Tin..tin..tin
"Cewek, kiu" Goda seseorang dengan menurunkan kaca mobilnya dan mengendarai mobil dengan pelan.
Jessi diam, tetap berjalan tidak ada niat untuk berhenti sama sekali ataupun untuk menoleh lalu tersenyum. Rasanya masih kesal saat teringat dengan kata-kata Hilo yang berada ditimeline. Jessi yakin, itu untuknya. Sangat yakin. Tapi apa ini? Sebuah penolakan halus? Penolakan bahkan saat Jessi tidak mengutarakan cinta kepada Hilo. Jadi Jessi ditolak dalam masa mengkode? Memalukan. Menjengkelkan.
"Jess, gua markir dulu, tunggu sini" ucap Hilo yang kini melajukan mobilnya memasuki area parkir kampus.
Jessi tidak mendengar atau lebih tepatnya sengaja tidak mendengarkan. Tetap berjalan menuju kantin. Seperti biasa, melampiaskan kekesalannya kepada makanan. Kalo gemuk, salahin Hilo yang terus-terusan bikin kesel.
Jessi menghentikan aktivitas makannya, menatap seseorang yang baru saja duduk didepannya. "Kan udah dibilang, tunggu" ucap Hilo membalas tatapan Jessi.
Jessi segera melanjutkan aktivitas makannya, tidak menghiraukan Hilo seperti biasa.
"Kenapa si diem aja? Sakit gigi? Kalo sakit gigi jangan dipaksa buat makan" Jessi tetap diam. Biarkan Hilo berbicara sepuasnya, Jessi sedang malas.
"Hei" Hilo mengangkat dagu Jessi dengan jari telunjuk "Kalo gua lagi ngomong dijawab. Nasi gorengnya lebih ganteng dari gua, hm?" tanya Hilo menaikkan sebelah alisnya.
Jessi menampik tangan Hilo yang masih memegang dagunya. Berdiri dan pergi dengan membawa sepiring nasi goreng yang belum habis untuk berpindah tempat.
"Jessi gabung ya" setelah mendapat anggukan, Jessi meletakkan sepiring nasi goreng dan lekas duduk didepan Vien.
"Tumben gak semeja sama Hilo" tunjuk Vien kearah Hilo duduk dengan menggunakan sumpit mie ayamnya.
Jessi menggeleng pelan "Gaah, Hilo bosenin"
Disisi lain, Hilo terus memperhatikan gerak gerik lelaki yang duduk dihadapan Jessi. Tak apa jika Jessi tak ingin dekat dengannya, asal masih bisa Hilo awasi dari jauh.
Hilo menyerngitkan dahinya, dari tempatnya sekarang dia tidak dapat mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh dua manusia tersebut.
"Ck, sialan" Hilo mengumpat saat dirasakannya tatapan Vien terhadap Jessi yang mengartikan tatapan suka. Miliknya tidak boleh ditatap seperti itu. Haram hukumnya.
Hilo bangkit dari tempatnya duduk, berjalan menghampiri dua makhluk yang sedang menjadi fokusnya sekarang. Langsung menarik pergelangan tangan Jessi tanpa komando.
Jessi keluar dari area duduknya dengan memegangi tepi meja saat dirinya tidak seimbang dalam berdiri. "Hilo sakit" cicit Jessi memegangi tangan Hilo yang menggenggam erat pergelangan tangannya.
Hilo membalikkan badan saat mendengar suara Jessi dengan nada menahan sakit. Melepaskan genggamannya dan terbelalak saat melihat pergelangan tangan Jessi yang memerah akibat ulahnya. Apa genggaman tangannya sebegitu kuat hingga pergelangan tangan Jessi menjadi memerah? Dia bukan lelaki kasarkan?
"Lu bakal terima akibatnya lebih dari ini kalo berani deket sama cowok lain" Jessi menelan savilanya kuat-kuat, tangan kirinya masih memegangi pergelangan tangan kanannya yang memerah.
"Apa barusan Hilo ngancem Jessi? Gak bisa ngasih kepastian 'kan? Gak ada hak buat nglarang-nglarang" jawab Jessi dengan berani menatap Hilo.
"Jessi" geram Hilo menggertakkan gigi.
"Lakuin apa aja yang Hilo suka, Jessi gak takut" ucap Jessi sebelum akhirnya pergi meninggalkan Hilo dan keluar dari keramaian kantin.
Hilo meraup wajahnya frustasi, menatap Vien yang sedaritadi memperhatikan drama mereka. "Awas ya lu" tunjuk Hilo dan langsung membalikkan badan menuju kelasnya yang akan mulai sepuluh menit lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Waktu
Teen FictionTentang mereka yang terjebak di friendzone ✔ Tentang mereka yang saling kode tapi sama-sama gak peka ✔ Tentang mereka si raja takut jatuh cinta dan si ratu gengsi ✔ ________ "Aku harap kamu bisa membaca pikiranku, disana semua tentangmu" - anonym.J ...