Dimitri keluar dari ruang ganti gelanggang renang. Balutan celana renang ketat membungkus tubuh atletisnya yang kokoh, ditambah dengan enam buah kotak yang tercetak di perutnya semakin menegaskan bahwa dia adalah laki-laki sempurna.
Ia berdiri di balok lompat, lalu membungkukkan badan, kaki kanannya bertumpu pada ujung jemari-jemari. Kedua tangannya menyentuh pinggiran balok. Ia bersiap melompat, tubuhnya melakukan tolakan sehingga membuatnya terdorong ke depan. Dimitri menyelam untuk beberapa saat dan kemudian muncul dengan gaya bebas yang sangat sempurna, halus, dan cepat. Gerakan tangannya yang seakan menjadi dayung membuat dirinya melaju sangat cepat, ia seakan tidak sedang berada di dalam air, hentakkan kakinya yang kuat menciptakkan riak bergelombang.
Jonathan melintas di tepi kolam, pandangan matanya menangkap seseorang yang berenang dengan sangat sempurna. Ia terhenti beberapa saat, melihat bagaimana orang itu menyelesaikan satu lintasan. Tidak, dua kali lintasan lima puluh meter.
Dimitri?
Saat akan mencapai ujung kolam, Dimitri bersiap melakukan gerakan memutar tubuhnya, ia menolak dinding ujung kolam dengan sangat cepat, lalu menyelesaikan lima puluh meter sisanya dengan lebih cepat lagi.
Jonathan tanpa sadar melangkahkan kaki menuju titik awal Dimitri berenang, di ujung lain kolam kemudian berdiri di salah satu balok lompat. Kedua matanya mengikuti gerakan Dimitri, menganalisa setiap hal yang dilakukan laki-laki itu, bagaimana ia mendayung, memiringkan tubuhnya hingga lajunya tidak tertahan oleh air, serta kokoh kedua kakinya memberikan gaya dorongan untuk itu.
"Aku harus mengakui kalau itu luar biasa." Jonathan berucap datar. Ia mencoba tidak menunjukkan ketertarikannya.
Dimitri mengatur nafas dan mendongak. Tangannya berpegangan pada besi yang ada di balok lompat. "Kau sedang memujiku? Aku sangat tersanjung." Ia tersenyum puas.
"Aku hanya mengakui, tetapi tidak memuji."
"Ah, bukankah itu terdengar sama saja?" Dimitri memaksa.
"Jangan bodoh." Jonathan berbalik.
Sepercik air membasahi tubuh bagian belakang Jonathan, membuat laki-laki putih itu membalikkan badan. Ia tahu siapa pelaku yang mengerjai dirinya. Ia mendapati Dimitri mengedipkan sebelah matanya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Tidak ada. Aku hanya menggodamu."
"Berengsek!"
Dimitri keluar dari kolam, ia sungguh tidak bersusah payah untuk naik, tidak seperti kebanyakan orang yang harus mencari tangga di pinggir kolam hanya untuk keluar dari sana.
"Hei, bukankah kau berjanji untuk tidak berucap kasar kepadaku?" Dimitri bersungut, menyisir rambutnya yang basah dengan jari. Ia sungguh mencoba menggoda laki-laki putih di depannya itu, namun Jonathan menatapnya datar.
"Aku tidak pernah berjanji apapun padamu." balas Jonathan.
Dimitri mengangguk. "Mungkin aku lupa." Ia berpikir sejenak. "Um, bagaiman kalau kita berlomba sekaligus bertaruh, kalau kau kalah aku ingin kau tidak berkata kasar dan juga bersikap baik padaku. Bagaimana?"
"Lantas jika aku menang?" tanya Jonathan menguji.
Dimitri menerawang. "Ah, jika kau menang, aku akan berhenti menggodamu. Setuju?"
"Tambahkan, kau harus pergi jauh dari hadapanku."
Laki-laki kokoh di depan Jonathan menautkan kedua alisnya. Ia menggertakkan gigi. "Baiklah, baiklah."
Jonathan membalikkan badan dan berlalu.
"Mau ke mana?"
Jonathan menghela nafas. "Mengganti pakaian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lascivious • I [SELESAI]
RomanceBoys Love : Bromance Aku tak habis pikir, semua yang telah kulakukan dan perasaan yang aku milikki untukmu tidakkah itu membuatmu lebih berani untuk mencintai seseorang sepertiku? - DIMITRI Aku hanya tidak tahu apa yang aku rasakan padamu - JONATHAN...