Seperti air;
mengalir, mengalirKatamu,
pedang merajam jantungmu
Tapi, aku tidak percayaApa yang kau coba sangkal?
Itu adalah kisah lama
dan kau,Lambang perjuangan ialah mata perakmu; legenda yang hidup.
Sampai aku teringat,
satu waktu kau hilang dalam arak,
kau mengambil pisau, menggiris kulitmu,Memoarku jernih,
sebab bisikmu nyaring bunyinya,
“Darahku biru, tapi aku acuh”Katamu lagi,
“Siapa yang peduli?”Pada malam itu, barulah aku mengerti. Kau jatuh, tenggelam ke dasar jurang, menolak kembali
Sebab, kudapati kau;
Menodai tangan saudaramu,
dengan darahmu sendiriBegitu saja,
kau murni pergi,
lenyap;Sungguh-sungguh takluk,
menyerah diri pada asa,ia, kau,
seorang dengan tulang keras,
membungkuk,
sujuk demi damaiMaka terkenanglah,
sampai penjuru bumi,
sebuah legenda;Seorang diri berdarah biru,
Lykaia Veorlath,
sebagai putri setengah dewa.—Catatan tentang 'Putri setengah dewa' di tanah kering Herodes. Oleh Chloe Fillian Madga.
©With Ev—
Senin, 06 April 2020
17.13
KAMU SEDANG MEMBACA
rasa - peri, puisi dalam nadi ✓
Poetry[credit for cover by @shadriella] Ternyata aku terjatuh begitu dalam, kesulitan bangkit berdiri Tak mampu melangkah Salah siapa-kah ini? Pantaskah diriku- menyalahkan nasib? Kenyataannya dipandang sebelah mata sangat mematikan dibanding cibiran oran...