Sore itu kau baru saja pulang dari tempat les mu. Kau berulang kali menghela napas lantaran pelajaran yang diberikan guru serta mentor di tempat lesmu begitu banyak sehingga membebani pikiranmu. Belum lagi sebentar lagi kau akan menghadapi ujian akhir sekolah.
"Akhhh aku ingin ini segera berakhir" gumammu
Saat di perjalanan pulang kau melihat orang-orang tengah berkumpul di depan suatu gedung sembari menatap ke arah atas.
"Aigoo apa yang sedang ia lakukan disana?"
"Nakk ayo turun!"
"Astaga, jangan seperti itu nak"
"Ayo turun"
Sebenarnya kau bukan orang yang tingkat kepeduliannya setinggi itu tapi entah mengapa kau merasa terpanggil. Dan begitu kau juga mengarahkan pandanganmu ke atas, kau menemukan seorang tengah berdiri di pembatas bangunan berlantai 5 dan berniat untuk melompat.
"Heol!"
Tanpa pikir panjang kau langsung menerobos orang orang itu untuk masuk ke dalam bangunan asing yang bahkan tak pernah kau kunjungi itu.
"Permisi, apa gedung ini memiliki lift?" Tanyamu pada receptionist di depan
"Tentu saja, di sana. Tapi nona-"
"Terimakasih"
Tanpa banyak bicara lagi kau segera menekan tombol menuju lantai teratas. Dan ketika kau sampai disana, kau menemukan sekerumunan orang.
"Permisi. Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanyamu
Orang yang kau tanyakan itu menatapmu bingung. Ia bahkan melihat penampilanmu dari atas hingga ke bawah.
"Siapa kau?"
"Siapa aku bukanlah yang terpenting sekarang. Aku bertanya sebenarnya ada apa disini?" Tanyamu panik karena orang tadi tan kunjung memberikanmu jawaban.
Laki-laki berjas itu menghela napasnya sebelum menceritakan hal yang terjadi.
"Anak presdir kami mencoba untuk bunuh diri. Kami sudah tak tau bagaimana cara membujuknya. Apa kau temannya?" Tanyanya
Kau tak menjawab orang itu. Kau langsung berlari menerobos orang-orang di rooftop sehingga kau berhasil sampai di depan laki-laki yang kau perkirakan seusiamu itu.
Pikiranmu kalut hanya mendengar kata 'bunuh diri'. Pengalaman pahit yang pernah kau alami sendiri itu tiba-tiba terlintas di memorimu. Mungkin karna itu pula kau nekat masuk ke gedung ini tanpa tahu siapa dan mengapa anak presdir sepertinya ingin membunuh dirinya sendiri.
"Maaf nona, anda siapa?" Tanya seorang laki-laki paruh baya terhadapmu.
Bahkan seluruh pasang mata menatapmu heran. Tentu saja heran, kau tak mengenal mereka semua tapi kau berada di situasi yang seharusnya tak kau ikut campuri.
"Aku bukan siapa-siapa tapi aku tak ingin ia mati sia-sia"
Kemudian semua orang kembali menjadikan laki-laki itu sebagai fokus mereka.
"Tuan muda, kami akan memberikan apapun yang anda inginkan asal anda tidak lompat dari sana"
"Kalian tidak akan pernah bisa mengabulkannya" ucap laki-laki itu putus asa.
Ia terlihat sangat berantakan. Rambut panjangnya tak terawat, bawah matanya menghitam. Sepertinya itu karena ia terlalu sering menangis.
"Tuan muda, saya mohon. Perjalanan anda masih panjang tuan. Jangan seperti ini"
"DIAM KALIAN SEMUA! Kalian tak akan pernah mengerti perasaanku."
Ia mulai menangis. Tapi tanpa suara sama sekali. Membuat siapapun yang menatapnya menjadi iba.
"Aku sudah tak memiliki masa depan. Jadi untuk apa aku hidup?"
"Apa yang membuatmu berpikiran seperti itu?" Tanyamu pelan
Ia menatapmu kemudian tak mempedulikan pertanyaanmu.
"Jangan ganggu aku dan biarkan aku pergi"
"Jangan tuan muda!"
"Tuan Jeon!"
Saat ia ingin melepas pegangannya, kau sudah lebih dulu memeluk tubuhnya dari arah belakang. Kau benar-benar memeluknya dengan erat.
"Hajima" bisikmu
Kau tak bisa berbohong bahwa kau benar-benar takut ia lompat dari atas sana. Kau seperti merasakan de javu namun bedanya kau berhasil menyelamatkannya.
Kali ini kau berhasil.
"Jebal, kajima" bisikmu lagi kali ini kau sedikit lirih.
Tbc~
KAMU SEDANG MEMBACA
Situation [JWW] END
Short Story2nd bonus from SVT imagine Bermula dari pertolongan seorang wanita pada laki-laki yang sudah menyerah pada hidupnya sendiri.