Bag. 18

339 18 5
                                    

Aku saranin kalian buat dengerin mulmed diatas ya.. buat yang gatau, bisa baca artinya juga biar paham. Jangan lupa, baca sambil dengerin Let Go-nya suami-suami aku😘 *plak! bct!

____________________

"Jessi"

Gadis itu menoleh, masih dengan senyum lebar menghiasi wajah cantiknya. "Hm?"

Wahana yang mereka naiki berputar kebawah lalu kembali menuju puncak, seterusnya begitu sampai beberapa menit.

Hilo menarik nafas dalam siap untuk mengutarakan apa yang telah mengusik pikirannya selama beberapa minggu ini. "Besok gua berangkat ke LA, tiga tahun" ucapnya dalam satu tarikan nafas.

Jessi yang tengah memperhatikan pemandangan dibawahnya langsung menoleh, senyumnya seketika pudar berganti dengan tatapan bingung yang menuntut penjelasan.

"Gua ke LA tiga tahun" ulangnya.

Jessi diam, seperti ada yang tak suka dengan kebahagiaan yang dia miliki saat ini, seperti ada yang berusaha menghancurkannya.

Ya, Takdir. Dia ingin memisahkannya dengan Hilo. Sepertinya ini semua rencananya dan Tuhan. Lalu mengapa? Apa harus secepat ini?

"Besok pagi"

Saat masih mencoba mencerna kata demi kata yang Hilo sampaikan, entah mengapa ucapan Hilo yang baru saja lebih memperjelas semuanya. Apa sang waktu iri padanya? Jahat sekali. Sangat picik cara memisahkannya.

Hilo yang duduk dengan kedua tangan bertumpu diatas lutut, mengacak rambutnya frustasi saat dilihat Jessi yang hanya diam tanpa merespon apapun. Padahal dengan susah payah Hilo menyampaikannya, apa yang dipikirkan gadisnya saat ini? Ouh, apa dia masih bisa memanggil gadisnya pada perempuan yang diam dan hanya terus menatapnya.

Wahana tersebut berguncang kecil, menyadarkan dua insan didalamnya. Jessi langsung turun saat pintu dibuka oleh penjaga wahana, berjalan dengan Hilo yang mengekor dibelakang.

Hatinya hancur, sungguh. Bahkan sangat. Apa ini sebuah kenangan manis sebelum menjemput perpisahan? Apa ini telah Hilo rencanakan? Kenapa baru tadi pagi Hilo resmi menjadikannya sebagai pacar? Kenapa tidak jauh-jauh hari? Kenapa harus memberi kenangan indah yang nyatanya malah menyayat hati dikemudian hari?

Banyak sekali pertanyaan yang kini bersarang diotak bodohnya ini. Ahh..Jessi jadi ingat perkataan Hilo.

Hilo berhenti tepat dua langkah dibelakang Jessi saat dirasa gadisnya mendadak berhenti dan membalik badan.

"Jadi ini maksud ucapan Hilo tadi pagi. Kenangan indah sebagai kekasih yang kurang dari 24 jam. Ini?" Jessi berucap menuntut penjelasan yang bahkan dia sendiri malas untuk mendengar jawabannya. Jawaban yang hanya akan membuatnya terluka, tidak akan merubah apapun, Hilo akan tetap pergi. Akan bukan miliknya lagi. Hanya tinggal menunggu esok. Esok pagi, apa Hilo akan tetap miliknya?

Jessi menunduk, membiarkan rambut panjangnya yang tergerai menutupi paras cantiknya. Memikirkan itu semua membuat hatinya terluka. Matanya sudah terasa memanas, takut jika air mata itu jatuh dihadapan Hilo. Setidaknya dia terlihat kuat didepan. Menyeka air matanya yang hampir terjun, Jessi kembali mendongak.

"Makasih. Tapi percuma Hil, kenangan yang Hilo coba ciptain seindah mungkin tetap bakal berfungsi nyakitin Jessi."

"Jess, gu-"

"Kenapa gak langsung bilang aja kalo Hilo mau pergi? Kenapa pake embel-embel nembak Jessi, pake acara ngasih harapan ke Jessi, percuma. Ujungnya lo bakal tetap pergi, bakal tetep dipendirian lo, lo bakal tetep ninggalin gua" Jessi berucap dengan suara gemetar, tangannya meremas ujung kaos yang dia pakai, menggigit bibirnya menahan isakan yang bisa keluar kepan saja.

Tentang WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang