d u a p u l u h ; - -Benci bahana hujan

22 4 24
                                    

Aku meringkuk kedinginan
Sesak. Sesak. Sangat sesak.
Memilih bernaung pada selimut
Bersembunyi dari bunyi pertempuran

Bunyi air yang jatuh
Atau boleh kusebut hujan?
Aku benci
Benci setiap tetesannya.

Menutup indra mustamikku rapat-rapat
Menenggelamkan diri dalam lautan kapas
Hatiku menggeram ingin menghancurkan awan
Aku benci bahana mereka

Lubukku terluka parah
Haus akan pembalasan
Dendam pada segumpal awan
Aku benci gunjingan

Tuli. Tuli. Biarkan aku menuli.
Tak sanggup mendengar rintikan hujan
Suaranya deras menghantam kepalaku
Aku terluka! Aku terluka!

Berhentilah jatuh
Berhentilah menyentuh bumi
Berhenti menarik perhatian
Berhenti!

Aku muak.
Muak pada bumi yang pasrah
Muak pada manusia yang mengenang
Memutar memori kelam hanya karena hujan

Sekali lagi aku muak
Aku muak akan kepasrahan
Muak pada ketidakberdayaan
Kelemahan yang nyata

Aku muak!
Sampai kemuakanku membakar nadiku
Aku sendiri tenggelam dalam kesedihan
Tak menyadari dendam yang membara

Hati ini terkoyak
Tak mampu menahan rasa lagi
Tik. Tik. Tik. Tik.
Suaranya menghantam ulu hatiku

Tak peduli akan nasib yang lain
Sanubariku memberontak menagih kebebasan
Logikaku menolak memberi jawaban
Akhirnya aku tersungkur di kaki hujan.

With Ev—

rasa - peri, puisi dalam nadi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang