23 | -JANGAN BERHARAP-

41 2 0
                                    

Sampai waktu berpisah tiba, kita hanya bisa saling diam dan menatap mata dalam. Suara hati menggebu ingin diutarakan, namun nyatanya bibir lebih memilih untuk saling merapatkan.

Pada harapan yang sudah membukit tinggi, akhirnya aku luruhkan dengan sekilas senyum yang nampak sebagai kata selamat jalan. Dan kamu pergi dengan lupa memberi salam perpisahan.

Aku memandang punggungmu yang berbalik dan menjauh dari jangkauanku dengan luka yang terlihat pada kedua mata, yang kini menancap sampai ke hati.

Satu pertanyaan akhirnya muncul menghantui pikiranku.

Apakah benar tak ada yang ingin kamu katakan?

Tapi dengan cepat aku melibasnya, dengan menggeleng kepala kecil dan ikut membalikkan punggung.

Mungkin memang aku yang terlalu berharap.

Ya. Aku yang terlalu berharap.

Ternyata dengan menghabiskan waktu berdua saja, masih belum menghasilkan suatu kemajuan yang berarti. Aku dan kamu masih sama saja. Bertahan dengan status tak jelas yang kita sandang.

Teman? Rasanya lebih.

Lebih? Tak ada yang lebih dari sekedar teman.

Kita dibuat lelah dengan hal seperti itu.

Sama-sama saling memendam dan tak ada yang ingin lebih dulu mengungkapkan, padahal kita sudah sama-sama tau bahwa kita sama rasa.

Rumit? Ya, kita berdua yang membuatnya rumit.

Begitulah.

Meski demikian, tetap saja kedua sudut bibirku tertarik ke atas. Seakan sudah cukup dengan menghabiskan waktu bersama denganmu. Meski sebenarnya masih belum cukup untuk aku rekam dalam barisan kenangan indah untuk aku ingat selamanya.

Andai lebih lama lagi kita bersama, apakah kamu akan mengatakannya?

Batinku kembali berulah, kembali berharap tentang satu hal yang masih sama.

Entahlah ada apa dengan diriku ini, memang benar-benar tak pernah bosan selalu kembali berharap pada hal yang berujung membuat luka.

Drrtt drrtt...

Satu pesan masuk. Dari kamu?

Dengan jantung berdebar dan senyum yang tiba-tiba kembali terukir di bibirku, aku bergerak untuk membuka pesan masuk yang baru saja kamu kirimkan.

Apakah akhirnya kamu mengatakannya?

Tak apa kan jika aku kembali berharap?

Ahh jangan, jangan berharap!

Emm? Oke, semoga saja aku tak berharap. Tapi bagaimana? Aku sudah terlebih dahulu berharap, bahkan sebelum aku bertanya.

'Maaf, tadi aku lupa memberi salam saat pergi.'

Hmm?

Oh.

Kamu ingat ternyata.

Hahahatiku terluka lagi!

***

-uw-






"Bisa dikatakan part kedua dan versi kalem JANGAN BERHARAP GAESS."

*06/01/2019

Tanpa NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang