Father

2.4K 382 14
                                    

Double nihhh
Tapi jangan lupa vote dan comment ya
Selamat berbuka puasa~






Kau tak pernah tau apa yang ada di pikiran Seolin dan seberapa berbahayanya gadis satu itu. Begitu kau kembali ke apartementmu kau dikejutkan oleh kedatangan orang yang dulu sering kau panggil 'ayah'

Dengan mata bengkak dan hidung memerah, mereka yang berada di ruang tamu menatapmu panik.

"Syukurlah kau sudah pulang nak" Ucap ibu

Bahkan Yerin tak bersuara saat itu.

"Ada apa ini?" Tanyamu

"Kemari dan dengarkan" pinta ibu sembari menepuk sisi kosong di sebelanya.

Kau menghampiri ibu dan duduk di sampingnya.

Saat ini kau berhadapan dengan ayahmu.

"Jelaskanlah padanya, mungkin dia akan mengerti" ucap ibu pada ayah yang sejak tadi menunduk.

Beliau akhirnya mengangkat wajahnya menatapmu dengan mata memerah menahan tangis.

Jelas ada yang tidak beres disini. Kau tau ayahmu tidak akan menangis bila tidak ada sesuatu yang penting.

"Nak, bagaimana kabarmu?" Tanya beliau.

Mendengar suaranya membuatmu sedikit terkejut. Sesuatu yang menyakitkan kembali hinggap di hatimu.

Setelah pindah ke apartement yang ibu belikan, kau diharuskan untuk menjadi mandiri dan dewasa. Terlebih Yerin juga tinggal bersamamu.

Tidak ada lagi waktu untuk bermanja bersama ibu, apalagi ayah yang sejak memiliki dua istri, waktu kepada anak tertuanya semakin berkurang. Tak heran jika ayah sangat tempramen. Tapi kata-kata ayah saat itu benar-benar menyakitimu. Maka dari itu kau memilih pindah.

"Kabarku baik" balasmu meski terlihat sangat tidak baik

Kalian terdiam. Ditemani keheningan yang entah sejak kapan justru memberikanmu waktu untuk mengingat sosok Wonwoo. Sakitnya masih membekas tidak hanya di hati tetapi juga di benakmu.

"Maafkan ayah, nak"

Kau menatapi ayah yang ternyata juga menatapmu.

"Maafkan ayah yang tak bisa menjadi ayah yang baik untukmu. Ayah sangat menyesal. Kau tau sejak dulu kau sangat berharga untuk ayah. Bahkan Seungcheol sekalipun. Tak pernah sedetikpun, ayah tak memikirkan kepergian kakakmu itu. Ayah juga terluka terlebih karena ayahlah Seungcheol pergi."

Ayah menangis.

Ini memang bukan yang pertama kalinya bagimu melihat ayah menangis hingga tersedu-sedu tapi kau tau ayah sangat jarang menangis.

Dan kau melihat ketulusan setiap kata yang diucapkan ayah padamu. Kau tertegun.

Perkataan ayah membuatmu membuka luka lama akibat kehilangan sosok kakak yang sejak dulu menjadi pelindungmu.

Kau kembali menangis. Kali ini luka yang kau terima dua kali lebih dalam dan lebih menyakitkan.

"Hiks... hiks... aku lelah." Kau mulai mengisak membuat semua orang yang ada disana menatapmu khawatir.

"Hiks... aku lelah menjadi tegar. Hiks... semuanya menyakitiku. Hiks... apa ayah tahu seberapa berat kehidupan yang aku lalui tanpa kak Seungcheol? Ayah tak akan pernah tau karena ayah memang sudah mendapatkan anak lainnya! Lalu sekarang untuk apa... untuk apa ayah kembali padaku?!" Pekikmu keras

Ayah semakin menundukan wajahnya. Ibu mencoba menenangkanku sementara Yerin menatapmu khawatir.

"Ayah tak akan pernah tau... sampai kapanpun ayah tak akan pernah tau betapa ibu sangat terluka. Hiks... aku benci ketika melihat ibu menangis dan bertahan di rumah hanya karena ingin anak-anaknya mendapat kasih sayang dari orang tua yang lengkap. Tapi apa? Ayah tidak seperti ayahku dan Yerin lagi, bahkan hiks... apa yang ibu dapatkan? Yang ibu dapati adalah... kak Seungcheol... pergi. Hikss DIA PERGI KARENA KEADAAN YANG AYAH CIPTAKAN!!"

Ayah bangkit dari duduknya kemudian memelukmu erat. Sambil terus merapalkan kata maaf yang akan sia-sia.

"Maafkan ayah nak. Ayah berjanji mulai hari ini ayah tak akan membiarkanmu melalui kesulitan ini sendiri. Ayah berjanji akan selalu menyayangimu, ayah tak akan memb-"

"Lepaskan aku! Aku tak mau ayah..."

Perkataanmu melemah karena merasa kepalamu seperti dihantam berton-ton beban berat. Rasanya sakit sekali, bahkan tenagamu juga sudah tak bisa membuat ayah melepaskan pelukannya darimu.

Meski sangat rindu pada pelukan ayah, tapi mengingat apa yang selama ini ia lakukan pada ibu, Yerin, kau dan kak Seungcheol, membuatmu sangat muak.

"Nak, ayah benar-benar tulus kali ini. Maafkanlah ayah. Ingat kata ibu? Bagaimanapun keadaan ayah saat ini, dia tetap ayah kalian. Darahnya juga mengalir di darahmu." Ucap ibu dengan lembut.

Kau tak merota lagi dan membiarkan ayah memelukmu sembari terus menciumi puncak kepalamu.

"Ayah..."

"Iya nak? Ayah disini" ucapnya

"Aku melakukan ini semua karena merasa sangat menyayangi ayah. Kekecewaan lah yang membuatku menjadi anak pembangkang." Balasmu

"Aku... hikss... merindukan ayah. Aku rindu saat kita pergi piknik. Aku rindu saat ayah mengajakku pergi memberi makan kucing. Aku rindu ayah yang dulu suka menggelitiki perutku. Aku rindu... hikss... sangat rindu ayah"

Kau kembali menangis dengan keras. Mengutarakan betapa rindunya dirimu dengan kenangan-kenangan manis yang dulu kau lakukan bersama ayahmu.

"Iya nak, ayo kita lakukan lagi. Ayah tak akan membiarkanmu bersedih lagi. Maafkan ayahmu ini. Ayo kita kembali ke rumah, nak"

Kau hanya mengangguk karena setelahnya kau kehilangan kesadaranmu dan pingsan di pelukan ayahmu.

"(Y/n)!!"

"Eonni!!"








Tbc~

Situation [JWW] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang