Bag. 19

306 17 5
                                    

❝Tanpa kamu sadari..
Orang yang paling berhargalah yang sering melukai hati

_________________________________________


22.43

Keadaan suatu ruangan yang sepi, hanya terdengar bunyi dentingan jarum jam dan sebuah isakan yang beberapa kali muncul.

Keadaannya sedikit kacau disini. Robekan kertas sebuah foto berserakan dimana-mana, beberapa bingkai yang pecah, selimut berada di lantai, dan rambut yang tak berbentuk. Menandakan jika sang empu ruangan sedang dalam keadaan tidak baik.

Seorang gadis duduk ditengah ranjang berwarna kuning, kedua kakinya di lipat sehingga lutut berada di atas. Kedua tangannya terulur memeluk kedua kakinya dengan tubuh sedikit membungkuk. Kepalanya di tenggelamkan diantara sela-sela lutut membiarkan rambut panjang berantakannya menutupi semua.

Sesekali ia harus menarik cairan yang berusaha keluar dari hidung.

Masih tak menyangka jika orang yang di cintainya bisa pergi begitu saja dengan mudah, bahkan tanpa mengucapkan selamat tinggal. Tanpa memperjelas status mereka terlebih dahulu.

ATTENTION :
"cewek itu perlu sebuah kepastian!!"

"Hilooooo"

Nama itu terus saja terucap dari bibir mungilnya. Padahal ia sangat membenci untuk saat ini. Entah apa manfaatnya. Hanya saja, hanya nama itu yang ada di dalam otak kecilnya sekarang.

Ingatannya memutar dikala ia harus bangun pagi saat weekend datang. Menuju kampus, bersapaan dengan orang yang bahkan baru pertama kali ia lihat di kampus. Dari mulai berbagai salam, tulisan, boneka, bunga hingga jatuh ke point pentingnya.

Hilo menyatakan cinta. Setelah bertahun-tahun hanya status pertemanan yang ia dapatkan.

Ia tersenyum tipis mengingatnya. Mereka resmi berpacaran. Saling menautkan jari-jari, tertawa bersama angin, menuju sana sini, membuat sebuah cerita awal sampai malam.

Oh, apa Jessi harus menyebutnya sebagai cerita awal percintaan mereka atau sebuah akhir dimana pemeran pria menghempaskannya begitu saja ?

Senyumnya seketika redup saat ingatannya menuju tahap dimana Hilo hanya mempermainkannya.

Bolehkan Jessi menganggapnya begitu?

Apa maksudnya menyatakan cinta lalu pergi bahkan tidak ada satu hari. Hanya ingin mencoba rasanya berpacaran dengannya, begitu?
Menyebalkan.

Menghempas pemikiran tentang semua yang telah terjadi, kini ia diam. Otak kecilnya dengan tiba-tiba menginginkan kehadiran sosok tersebut.

Apa ia rindu?

Jessi mendongak, meraih benda pipih yang sedaritadi berada di sampingnya. Membuka sebuah aplikasi chat yang sering ia gunakan untuk berkirim pesan dengan lelaki itu.

Namun yang diinginkannya tidak ada. Hanya beberapa grup yang sedang ramai, entah membahas apa Jessi tidak peduli.

Yang ia inginkan hanya Hilo.

Tangannya bergerak, membuka sebuah ruang pesan yang diberi nama VHiloPtm dengan sebuah gambar hati berwarna hitam.

Ibu jarinya menari diatas papan ketik, membuat suatu kalimat, lalu membacanya, kemudian menggeleng dan menghapusnya.

Gak gak gak gak, gak boleh ngechat duluan. Gak boleh kelihatan kalo lo yang paling lemah disini. No Jess batinnya lalu meletakkan kembali ponselnya ketempat semula.

Wajahnya masih menatap ponsel tersebut, berharap akan ada sebuah notifikasi dari seseorang yang sekarang jauh disana.

Menghela nafas lelah, kedua tangannya kembali melingkari kedua kaki, meletakkan wajah diatas lutut, menatap kedepan dengan pandangan kosong.

Hatinya sedang kalut untuk saat ini.
Ingin rasanya berchat ria seperti biasa namun dengan status pacar untuk sekarang. Saling bertukar kabar dan cerita mengenai aktivitas. Namun apa daya sekarang, apa Jessi masih pantas untuk menginginkannya? Bahkan ia tidak tahu bagaimana dengan prianya. Ingin memulai percakapan namun takut dimasukkan kedalam kriteria perempuan murahan.

Hilo.. Jessi kangen, apa masih boleh? cicitnya.

Jika boleh memilih, ia tidak ingin status berpacaran lalu ditinggalkan dengan seperti ini.

Tapi setidaknya, ia pernah merasakan bagaimana cara Hilo menyayangi dan memanjakan kekasihnya walaupun hanya sebentar.

Jessi tersenyum saat mengingat itu

Kemudian, menangis..

••

"Terus gimana?"

"Ya lu liat aja sendiri, chat dia kek kasih kabar" jawab orang disebrang sana.

Lelaki itu menghela nafas "Gua gatau harus mulai darimana, gua takut dia gak ngrespon karna marah" ucapnya didepan laptop yang berada dimeja.

"Drama banget kisah lu, nglebihin goblin" timpal Bobi kesal.

"Tau lu" lanjut Kevin ikut kesal. "Eh bentar-bentar, lu tau goblin darimana?" tanyanya menoleh kearah Bobi.

"Noh bini gua kerjaannya nonton begituan" jawabnya sambil membuka kulit kuaci yang dapat Hilo lihat dari layar laptopnya.

"Bahasa lu etdeh, makan apa dia nikah sama lu" ucap Hilo.

Bobi menunjuk-nunjuk kearah depan "Lu balik gua nyebar undangan" jawabnya bangga.

Hilo terkekeh "Wetss gercep pak bos kita"

"Yaiyalah gua gituloh" jawabnya membusungkan dada dan menepuk-nepuk bangga "senggaknya diantara kita bertiga tuh ada yang pasti" lanjutnya.

"Sombong banget" sinis Kevin.

"Jomblo sirik"

Dan tanpa sadar Hilo melupakan tujuan utamannya melakukan video call ini.

••

•Tbc



Pendek bgt ya>_<

Tentang WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang