?"

"Hyungdeul.. Hyungdeul sudah jadi hyung Kookie 'kan appa?"

Siwon tersenyum lembut dan menggangguk, "Tentu saja. Hyungdeul itu hyung Kookie."

"Tapi apa Kookie ini nakal, appa?"

"Eeyy, Aniyaa. Kookie itu anak yang baik."

"Jeongmalyo?"

Siwon mengganggu kemudian mencolek kecil hidung si bungsu. "Ne.. Kookie anak yang baik dan rajin."

Kookie mengerjab dua kali dan tetap menatap sang ayah.

"Tapi hyungdeul selalu menjauh dari Kookie. Hyungdeul selalu marah-marah dengan Kookie. Berarti Kookie nakal, appa.."

Siwon diam sejenak kemudian kembali memberikan senyum lembutnya. "Aniya, Kookie tidak nakal."
 
  

Siwon memejamkan matanya dan satu tetes cairan bening itu kembali mengaliri pipinya.

'Appa mianhae. Cepat bangun, Kook-ah..'


Ia benar-benar menyesal. Ia menyesal tidak menjelaskan semuanya sejak awal. Ia menyesal tidak pernah menjadi ayah yang baik. Ia menyesal tidak memperbaiki hubungan mereka semua. Siwon menyesal sebagai seorang ayah, ia tidak pantas sebagai seorang ayah.

Hurt (Story Of Jungkook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang