Bag. 16

303 21 4
                                    

Minggu
08.43

Hari ini tepat hari dimana Hilo yakin dan siap atas segala resiko yang ada. Siap akan kebencian yang Jessi berikan nantinya dan siap untuk melukiskan cerita indah untuk beberapa jam kedepan dengan Jessinya.

"Siap?" tanya Bobi menepuk bahu Hilo, menyadarkannya dari lamunan. Hilo mengangguk yakin.

"Target dateng" ujar Dona.

"Kita tinggal" pamit Kevin.

"Good luck, sob" pamit Bobi sebelumnya bertos ria ala lelaki dengan Hilo memberikan semangat.

Hilo menarik nafas dalam lalu menghembuskannya lewat mulut. "Gua bisa" gumamnya memberi semangat pada diri sendiri.

••

"Weekend kenapa ada jam dadakan si? Udah pw di kasur, yang laen kemana lagi katanya janjian disini" Jessi terus saja menggerutu, berjalan menuju kelasnya melewati beberapa lorong.

"Woi lu ngapain ke kampus minggu-minggu gini?" tanya Vien saat berpapasan dengan Jessi.

"Dih, ada kelas juga?" tanya Jessi. "Oiya, liat Dona dkk?" lanjutnya.

"Gua gak ada kelas. Gak liat juga, setau gua kelas lu sekarang ditaman kampus"

Jessi menyerngitkan dahinya. "Taman? Tumben diluar" Vien hanya mengindikkan bahunya.

"Sana, ntar telat dihukum" Suruh Vien.

"Oke makasih ya" Vien mengangguk menjawab ucapan Jessi.

Jessi melangkah menuju taman kampus, namun lagi-lagi menghentikan langkahnya saat ada teman yang menyapa.

"Jess" panggilnya.

Jessi menoleh "Ya?"

"Dapet salam" Jessi menyerngitkan kedua alisnya. "Dari pemilik" lanjutnya yang langsung berlalu begitu saja.

Jessi mengangkat kedua bahunya berusaha acuh dan tetap berjalan menuju taman.

"Eh Jessi ya?" tanya seseorang.

Jessi tersenyum, memperhatikan wajah perempuan yang mengenakan kacamata dengan lamat-lamat. Dia tidak kenal. "I..iya, ada apa?"

"Ada titipan" ujarnya lalu mengangkat tangan kirinya kedepan wajah Jessi, menyatukan ibu jari dan telunjuk yang membentuk sebuah huruf v kecil. "Katanya saranghaeyo"

Jessi tertawa kecil. "Dari kamu?" meski tidak yakin sama sekali bahwa seseorang yang tidak di kenal akan mengucapkan seperti itu kepadanya terlebih lagi dia perempuan.

Dia menggeleng, lalu mencibikkan bibirnya. "Aku gak doyan kamu, abang Kai lebih menggoda daripada kamu"

Nahkan, benar bukan darinya. "Terus?"

"Calon pacar" jawabnya yang langsung pergi.

Jessi mengetuk-etuk dagunya dengan telunjuk, sepertinya semua orang bersikap sksd kepadanya.

Tidak ingin berpusing ria, Jessi melanjutkan langkahnya. Sebentar lagi ia akan sampai.

Jessi terus berjalan memikirkan hal aneh yang hanya dua kali terjadi. Pemilik, calon pacar. Siapa?

Langkahnya terhenti sejenak, matanya beralih fokus kepapan besar terbuat dari karton merah muda yang menancap diatas tanah dengan bertuliskan watashi wa anata o aishiteimasu Jessi dengan ukuran huruf yang bisa dibilang cukup besar dan terdapat tanda panah yang Jessi yakini menuju ke arah taman kampus.

Papan tersebut dikerumuni banyak mahasiswa yang memilih kelas weekend. "Siapa yang nulis?" entah tertuju kepada siapa pertanyaan tersebut, yang jelas kini Jessi telah berdiri didepan papan tersebut ikut bergabung dengan kerumunan.

Tentang WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang