Bag. 06

433 20 29
                                    

"Lu bisa keluar kelas ga?" Dona berbisik tepat ditelinga Kevin. Kelas mereka sedang kosong. Guru sedang rapat untuk kegiatan UN mereka nanti. Kalo kata Hilo mending dipulangin cepet dari pada gini.

"Kenapa dan kemana?" tanya Kevin.

Dona melipat kedua tangannya diatas meja menoleh ke arah Kevin dengan tatapan serius. "Kantin kek kamar mandi kek, seterah lu. Asal gak ketemu Hilo"

Kevin menatap saudaranya bingung, lalu berkata "Gua gak kebelet boker, lagian dikamar mandi gak ada sabun ntar gua dikatain gak cebok sama anak-anak"

Dona mendengus kesal lalu merogoh saku seragamnya mengeluarkan selembaran uang. "Nih. Udah sana ke kantin, yang lama" ucapnya dengan memberi Kevin uang.

"Nah ini nih baru gua demen" Kevin langsung berdiri dan berjalan meninggalkan kelasnya.

Dona tersenyum, ini saatnya.

Dona berjalan mendekati Hilo yang tengah menenggelamkan wajahnya dimeja.

Dona menggoyangkan bahu Hilo. "Hilo, bisa minta tolong?"

Hilo menoleh ke arah Dona dengan mata yang memerah menandakan jika dia baru saja tertidur. "Ganggu banget si lo" ucapnya dengan tatapan sinis.

"Hilo tolongin gua, plis" mohon Dona dengan satu tangan memegangi perutnya dan satu tangannya lagi memegangi pergelangan tangan Hilo.

Hilo menepis tangan Dona "Kevin mana?" tanya Hilo saat menyadari bahwa tidak ada sosok tersebut dikelas.

Dona mengangkat kedua bahunya menandakan kalau dia tidak tau. "Hiloooo" rengeknya.

"Cih, manja" ucap Hilo.

"Jessi lebih manja dari gua" jawab Dona kesal.

"Jessi sama lu beda" tukas Hilo.

"Hilo ih tolongin gua"

"Nyusahin banget sih lu"

"Hiloooooooooo"

"APA?!" Hilo bertanya dengan nada tinggi.

"Tolong beliin gua roti dikoperasi, perut gua sakit. Gua tunggu ditoilet ya" ucap Dona dengan muka melas yang dibuat-buat.

"Apa hubungannya roti sama toilet?" tanya Hilo bingung. Setau dia kalau mau makan roti ditempat yang bersih bukan ditoilet. Apa kantin lagi kotor?

"Ih maksud gua itu pembalut" ucap Dona lirih.

"WHAT" sedangkan yang merespon berteriak.

"Gua?" Hilo menunjuk dirinya sendiri "Lu nyuruh gua beli gituan? Ogah. Gila lu ya" tolak Hilo.

"Perut gua udah sakit banget. Udah ya gua tunggu di toilet, makasih bep" jawab Dona cepet dan langsung berlari menuju toilet agar Hilo tidak bisa menolak permintaannya.

Hilo menggeram kesal. Dengan ogah-ogahan dia berjalan menuju koperasi melewati koridor kelas.

"Permisi" ujar Hilo saat masuk kedalam koperasi.

"Hi-Hilo a-ada perlu apa?" tanya seorang siswi yang sedang menjaga koperasi.

"Pembalut satu"

"Hah" siswi itu bukan tak dengar, lebih tepat kaget. Cowok woi beli pembalut! Ganteng pula! Anak pemilik sekolah! Daebak!

"Pem ba lut" Hilo mengulanginya dengan jeda disetiap kata.

"Eh, iya iya. Yang besar apa kecil?"

"Besar" jawabnya asal. Yang ada diotaknya hanya beli benda ini ketoilet cewek terus langsung balik kekelas. Selesai.

"Yang malem apa biasa?"

Tentang WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang