Seperti sore sore biasanya, kau baru saja menyelesaikan kegiatan terakhirmu di hari ini. Yaitu les.
Tubuhmu rasanya sangat pegal karena seharian membawa tas yang berisikan banyak buku tebal. Belum lagi kau berkeliling lapangan di pagi hari karena kau terlambat.
Sebenarnya bukan keinginanmu untuk terlambat tapi ibumu memintamu untuk mengantar adik tirimu, Hyejin, pergi ke sekolah dasarnya lebih dulu. Ibumu tak bisa membenci Hyejin. Iya, karena ibumu beranggapan bahwa Hyejin tidak melakukan kesalahan. Satu-satunya yang melakukan kesalahan adalah ayahmu.
Setiap mengingatnya, kau selalu merasa semakin membenci ayahmu. Yah meski kau tak bisa mengungkapkan kebencianmu karena mau bagaimanapun dia tetap ayahmu.
"Akhh" keluhmu sembari sesekali memijat bahumu.
Tapi saat sampai di halte, kau bertemu dengan Wonwoo.
"(Y/n)" sapanya dengan senyumnya.
Entah ini perasaanmu saja atau bagaimana, tapi setiap kali kau bertemu dengannya, ia akan terlihat sangat senang bertemu denganmu.
"Kenapa kau disini?" Tanyamu heran
Ia tersenyum kemudian menunjukan sekantung belanjaannya.
"Aku baru saja berbelanja keperluan apartementku" balasnya
"Jadi kau tinggal di apartment? Aku pikir kau tinggal di rumah seperti istana. Kau kan kaya" ucapmu asal
"Aku baru pindah seminggu terakhir. Jika kau ada waktu mampirlah" ucapnya.
"Bolehkah? Memangnya apartementmu dimana?" Tanyamu tanpa curiga
Ia tersenyum
"Apartement Gwangsan" balasnya
Kau terdiam. Pasalanya ibumu juga membelikanmu apartemnt di tempat yang sama dengan Wonwoo.
"Jangan bilang kau beli apartement itu karena ibuku juga membeli apartement di tempat yang sama?" Tuduhmu
Tapi anehnya ia juga terkejut
"Benarkah? Wahh kita benar-benar berjodoh ya? Haha"
Kau menatapnya tak percaya.
"Aku serius. Aku tak tau kau memiliki apartement. Bukannya kau memiliki rumah keluarga? Untuk apa punya apartement?" Tanyanya heran
"Itu bukan urusanmu. Kamarmu nomor berapa?" Tanyamu sarkas
"No 407" balasnya
"Wahhh kau benar-benar penguntit yang handal ya" kesalmu.
Bagaimana tidak kesal jika laki-laki itu membeli apartement tepat di depan apartementmu yang bernomor 408.
"Aku sudah bilang aku tidak tau kan? Jika aku berbohong aku rela tertabrak mobil" ucapnya
Kau masih menatapnya curiga. Bagaimana ada kemungkinan seperti itu? Jika adapun, sangat kecil kemungkinannya dan kau masih tak percaya jika ia adalah calon tetanggamu. Ya itu juga jika kau pindah ke apartement itu.
"Hm. Aku pegang kata-katamu"
Setelah itu kalian kembali terjebak dalam keheningan karena bis yang kalian tunggu tak kunjung tiba.
"Hm... kenapa kau naik bis? Bukankah seharusnya kau punya mobil?" Tanyamu untuk memecah keheningan.
"Aku tak bisa mengendarainya." Ucapnya
"Eii ayolah jangan berbohong terus. Aku benar-benar tak suka laki-laki yang berbohong" ucapmu
"Aku tidak berbohong. Aku berkata jujur. Aku punya trauma dengan mobil jadi aku memilih untuk naik kendaraan umum" balasnya
Tapi kali ini kau percaya padanya. Karena lagi-lagi ia terlihat gelisah.
"M-maaf karena telah menanyakan hal itu. Aku tak tau tentang traumamu. Sekali lagi maaf" balasmu
Ia menganggukan kepalanya. Dan beruntungnya bis yang kalian tunggu pun datang, jadi kalian cepat-cepat naik.
Setelah sampai di tujuan kau dan Wonwoo pun turun.
"Ini untukmu"
Wonwoo memberikanmu sebotol susu rasa melon.
Kau tersenyum.
"Terimakasih. Maaf aku tak bisa membalasnya hari ini." Ucapmu
"Tak apa, kau lebih berjasa bagiku" balasnya
"Ya sudah kalau begitu aku pergi dulu ya" ujar Wonwoo
Kau melambaikam tangan pada Wonwoo yang mulai menjauhimu.
Sesaat semuanya terlibat baik-baik saja sampai kau melihat sebuah mobil dari kejauhan yang ingin menabrak Wonwoo yang ingin menyebrang.
"Andwae!"
"WONWOO!"
Kau langsung berlari sekuat tenaga menghampiri Wonwoo dan menariknya untuk mundur ke tepi jalan.
"Wonwoo, kau tak apa-apa kan?"
Wonwoo yang mungkin masih sangat terkejut itu hanya bisa menganggukan kepalanya.
Dan entah dapat dorongan darimana, kau langsung memeluk tubuh Wonwoo dengan erat sembari membisikan kalimat penenang untuknya.
"Tidak apa-apa, aku disini. Jangan khawatir."
Wonwoo pun membalas pelukanmu sembari menelungkupkan wajahnya di bahumu.
"Aku... takut" ucapnya lirih
"Gwenchana, ada aku disini. Jangan takut"
Ia hanya mengangguk.
Tbc~
KAMU SEDANG MEMBACA
Situation [JWW] END
Short Story2nd bonus from SVT imagine Bermula dari pertolongan seorang wanita pada laki-laki yang sudah menyerah pada hidupnya sendiri.