Bag. 03

627 29 37
                                    

Jessi sedang asik menyisir rambutnya didepan cermin. Dress selutut putih yang dia kenakan sekarang untuk berkencan dengan pangerannya. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai indah.

Tingg

Jessi berdiri meraih benda pipih yang baru saja berbunyi diatas kasur.
Sebuah pesan dari Hilo baru saja masuk.

You have notification

Line
13.59


VHiloPtm: Gua masuk apa lu keluar?

jessiJ: Apanya?
read

Hilo menghela nafas lalu menyandarkan punggungnya ke badan mobil. Dia sudah berdiri didepan rumah Jessi sekitar tiga menit dan itu terbilang cukup lama untuknya yang tidak suka menunggu. Dan dia memilih untuk mengechat Jessi? Hilo lupa kalo Jessi tuh rada oon jadi gak bisa diajak to the point langsung. Oke, jadi Hilo memutuskan untuk langsung masuk ke rumah Jessi.

Hilo membuka pintu gerbang rumah Jessi, menaiki beberapa anak tangga lalu menekan bel rumah bercat putih.

Ini bukan pertama kalinya Hilo berkunjung kerumah ini. Jadi jika yang membukakan pintu adalah orang tua Jessi alias camernya Hilo nanti, Hilo udah gak sport jantung lagi. Ini faedahnya bersahabat lalu berpacaran hehe tapi malah kena friendzone lama, miris :')

Setelah menekan bel rumah sebanyak dua kali, akhirnya pintu rumah Jessi terbuka. Menampilkan sesosok pria hampir paruhbaya berbadan tegap nan tinggi.

"Siang om. Jessinya ada?"

Hilo langsung mencium tangan calon ayah mertuanya ini, maksudnya ayah Jessi.

"Cari Jessi ya? Masuk dulu gih, nanti om panggilkan" ujar ayah Jessi mempersilahkan Hilo menunggu diruang tamu.

Hilo duduk sendirian diruang tamu bernuansa putih. Manik matanya tertuju pada bingkai foto besar yang menampilkan foto keluarga. Ada Jessi yang duduk ditengah dengan senyum manisnya dan kedua orangtua Jessi yang mengapitnya serta kakak perempuan Jessi yang berdiri dibelakang yang kini kuliah diluar negeri.

Hilo tersenyum masam melihat foto itu. Ia jadi rindu Bundanya yang telah pergi karena kecelakaan satu tahun yang lalu.

"Di minum dulu den Hilo" suara itu mengalihkan perhatian Hilo ke mbok Tina, pembantu dirumah Jessi.

"Iya mbok, makasih" ujarnya dengan senyum tipis namun tetap terlihat menawan.

"Mbok tinggal ke belakang dulu ya" pamit mbok Tina yang mendapat anggukan dari Hilo.

Di lain tempat..

"Jessi" panggilan itu datang bersamaan dengan ayah Jessi yang membuka pintu kamar anaknya.

Jessi masih diposisi awalnya, didepan cermin disibukkan dengan rambut panjangnya. Saat mendengar suara ayahnya, Jessi menoleh. Mendapatkan sosok pria yang sudah sangat Jessi kenal berdiri diambang pintu.

"Cie anak ayah udah cantik, mau kencan sama temen" goda sang ayah dengan senyum jahilnya.

Jessi memajukan bibirnya kedepan,kenapa harus status teman yang dibawa-bawa oleh ayahnya? Menyebalkan. "sok tau ayah" jawabnya kesal.

"Ada Hilo diruang tamu. Sana samperin. Nanti keburu lumutan nunggu kamu bikin alis"

Jessi mendengus, dia baru sadar kalo ayahnya ngeselin "Kapan datengnya? Pantes chat Jessi cuma dibaca doang"

"Udah sana buruan"

Akhirnya Jessi keluar dari kamar bernuansa kuning, menuruni beberapa anak tangga menuju ruang tamu bersama ayahnya.

Tentang WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang