22 | -MAKIN CANTIK-

30 2 0
                                    

Aku memantul diriku lagi di cermin. Entah sudah yang keberapa kalinya. Walaupun sudah terlihat cantik, tetap saja aku masih merasa ada yang kurang.

Aku menarik nafas, kemudian menghembuskannya. Menarik nafas, kemudian menghembuskannya. Menarik nafas, kemudian menghembuskannya. Lagi dan lagi.

Ahh rasanya belum cukup untuk menghilangkan rasa senang dan gugup yang bercampur menjadi satu.

Aku berjalan ke ruang tamu, mengintip pada kaca jendela. Tengok kanan, tengok kiri. Dia belum datang juga.

Aku kembali berjalan ke dalam kamar. Kembali melihat pantulan diriku di cermin.

Ahh masih cantik.

Aku tersenyum pada bayangan diriku sendiri.

Ahh kenapa aku manis sekali?

Aku tersenyum bertambah lebar di depan cermin.

Drtttt drttt

Ponselku bergetar, dengan segera aku membuka dan membaca pesan yang baru saja masuk.

Dari dia!

'Aku sudah di depan.'

Pesannya. Membuat jantungku seketika kembali berdetak tak karuan, semakin cepat dibandingkan dengan tadi.

Rasanya seperti mau copot!

Aku memandang diriku di cermin, sekali lagi, mungkin kali ini yang terakhir. Masih terlihat sempurna, tapi tak tau kenapa rasanya aku masih belum percaya diri untuk menampakkan wajah di depannya.

Aihhh wajahku memerah.

Aku memegangi kedua pipiku di depan cermin, merasa malu entah karena apa. Tarikan kecil di kedua ujung bibirku pun tak bisa aku cegah.

Aku menghembuskan nafas keras lewat mulut, berusaha menghilangkan rasa gugup yang mendera. Merapikan dandanku sekali lagi. Mengambil tas selempang dan memasukkan ponsel serta beberapa benda penting lainnya. Kemudian berlalu keluar kamar.

Kasihan pangeran jika harus menunggu tuan putrinya terlalu lama. Hihi.

Sambil berjalan ke ruang tamu, aku menarik nafas, kemudian menghembuskannya. Menarik nafas, kemudian menghembuskannya. Menarik nafas, kemudian menghembuskannya. Lagi dan lagi. Terus berusaha untuk menghilangkan gugup.

Sesampainya di ruang tamu, aku mengintip dari kaca jendela untuk melihat dirinya sejenak. Dia duduk di atas sepeda motornya. Dengan kemeja biru, celana jeans hitam, dan sepatu putih yang dia kenakan, membuatku bersembunyi di balik pintu dengan memegang dadaku untuk meredakan debaran yang semakin menjadi, meski dia tak melihat ke arahku.

Ahh apalagi jika nanti aku berdekatan dengan dia?!

Aku menarik nafas panjang sambil memegang kenop pintu. Berusaha mengumpulkan keberanian dan menetralkan wajah dari warna merah dan senyuman yang tak bisa aku kendalikan.

Oke, aku siap!

"Hai." Sapaku ketika sampai di samping sepeda motornya, membuat dia menegakkan badan dan langsung menatap ke arahku.

Dia hanya diam melihatku. Matanya membulat dan tak berkedip dalam beberapa lama. Ditatap seperti itu, membuatku merasa sedikit takut.

Apakah ada yang salah denganku?

"Ehemm." Aku berdeham untuk menghilangkan kegugupan sekaligus salah tingkah hanya karena ditatap seperti itu olehnya.

Dia mengerjapkan mata, seperti seseorang yang baru mendapatkan jiwanya kembali ke dalam tubuh. Setelahnya, dia tersenyum kepadaku.

"Udah siap?" Tanyanya dengan lembut, membuat efek aneh merasuk ke dalam diriku hanya karena mendengar suaranya.

Aku hanya balas mengangguk sambil menahan senyuman.

"Ya udah, ayo naik." Dia menyerahkan helm berwarna hitam, yang langsung aku terima dan pakai di kepala. Kemudian aku naik ke boncengan belakang motornya.

"Senyumnya gak usah ditahan." Dia menolehkan kepalanya kebelakang, dengan punggung yang juga sedikit mundur untuk lebih dekat denganku. "Kamu makin cantik kalau lagi senyum." Ucapnya lagi dengan suara berbisik.

Aku membulatkan mata karena mendengar dia yang berbicara seperti itu, namun setelahnya senyumku tercetak lebar tanpa bisa dicegah.

Pipiku merona merah. Rasanya sekarang aku ingin menenggelamkan wajahku ke dalam air es agar panas yang menjalar tak lagi menyusuri wajahku.

Aku juga berusaha mati-matian untuk tetap duduk tenang, tak melompat senang mengikuti irama jantung yang sedang berdebar kencang.

"Kita berangkat ya?" Tanyanya lagi.

Aku mengangguk sambil tersenyum, tak lagi menahannya seperti tadi.

Biar aku makin cantik.

Biar dia makin terjatuh padaku!

***

-uw-

Tanpa NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang