Setelah kejadian mendebarkan beberapa saat lalu, akhirnya laki-laki yang biasa di panggil 'tuan muda' ini terselamatkan.
Meski begitu ia masih sering melamun dan menangis dalam diam.
"Maaf jika aku terkesan ikut campur. Tapi aku benar-benar tak bisa melihatmu mati di saat orang lain bertahan hidup dengan sekuat tenaganya" ucapmu saat kau dan dia ditinggal berdua di sebuah ruang kerja.
Kau baru menyadari bahwa yang kau masuki ini adalah cabang perusahaan tambang terbesar di Korea. Pantas saja orang-orang sejak tadi memandangmu aneh. Belum lagi kau yang masih mengenakan segaram sekolah lengkap. Kau terlihat dua kali lebih aneh.
"Kenapa kau harus mengurusi hidupku? Kenapa tidak biarkan saja aku mati? Seperti apa yang mereka inginkan" ucapnya yang masih menundukan wajahnya.
Kau tak mengerti siapa yang ia sebut dengan 'mereka'.
"Apapun alasanmu, bunuh diri bukanlah sikap yang terpuji. Apa kedua orang tuamu melahirkanmu menjadi seorang pengecut seperti ini?" Sindirmu
Ia mendongak dan menatapmu nyalang.
"Jangan pernah bawa kedua orang tuaku-"
"Kalau begitu hadapi. Mereka pasti tak ingin anaknya berakhir seperti mereka. Seberat apapun masalahmu, kau pasti bisa menghadapinya. Kau bahkan tak tau di luaran sana masih banyak orang yang mengalami hal lebih buruk daripada dirimu tapi mereka tidak sepengecut dirimu." Sanggahmu.
Ia terdiam. Namun sorot matanya tidak nyalang lagi.
"Kau percaya akan adanya Tuhan bukan?" Tanyamu lebih lembut.
Ia mengangguk dengan ragu.
"Apapun agamamu, Tuhan pasti memberikan cobaan yang sesuai dengan kemampuan umatnya. Jika kau merasa terlalu berat, itu karena Tuhan memintamu untuk berkembang menjadi lebih kuat. Bukan menjadi lemah dan mengambil jalan iblis. Lagipula kau masih memiliki orang-orang yang peduli padamu. Harusnya kau tak mengecewakan mereka dengan bunuh diri" jelasmu
"Tapi, kau tak tahu rasanya menjadi yatim piatu kan? Kau juga tak tau bagaimana rasanya diterror setiap hari oleh musuh-musuh ayahmu" Gumamnya
Kau menghela napas.
"Aku memang bukan dirimu. Tapi asal kau tau, masalahku lebih besar daripada masalahmu. Tapi aku tak pernah berpikir untuk bunuh diri. Sama sekali tidak. Aku belum menyerah pada kerasnya hidup." jelasmu
Laki-laki itu menatapmu dan kau tersenyum ke arahnya.
"Ya sudah kalau begitu, aku pergi dulu ya. Jangan sampai aku menemukanmu bunuh diri lagi. Kau ini laki-laki jadi harusnya kau lebih kuat daripada aku. Jangan jadi pengecut. Hadapilah karena semua masalah pasti memiliki jalan keluarnya. Hwaiting!" Ucapmu dengan penuh penekanan agar setidaknya ia merasa termotivasi.
Saat kau sudah berada di ambang pintu, suaranya menginterupsimu.
"Tunggu dulu"
Kau menoleh ke belakang.
"Ada apa lagi?"
"Aku Jeon Wonwoo, dan kau...?" Tanyanya
"Cukup panggil aku (y/n). Senang berkenalan denganmu, Jeon Wonwoo. Aku pergi ya"
Kau tersenyum sebelum benar-benar pergi dari hadapannya. Kau melewati beberapa karyawan yang memperhatikanmu dengan pandangan anehnya.
"Nona, terimakasih telah menyelamatkan tuan muda. Ini sebagai imbalannya"
Salah seorang karyawan memberikanmu sebuah amplop tebal yang kau yakini berisi sejumlah uang.
"Maaf tapi aku menolongnya bukan karena aku ingin diberikan imbalan. Lagipula aku tidak tau jika aku memasuki perusahaan ini. Maaf atas kelancanganku. Aku akan pergi saja" balasmu
"Setidaknya biarkan pekerja kami mengantarkan anda" balasnya
"Tidak apa ahjussi, aku bisa naik bis. Terimakasih"
Kau membungkukan badanmu sedikit kemudian kau segera pergi menuju halte terdekat dengan sedikit tergesa-gesa karena sejujurnya kau hampir terlambat untuk naik bis terakhir ke daerah tempat tinggalmu.
Tbc~
KAMU SEDANG MEMBACA
Situation [JWW] END
Short Story2nd bonus from SVT imagine Bermula dari pertolongan seorang wanita pada laki-laki yang sudah menyerah pada hidupnya sendiri.